1. Ibu Dicky, 2. Kelompok Kerahiman Mungkid, 3. Ibu Bernadet Suwarni, 4. PUPIP Ungaran, 5. Ibu Yuliana Sutarni, 6. Ibu Maria Kristina Dannie, 7. Ibu Ida, 8. Ibu Naryo, 9. Bapak Jono, 10. Ibu Anna Maria (Ibu-ibu Bernardus Babadan), 11. Ibu Lili Herawati, 12. Ibu Theresia Niken, 13. Ibu Wartini, 14. Ibu Christine, 15. Ibu Eny Bernadet, 16. Ibu Mrihadi, 17. Ibu Chatarina Gunarti, 18. Ibu ML Setiyani Indrawati, 19. Ibu Dewi Anggraeni, 20. Ibu Malya, 21. Ibu Tri Noor Prasetyawan, 22. Ibu Mamik, 22. Ibu Ratna Marta Dhewi, 23. Ibu Harno, 24. Ibu Kanaya, 25. Ibu Lucy, 26. Ibu Istiyono, 27. Ibu Haryono, 28. Kelompok Yosefin Medari.
Wednesday, July 31, 2024
Penyumbang untuk Tenaga Domus
Santo Petrus Faber
diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 03 Agustus 2014 Diperbaharui: 15 November 2017 Hits: 14756
- Perayaan01 Agustus
- Lahir13 April 1506
- Kota asalVillaret, Savoya, Perancis
- Wilayah karyaParis, Roma, Jerman, Portugal, Spanyol
- Wafat
- 01 Agustus 1546 di Roma, Italia - Oleh sebab alamiah
- Beatifikasi05 September 1872 oleh Paus Leo XIII
- Kanonisasi
- 17 Desember 2013 oleh Paus Fransiskus
Kelahiran dan masa kecil
Santo Petrus Faber dilahirkan pada 13 April 1506 di Villaret, Savoya, Perancis, dalam keluarga petani miskin. Walau hidup dalam kesederhanaan, namun keluarganya tetap memegang teguh keutamaan kristiani. Dua pamannya menjadi imam Kartusian. Sebagai anak petani, Faber terbiasa menggembalakan domba di sekitar pegunungan Alpen. Kelembutan hatinya begitu dominan sejak kecil. Ia pun sudah menunjukkan bakat jenius. Daya ingatnya amat mengagumkan. Setiap pagi sebelum mulai bekerja, Faber selalu setia mengikuti Misa. ia akan mendengarkan khotbah pastor dengan teliti, lalu pada sore harinya ia mengulangi khotbah itu secara lisan pada teman-temannya. Kebiasaan ini menjadi benih panggilan rasuli dalam dirinya.Faber ingin bersekolah; namun orangtuanya tidak mampu untuk membiayainya. Konon, ia menangis setiap malam karena tak dapat mengenyam bangku sekolah. Melihat hal itu, kedua orangtuanya berusaha untuk menitipkannya pada seorang imam yang tengah membuka sebuah sekolah dasar di Thônes pada 1516. Hasil belajar bocah itu pun amat mengagumkan. Tamat sekolah dasar, Faber lalu melanjutkan pendidikannya di kota La Rooche.
Panggilan Imamat
Pada tahun 1525 Faber memutuskan untuk hijrah ke Paris. Di sana ia diterima di Kolese Sainte-Barbe, salah satu universitas tertua di Paris. Di sinilah ia berbagi kamar dengan seorang bangsawan muda dari Navarra, Fransiskus Xaverius. Mereka sangat akrab dan menjadi teman seperjuangan menuntut ilmu humaniora, filsafat dan teologi, hingga memperoleh gelar Master of Arts (MA) pada 1530.
Pada Oktober 1529, Faber dan Xaverius kedatangan seorang mantan tentara berdarah Basque dari Spanyol, Ignatius Loyola, yang kemudian menjadi teman sekamar. Mereka menjalin relasi persahabatan yang begitu erat. Kesulitan dengan Bahasa Yunani, Ignatius meminta Faber mengajarinya filsafat Aristoteles. Sementara itu, Ignatius berbagi kekayaan spiritualnya pada dua sahabatnya itu. Keduanya pun terpikat dengan olah rohani Ignatius. Di bawah bimbingan Ignatius, Faber akhirnya bertekad untuk mengabdikan diri dengan hidup selibat sebagai imam.
