Friday, July 7, 2023

Kelompok Lansia Janda dari Pugeran

Rm. Bambang keluar dari kamarnya karena karyawan datang ke kamarnya dan berkata "Romo, tamune pun sami mandhap" (Romo, tamu sudah turun). Beberapa dari tamu berseru "Eeee, Romo Bambang" dan setengah berlari mengulurkan tangan. "Le salaman engko!!" (Bersalamannya nanti) suara Rm. Bambang membentak. Tetapi ada yang ganti membentak "Sakniki!!" (Sekarang). Kemudian terjadi saling bentak "Engko!!" (Nanti) dan "Sakniki!!". Namun demikian saling bentak itu tidak membuat para tamu ngeri. Mereka malah tertawa. Ketika Rm. Bambang berkata "Ditata kok angel, ta" (Mengapa sulit diatur), dia mendapat jawaban "Pun tuwa kok ditata" (Sudah tua mengapa pakai ditata). "Wooooooo, bola-bali neng ngomah wis dha ijen. Terus sakkarepe dhewe" (Oooo, mentang-mentang di rumah sudah sendirian. Bisa semaunya sendiri). Suasana tawa tergelak mewarnai perjumpaan itu. Suasana agak mereda ketika Rm. Bambang berkata "Wis dha ngelak ta?" (Sudah pada haus, kan?) yang disambut 30an orang anggota tamu "Inggiiiiiih" (Benaaaar). Para tamu kemudian bergantian mengambil minuman teh dan snak yang disiapkan oleh karyawan Domus Pacis Santo Petrus. Rm. Ria dan Rm. Harto juga menyusul bergabung menyambut tamu.


Pertemuan itu sungguh berjalan dengan suasana santai penuh celotehan para ibu yang kebanyakan berusia 70an tahun ke atas. Bahkan ada beberapa di atas 80 tahun. Yang berusia 60an hanya beberapa saja. Suasana hanya sekedar ngobrol. Karena keadaan hampir terpusat pada Rm. Bambang, dia langsung mengarahkan satu persatu ke Rm. Ria dan Rm. Harto. "Ayo, saiki dha takon-takon ke Romo Ria" (Ayo, sekarang ajukan pertanyaan ke Rm. Ria). Muncullah berbagai pertanyaan ke Rm. Ria seperti asal, umur, dan karya dulu. Hal ini juga sama ketika pusat perhatian dipindahkan ke Rm. Harto. Bedanya adalah ketika dengan Rm. Ria pertanyaan-pertanyaan menyangkut gerakan kor gregorian yang dulu dilakukan. Pertemuan ini sungguh santai tak ada warna seremonial sedikitpun. Ini memang disengaja oleh Rm. Bambang. Hal ini dilakukan oleh Rm. Bambang karena para tamu sudah sekitar 45 menit bernyanyi-nyanyi macam-macam lagu dari lagu kidungan lama, nyanyian model Persekutuan Doa Karismatis, dan juga lagu-lagu Pendampingan Iman Anak. Rm. Bambang hanya mendengar dari kamarnya karena itu terjadi di lantai 2. Para tamu adalah kelompok para janda Katolik yang bersekutu dalam paguyuban Wara Semedi. Ketika ditanya oleh karyawan mereka berkata datang ke Domus untuk berjumpa dengan para romo Domus dan menengok Rm. Sari Jatmiko. Para tamu datang dari Paroki Pugeran tempat karya Rm. Sari sebelum masuk Domus. Sebagai orang-orang lansia, para tamu memang tampak sudah agak capek bernyanyi-nyanyi berkali-kali. Maka suasana santai canda tawa di lantai 1 tampak membuat para ibu lansia itu tampak girang sekali. Bahkan ketika salah satu ibu berdiri dan mulai berbicara dengan nada resmi "Romo, kehadiran kami ....", kata-katanya terputus oleh komentar Rm. Bambang. Rm. Bambang melihat tangan ibu itu dengan jari-jari berusaha membuka tas. Berkatalah dia "Kuwi arep ngulungke amplopan ta?" (Itu hanya mau menyerahkan amplop, kan?) yang dijawab oleh sang Ibu "Inggih je" (Memang benar) yang disambut gelak tawa. Bahkan beberapa ibu meninggalkan pertemuan. Ternyata mereka melihat batik-batik yang ditata oleh karyawan. Maka acara secara spontan ditutup dengan memilih-milih batik. Kalau disatukan dengan kunjungan ke Rm. Sari, para tamu berada di Domus selama hampir 2 jam.

No comments:

Post a Comment

Santo Bruno, Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/6Okt.html Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-ci...