Dalam hal kunjungan di Domus Pacis memang ada rombongan untuk semua romo sepuh. Ada juga rombongan datang untuk romo sepuh tertentu. Selain kedua macam kunjungan itu ada yang datang berdua atau bertiga bahkan sendiri berkunjung pada romo tertentu. Dari pengunjung model terakhir sering muncul kata-kata "Di Domus itu ada keheningan, ya". Entah bagaimana, mungkin karena suasana HENING itu, paling tidak untuk saya muncullah salah satu hal yang membuat perasaan bergejolak kegelian.
Saya menemukan akibat keheningan itu pertama-tama di Kapel pada waktu Misa Komunitas. Tidak jarang terjadi dalam Misa ada romo yang dengan tenang mengalami dunia lain sehingga pada waktu penerimaan Komuni beliau dilewati. Maklumlah, sudah disapa dengan kata kata-kata "Romo, Komuni", beliau diam saja dengan posisi duduk di kursi rodanya berhening diri dengan mata terpejam. Saya pun tak jarang sesudah "Tuhan kasihanilah kami" tak mendengar apapun. Bahkan "Bapa kami" bisa terlewati dan tersentak karena mendengar kata-kata "Lihatlah Anak Domba Allah ....." Di samping keheningan Kapel, suasana hening juga bisa terjadi di kamar makan. Yang masih bisa omong-omong adalah Rm. Hartanta, saya, dan Rm. Suntara. Kalau Rm. Hartanta tak ada, saya bisa tak punya partner omong kalau Rm. Suntara tekun dalam kediaman. Sementara itu 4 orang lain biasa diam, bahkan di bagian meja untuk 3 orang romo diwarnai oleh suasana diam. Hal inilah yang bisa membuat ruang makan juga mengalami keheningan. Tetapi pada suatu ketika keheningan kamar makan menciptakan tawa kegelian. Maklumlah, dalam "keheningan ruang makan" ada romo, yang selama makan berjalan, menghadapi hidangan dalam piring dengan duduk tepekur dengan mata terpejam. Romo itu baru menyantap hidangannya sesudah doa penutup makan bersama.
Rm. Bambang
No comments:
Post a Comment