Kehidupan rohani Faber pun berkembang seiring dengan petuah Ignatius, yang berkolaborasi dengan devosi populer, humanisme kristiani dan pemikiran Abad Pertengahan yang digandrungi kala itu. Akhirnya, ia ditahbiskan sebagai imam pada 30 Mei 1534. Faber ialah imam pertama yang masuk dalam jajaran 10 Primi Patres (Bapa-Bapa Pertama) bersama Ignatius, pendiri Ordo Serikat Jesus.
Sebagai satu-satunya imam, Faber bersama Ignatius, Xaverius dan empat sahabat lainnya mengikatkan diri bersama dan mengikrarkan kaul di Montmartre pada 15 Agustus 1534.
Pada 15 November 1536, Ignatius kembali ke Spanyol dan berpesan pada Faber untuk mengkoordinir rekan-rekannya bertemu di Venesia untuk berziarah dan merasul ke Tanah Suci. Faber pun segera mengumpulkan rekan-rekannya dan berangkat ke Venesia untuk menemui Ignatius yang sudah menunggu di sana. Mereka tiba di Venesia pada Januari 1537.
Reformator Gereja
Sembari menunggu kapal ke Tanah Suci, Faber dan kawan-kawannya menghabiskan waktu dua bulan melayani kaum papa dan berkhotbah. Lalu Ignatius mengutusnya ke Roma bersama beberapa rekan untuk meminta restu Paus Paulus III (1534-1549) tentang rencana ziarah dan kerasulan mereka ke Tanah Suci. Meski memberikan restu, Bapa Suci memberikan gambaran situasi perang dengan Turki yang mengancam para peziarah Katolik.
Sekembalinya dari Roma, mereka melakukan deliberasi dan berdiskresi bersama ke mana arah yang akan mereka tempuh. Alih-alih melanjutkan impian menjadi martir di Tanah Suci, mereka bermufakat untuk menyerahkan diri pada Bapa Suci untuk diutus sesuai dengan kehendak Penerus Takhta St. Petrus dan kebutuhan Gereja. Pada November 1537, komunitas cikal bakal Serikat Jesus itu hijrah ke Roma, menyerahkan diri pada Bapa Suci, dan siap diutus ke manapun Gereja membutuhkannya.
Faber pun ditugaskan untuk mengajar teologi dan Kitab Suci di Universitas Sapienza Roma hingga Mei 1539. Lalu ia diutus sebagai pengkhotbah di Parma dan Piacenza untuk memurnikan ajaran Katolik.
Tahun 1540, Faber dipanggil ke Roma; dan pada tahun 1541 ia mendapat perutusan baru ke Jerman untuk membendung pengaruh teologi Protestan. Selama di Jerman, ia menghindari debat kusir teologis dengan Lutheran dan menekankan reformasi pribadi baik di kalangan klerus maupun awam. Ia mengajar, berkhotbah, mendengarkan pengakuan dosa dan membimbing Latihan Rohani di Worms dan Ratisbon (kini Regensburg). Banyak umat terpikat oleh kelihaiannya dalam mendampingi seseorang menemukan jalan kembali dalam Gereja Katolik.
Dalam usaha kontra-reformasi Protestan, Faber berkeliling untuk memotivasi para bangsawan, uskup dan imam agar berpegang teguh pada iman Katolik. Selain khotbahnya yang menggetarkan, ia dikenal karena kepiawaiannya membimbing jiwa-jiwa melalui Latihan Rohani.
Dipanggil ke Spanyol oleh Ignatius, Faber merasul selama enam bulan di Barcelona, Aragoza, Medinaceli, Madrid dan Toledo. Pada Januari 1542, Paus mengutusnya kembali ke Jerman. Selama 19 bulan berikutnya, ia berjuang membela Gereja Katolik di Speyer, Mainz dan Cologne.
Usahanya berlimpah buah dengan gelombang pertobatan umat kembali pada Gereja Katolik. Karyanya pun memikat banyak anak muda untuk menjadi Jesuit, antara lain Petrus Kanisius dan Fransiskus Borgias. Ia sempat merasul di Leuven dan Savoya, Perancis selama beberapa bulan pada 1543, lalu kembali lagi ke Jerman hingga medio 1544.
Atas permintaan Raja Portugal John III, Takhta Suci mengutusnya untuk melanjutkan karyanya di Portugal dan Spanyol pada periode 1544-1546. Namanya kian harum di kota-kota yang ia kunjungi. Tak kenal lelah pater Faber melanglang buana di Eropa hanya dengan berjalan kaki sebagai reformator Gereja: berkhotbah dan membawa jiwa-jiwa kembali ke pangkuan Gereja Katolik.
