Sunday, January 28, 2024

Beato Joseph Freinademetz

diambil dari https://www.facebook.com/gerejakatolik/posts/santo-santa-29-januari

Freinademetz lahir pada tanggal 15 April 1852 di Abtei, Tyrol Selatan, sebuah daerah di lembah pegunungan Alpen.
Semenjak kecil, ia bercita cita menjadi imam.
Kedua orangtuanya merestui cita-citanya yang luhur itu.
Maka ia masuk seminari untuk mengikuti pendidikan imamat.
Ia berhasil meraih cita-cita tatkala ia di tahbiskan imam di Brixen pada tanggal 25 Juli 1875.
Karier imamatnya dimulai dengan menjadi Pastor di paroki Santo Martinus hingga tahun 1878.
Pada waktu itu Beato Arnold Janssen mendirikan sebuah serikat religius baru, yang dinamakannya Societas Verbi Divini, Serikat Sabda Allah.
Serikat yang berkedudukan di Steyl, Belanda ini mengabdikan diri pada pendidikan imam-imam misionaris.
Freinademetz yang memiliki semangat misioner bergabung bersama Arnold Janssen untuk mengembangkan serikat ini.
Dia sendiri bercita-cita menjadi seorang misionaris di Tiongkok. Untuk itu ia mempelajari bahasa Tiong Hoa dan adat istiadat Cina.
Cita-citanya ini terwujud ketika ia diutus sebagai misionaris negeri Tiongkok bersama rekannya Pater Anzer.
Pada tanggal 20 April 1879 mereka tiba di Hongkong.
Uskup Raymondi yang memimpin Gereja di Hongkong menerima mereka.
Tak lama kemudian Freinademetz ditempatkan di Propinsi Shantung. Di sana ia bekerja bersama bruder Antonio, seorang biarawan Fransiskan.
Kemahirannya dalam berbahasa Tionghoa sungguh membantunya dalam pergaulan dengan umat setempat.
Ia dengan cepat dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan kebiasaan umat di Shantung.
Kepribadiannya yang menarik, sifatnya yang rendah hati, rajin, sederhana dan berkemauan keras membuat dia sangat dicintai oleh umatnya baik yang dewasa maupun anak-anak.
Semuanya itu sungguh memudahkan dia dalam karya pewartaannya.
Ia dengan tekun mengunjungi desa-desa untuk mewartakan Injil dan melayani Sakramen, ditemani oleh seorang katekis.
Kepadanya selalu diberitahukan agar berhati-hati terhadap segala bahaya.
Tetapi ia tidak gentar sedikitpun terhadap bahaya apa saja, karena ia yakin bahwa Tuhan senantiasa menyertainya.
Ketika dengan gigih membela umatnya dari rongrongan kaum revolusioner, ia ditangkap dan disiksa secara kejam.
Tetapi semua penderitaan yang dialaminya tidak mengendurkan semangatnya untuk terus meneguhkan iman umatnya dan terus mewartakan Injil.
Dalam keadaan sengsara hebat itu, ia bahkan terus berkhotbah untuk menyadarkan para penyiksanya akan kejahatan mereka.
Akhirnya dia dilepaskan kembali dan dibiarkan menjalankan tugasnya seperti biasa.
Setelah peristiwa itu, ia dipindahkan ke Shashien, sebuah paroki yang subur dan ramah penduduknya.
Di Shashien ia berhasil mempertobatkan banyak orang dengan khotbah dan pengajarannya.
Karena kepribadiannya dan keberhasilannya, ia diminta untuk menjadi Uskup.
Tetapi hal ini ditolaknya.
Akhirnya ia meninggal dunia pada tanggal 28 Januari 1908 karena penyakit Typus.
***mch
sumber : web ekaristi

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...