Monday, July 10, 2023

Rejoso Mampir


"Romo, nyuwun pangapunten damel romo wungu" (Romo, maaf membuat romo terbangun) kata Mbak Tri di pintu kamar Rm. Bambang pada Minggu 9 Juli 2023 sekitar jam 08.30). Sesudah makan pagi Rm. Bambang biasa langsung duduk di depan laptop untuk mem-publish postingan santo-santa. Sesudah itu dia juga terbiasa memanjakan kantuknya dengan duduk tertidur di kursi roda. Maklumlah dia biasa terbangun di dini hari. Apalagi malam sebelumnya Rm. Bambang baru tidur pada jam 22.30an karena ada pelayanan Misa Arwah dan menunggu ramah tama dan makan malam. Mbak Tri berkata "Wonten rombongan tamu nanging mboten paring kabar langsung rumiyin" (Ada rombongan tamu tetapi tidak memberi informasi lebih dahulu). Ketika Rm. Bambang keluar tampaklah ada sekelompok tamu langsung menghampiri Rm. Bambang di depan kamarnya. Salah satu ibu yang rambutnya sudah putih berseru "Saking Rejoso, romo" (Kami dari Rejoso, romo". Mendengar kata "Rejoso" Rm. Bambang teringat salah satu desa dekat Statsiun Srowot Wilayah Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, yang masuk Paroki Gondang. Di situ ada Wisma Tyas Dalem yang dulu almarhum Rm. Utono biasa mengadakan Misa Rabu Pon yang dihadiri oleh amat banyak umat dari berbagai paroki.

"Romo Bambang ini dulu adalah penggerak anak dan remaja" ibu yang berambut putih itu berkata kepada rombongannya sesudah satu per satu bersalaman dengan Rm. Bambang. Mereka ada yang sudah kakek-nenek, ada yang masih muda, dan bahkan anak yang anak-anak kecil. Ternyata banyak dari mereka, dari yang muda ke atas, sudah tahu Rm. Bambang. Maklumlah, Rm. Bambang dulu termasuk sering ke Rejoso untuk menunggu pelatihan pendamping anak dan praktek-praktek keterlibatan anak dan remaja dalam pengembangan umat. Beberapa anggota tim Rm. Bambang ketika masih aktif juga dari Rejoso. Ibu yang rambutnya putih adalah Bu Menuk yang dulu juga anggota tim. "Dulu Rm. Bambang juga sering ikut latihan gamelan di Rejoso" Bu Menuk menambah penjelasan. Selain di Wisma Tyas Dalem, di rumah Bu Menuh juga tersedia seperangkat gamelan. Ketika Rm. Bambang berseru ke karyawan "E, jupukke kursi-kursi" (Tolong ambilkan kursi-kursi), Bu Menuk berkata "Mboten sah, romo. Namun sekedhap kok. Menika wau nyekar Romo Utomo. Lan badhe nglajengaken ziarah" (Tidak usah, romo. Kami hanya sebentar. Ini tadi sehabis ziarah ke makam Rm. Utomo. Kami akan melanjutkan peziarahan). Sebelum meninggalkan Domus mereka minta doa dan berkat dari Rm. Bambang. Mereka memang tak sampai 15 menit di Domus tetapi membawa 1 dos isi perlengkapan cuci pakaian.

No comments:

Post a Comment

Santo Bruno, Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/6Okt.html Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-ci...