Model Kekudusan
Tahun 1546, Bapa Suci menunjuknya sebagai peritus (pakar) utusan resmi Vatikan dalam Konsili Trente. Bahkan Raja John III mengusulkannya sebagai Patriakh Ethiopia. Berangkat dari Spanyol pada April 1546, ia singgah di Roma untuk menemui sahabat dekatnya, Ignatius, sebelum hadir dalam Konsili Trente. Pada 17 Juli 1546, kesehatannya terganggu. Alih-alih bisa menghadiri Konsili Trente, Faber justru menghembuskan nafas terakhir dalam pelukan Ignatius pada 1 Agustus 1546.
Jasadnya dimakamkan di Gereja Our Lady of the Way. Tahun 1569 ketika gereja itu diruntuhkan untuk membangun Gereja Gesù, jasad Faber dan beberapa Jesuit awal dipindahkan. Kini jasadnya disemayamkan di Gereja Gesù.
Petrus Faber dibeatifikasi oleh Paus Pius IX pada tanggal 5 September 1872. Di kota-kota yang pernah menjadi medan kerasulannya, devosi pada Faber begitu besar. Banyak orang mengamini jasanya yang besar pada Gereja, keutamaan dan kesalehan hidupnya, serta kecerdasannya dalam berkhotbah, mengajar dan memberikan Latihan Rohani.
Tanggal 17 Desember 2013 Petrus Faber dikanonisasi oleh Paus Fransiskus; paus pertama dari Serikat Jesus yang ikut didirikannya. Kanonisasi Faber ini dilakukan tanpa mengindahkan adanya mukjizat kedua seperti proses yang lazim. Ia dikukuhkan sebagai model kekudusan karena kesetiaan pada kesatuan dan pembaruan Gereja, kesalehan hidup yang sederhana, dialog dengan siapa saja termasuk musuhnya, serta diskresinya yang tegas dan lembut.
Lamunan Peringatan Wajib
Santo Alfonsus Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja
Kamis, 1 Agustus 2024
Matius 13:47-53
47 "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. 48 Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. 49 Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, 50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 51 Mengertikah kamu semuanya itu?" Mereka menjawab: "Ya, kami mengerti." 52 Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya."
53 Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ.
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, Kitab Suci memang berisi tulisan khasanah masa lalu. Ahli Kitab Suci banyak tahu tentang latarbelakang berbagai kisah dan rumusan ajaran yang terkandung di dalamnya.
- Tampaknya, untuk bisa menjadi ahli Kitab Suci seseorang harus belajar bahasa asli ketika pertama kali penulisan. Latarbelakang sosio-budaya juga harus dimengerti.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun berisi kahasanah masa lalu, kesejatian Kitab Suci adalah landasan batin untuk ikut Tuhan yang tuntunannya ada dalam dinamika hidup manusia dari masa lalu hingga kini dan terbuka ke masa depan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menghayati Kitab Suci sebagai dinamika memahami kehidupan masa lalu dan realita zaman kini.
Ah, Kitab Suci itu jelas isinya hal-hal jaman dulu.
Tuesday, July 30, 2024
Terima Kasih pada Penyumbang Snak dan Hajatan
Ini tentang snak dan konsumsi hajatan di Domus Pacis Santo Petrus. Rm. Bambang yang dibantu oleh Bu Titik, Bu Rini, Bu Endang, Bu Septi, Bu Woro, dan Bu Dannie membantu kebutuhan snak untuk 15 hari, sehingga pihak Domus dengan anggaran yang ada mengurus hari-hari lain dalam sebulan. Jadual Rm. Bambang untuk para penyumbang snak biasa mengambil 4 hari Minggu, 4 hari Senin, 4 hari Sabtu, dan 3 hari Jumat. Dengan demikian pada setiap hari Senin terakhir dalam bulan Rm. Bambang sudah mengirimkan hari-hari giliran sumbangan snak ke Bu Titik dan Bu Endang. Bu Titik adan mengorganisasi kelompok Bu Septi, Bu Woro, dan Bu Dannie. Setelah itu kelompok Bu Rini akan mengisi hari-hari yang belum ada nama penyedia snak. Snak disedikan untuk pagi dan sore. Berkaitan dengan hajatan, itu biasanya terjadi pada momen ulang tahun imamat setiap rama dan peringatan arwah rama yang pernah tinggal di Domus Pacis St. Petrus. Memang, masih ada hari lain yang dirayakan yaitu ulang tahun rumah, pembaruan janji imamat sebelum Kamis Putih, dan Malam Paskah/Natal. Pada Juli hajatan terjadi pada Sabtu 6 Juli 2024 untuk peringatan 100 hari Rm. Joko menghadap Tuhan. Untuk hajatan selalu ada juga penyumbang. Tetapi hasil penjualan kain batik juga menunjang tersedianya anggaran penyediaan konsumsi untuk hajatan. Adapun para penyumbang konsumsi snak dan hajatan pada Juli 2024 adalah sebagai berikut :
- Penyumbang Snak : Ibu Sri Wahyuni, Ibu Sintari, Ibu Chandra, Ibu Kanti, Ibu Emma, Ibu Wahyu, Ibu Endang Prayitno, Sdri. Lusia, Ibu Joko Sumadyono, Ibu Rini, Ibu Harni, Ibu Joni, Ibu Septi, Ibu Tutik, Ibu Anna Jatmiko, Ibu Rachel, Ibu Debby, Ibu Jondit, Ibu Lucinda, Ibu Yosephin, Itu Tita, Ibu Roni, Ibu Atik, Kelompok Chatarina.
