"Engko ya nganggo buku abang?" (Apakah nanti juga memakai buku merah?) tanya Rm. Suntara kepada Rm. Bambang ketika makan siang. Yang dimaksudkan dengan buku merah adalah naskah Tata Perayaan Ekaristi yang dicetak untuk para romo Domus untuk Misa Liturgi Minggu dan Hari Besar. Di dalamnya para romo dilibatkan dalam Doa Syukur Agung. Nama-nama para romo dicantumkan diikuti teks doa yang menjadi bagiannya. Yang harus dicatat adalah bahwa Misa Liturgi Minggu biasa diadakan pada Sabtu sore. Sementara itu yang ditanyakan oleh Rm. Suntara berkaitan dengan Misa Minggu 16 Juli 2023 jam 17.00 atau 05.00 sore. Pada Minggu itu sewaktu makan pagi Rm. Bambang memang memberikan pengumuman untuk para romo yang makan bareng. Kepada mereka Rm. Bambang mengundang ikut Misa Peringatan Arwah almarhum Bapak Yohanes Winni Saputra yang wafat setahun silam. Bapak Winni adalah suami Ibu Rini, relawan Domus Pacis.
Misa bisa dimulai persis pada jam 17.00. Kor Siluet menyemarakkan nyanyian-nyanyian Liturgi dengan irama gending Jawa. Para romo yang biasa makan bersama hadir semua. Keluarga Bu Rini juga lengkap hadir : Bu Rini sendiri, Mas Tian bersama istri dan anak, Mas Indra yang pada jam 19.30 langsung menuju Stasius Tugu pulang ke Jakarta. Kehadiran umat Lingkungan Santa Yohana Sleman Timur melebihi jumlah yang biasa terjadi. Dalam hal ini Bu Rini sungguh merasa bahagia mendapatkan perhatian kasih dari umat lingkungannya. Dari Paroki Medari, selain Lingkungan Yohana, juga datang Kelompok Yosefin dan anggota Rumah Tangga Pastoran. Semua adik bu Rini bersama keluarga, yang kesemuanya beragama Islam, juga ikut larut menyatu dengan para tamu bahkan dengan Rm. Hartanta dan Rm. Bambang. Sanak keluarga Bu Rini lain dari Banteran dan Patuk juga ada. Ternyata teman-teman mantan relawan ketika di Domus Pacis Puren, Pringwulung, juga diuandang. Tentu saja semua itu ikut mendorong semangat Rm. Bambang dalam memimpin Misa. Ujud Misa, sekalipun terfokus untuk memperingati 1 tahun Bapak Winni dipanggil Tuhan, bertambah untuk mendoakan almarhum Bapa Yohanes Sutarto, paman Bu Rini. Bapak Tarto lima hari sebelumnya menghadap Tuhan.Kesemarakan tidak hanya terjadi dalam Misa. Tentu saja foto-fotoan amat mewarnai sesudah Misa. Rm. Bambang menerima kiriman gambar foto dari Mas Indra sebanyak 54 buah. Itu hanya gambar-gambart selama Misa berlangsung dan sesudahnya di dalam Kapel Domus. Padahal peristiwa sesudah Misa juga semarak sekali. Di ruang besar Domus tersaji catering yang menyajikan masakan yang disebut model wonosarian. Di samping itu ada pula bakso tersedia. Ternyata tak sedikit tamu yang menambah ketika menyantap bakso. Meskipun demikian masakan wonosarianpun membuat para tamu harus antri mengambil sendiri-sendiri. Ketika sebagian besar para tamu sudah meninggalkan Domus Mas Hari, salah satu karyawan, berkata kepada Rm. Bambang "Wah, niki estu benten kalih biasane" (Ini sungguh peristiwa yang tak seperti biasa). Rm. Bambang memaklumi kata-kata Mas Hari. Biasanya akan ada sisa lumayan dari konsumsi yang disajikan sehingga bisa dihangatkan menjadi tambahan lauk pada hari berikutnya untuk penghuni Domus. Memang, santapan wonosarian masih ada sisa tetapi hanya untuk Domus sehingga keluarga tak dapat membawa pulang seperti biasanya. Namun dalam hal bakso, Rm. Bambang masih bisa ikut menyantap karena pihak penjual menyimpan 1 mangkuk untuk dia.
No comments:
Post a Comment