- Penyumbang Hajatan : Ibu Emi, Ibu Yinni, Ibu Ratna Marta Dhewi, Ibu Ratih, Ibu Eni, Ibu Wartini, Ibu Retno Wiraksi, Ibu Arin, Ibu Ambar, Ibu Nadya, Patuk (5 org), Ibu Happy Rianawati, Ibu Umi, Ibu Ratmi, Ibu Mardanu, Bapak Blasius Chasto, Ibu Sri Purwaningsih, Ibu Agnes Kadyartini, Ibu Yucha, bu PrimitiIva, Ibu Rini Wahyudi, Ibu Lucy, Ibu Nike, Bapak Agustinus Sudiyono.
Santo Ignasius dari Loyola
diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 11 September 2013 Diperbaharui: 07 Oktober 2019 Hits: 34096
- Perayaan31 Juli
- Lahirtahun 1491
- Kota asalLoyola, Guipuzcoa, Spanyol
- Wafat
- 31 Juli 1556 di Kota Roma - terkena sakit “Demam Romawi” (semacam penyakit malaria yang berulang-ulang terjadi di kota Roma, Italia, di beberapa periode dalam sejarah)
- Beatifikasi27 Juli 1609 oleh Paus Paulus V
- Kanonisasi
- 12 Maret 1622 oleh Paus Gregorius XV
Pada penyerbuan benteng Pamplona, Ignasius bertempur dengan berani namun ia terkena peluru meriam dan terluka parah. Di kemudian hari, ia mendapat penghargaan karena kegagahannya dalam pertempuran itu. Tetapi, luka di tubuhnya membuat Ignatius terbaring tak berdaya selama berbulan-bulan di atas pembaringannya di Benteng Loyola.
Ignatius meminta buku-buku bacaan untuk menghilangkan rasa bosannya. Ia menyukai cerita-cerita tentang kepahlawanan, tetapi di sana hanya tersedia kisah hidup Yesus dan para kudus. Karena tidak ada pilihan lain, ia membaca juga buku-buku itu. Perlahan-lahan, buku-buku itu mulai menarik hatinya. Hidupnya mulai berubah. Ia berkata kepada dirinya sendiri, “Mereka adalah orang-orang yang sama seperti aku, jadi mengapa aku tidak bisa melakukan seperti apa yang telah mereka lakukan?” Semua kemuliaan dan kehormatan yang sebelumnya sangat ia dambakan, tampak tak berarti lagi baginya sekarang. Ia mulai meneladani para kudus dalam doa, silih dan perbuatan-perbuatan baik.
Setelah sembuh, Ignasius mengunjungi sebuah biara dimana ia menanggalkan jubah militernya dan mempersembahkannya pada lukisan Sang Perawan Maria. Ia kemudian pergi ke kota Catalunya, dan selama beberapa bulan tinggal di sebuah gua di dekat kota itu di mana ia bertapa dengan keras. Ignatius juga mengalami beberapa penampakan di tengah-tengah hari selama di rumah sakit. Penampakan-penampakan yang terjadi berulang kali ini tampil sebagai “suatu wujud yang mengambang di udara yang berada di dekatnya dan wujud ini memberinya rasa ketenangan yang amat mendalam karena wujud itu sangatlah indah … wujud itu entah bagaimana terlihat memiliki bentuk mengular dan memiliki banyak benda yang bersinar seperti mata, tapi bukanlah mata. Ia menjadi bahagia dan mengalami ketenangan hanya dengan menatap wujud ini … namun ketika wujud ini hilang ia menjadi sedih.”
Ignasius lalu berziarah ke Tanah Suci dan ia bertekad untuk mentobatkan orang-orang yang belum mengenal Yesus disana. Namun ia tidak diperkenankan. Lalu veteran perang yang berusia 30 tahun itu pulang dan mulai belajar untuk mempersiapkan dirinya berkarya bagi nama Yesus. Mula-mula ia belajar bahasa Latin bersama anak-anak sekolah Dasar di Barcelona sampai kemudian meraih Gelar sarjana di Universitas Paris.
Sejak masih kuliah Ignasius sering memberikan bimbingan rohani kepada teman-temannya. Di masa itu (bahkan sampai sekarang) tidaklah lazim apabila seorang awam mengajar spiritualitas; ia lalu dicurigai sebagai penyebar bidaah (=agama sesat) dan dipenjarakan untuk sementara waktu namun kemudian dilepaskan. Kejadian itu tidak menghentikan Ignatius. “Seluruh kota tidak akan cukup menampung begitu banyak rantai yang ingin aku kenakan karena cinta kepada Yesus,” katanya.
Di Paris Ignasius mengilhami tujuh mahasiswa (dua diantaranya adalah St. Fransiskus Xaverius dan St. Petrus Faber) untuk bersatu mengadakan ikatan. Mereka berjanji setia dan bersepakat untuk menyebarkan injil kepada mereka yang belum mengenal Kristus. Kelompok mereka ini kemudian menghadap Paus Paulus III dan menawarkan diri untuk menjalankan tugas apa saja. Bapa suci yang melihat semangat kerasulan mereka; dan pendidikan mereka yang tinggi akhirnya mengabulkan keinginan Ignasius dan kelompoknya. Bahkan lebih jauh lagi; Bapa Suci mentahbiskan mereka menjadi imam dan ikatan persaudaraan mereka dikokohkan menjadi Serikat Rohaniwan. Serikat ini kemudian dinamakan Serikat Jesus dan mendasarkan diri pada tiga kaul yaitu : Kemiskinan, Ketaatan, dan Kemurnian; ditambah lagi dengan satu kaul khusus yaitu : Kesigapan untuk melaksanakan perintah Tahta Suci Kapan saja dan dimana saja.
Selama 15 tahun sejak persetujuan paus itu Ignasius memimpin Serikat Jesus dari Roma. Ia meyaksikan perkembangan Serikatnya berawal dari 10 orang sampai menjadi lebih dari 1000 orang. Para Jesuit berkarya dari Eropa, Asia sampai ke Benua baru Amerika. Saat ini para Jesuit memiliki lebih dari 500 Universitas dan Perguruan Tinggi, 30.000 anggota, dan mengajar lebih dari 200.000 siswa setiap tahun.
Seringkali Ignatius berdoa, “Berilah aku hanya cinta dan rahmat-Mu, ya Tuhan. Dengan itu aku sudah menjadi kaya, dan aku tidak mengharapkan apa-apa lagi.”
St. Ignatius wafat di Roma pada tanggal 31 Juli 1556. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XV.
Lamunan Peringatan Wajib
Santo Ignasius dari Loyola, Imam
Rabu, 31 Juli 2024
Matius 13:44-46
44 "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. 45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. 46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, sorga banyak dimengerti sebagai hal yang dijumpai sesudah kematian. Sorga adalah hal keabadian.
- Tampaknya, kehidupan di dunia adalah proses perjalanan menuju keabadian. Di tengah dunia orang menjaga diri agar tak tersesat tak sampai sorga ketika wafat.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun sorga adalah bagian dari kehidupan abadi, kesejatian sorga sudah dapat dirasakan oleh orang yang menghargai dan menjunjung tinggi yang ada dalam relung hati. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan biasa menggali makna terdalam dari berbagai fenomena lahiriah.
Ah, masuk sorga itu jelas bagi yang tak lupa agama.
Monday, July 29, 2024
Rm. Bambang Cari Dana
Rm. Bambang memang telah merelakan diri untuk ikut menyemarakkan kehidupan rumah tua para rama praja Keuskupan Agung Semarang. Itulah rumah yang bernama Domus Pacis Santo Petrus, yang lokasinya berada di Kompleks Seminari Tinggi Kentungan. Kesemarakan yang dibuat oleh Rm. Bambang adalah penyelenggaraan hajatan. Hajatan itu menjadi even yang mengundang banyak umat. Beberapa macam even terdiri dari ulang tahun imamat masing-masing rama penghuni Domus, pembaharuan janji imamat sebelum Kamis Putih, ulang tahun pemberkatan Domus, Malam Paskah/Natal, dan peringatan arwah beberapa rama penghuni yang sudah menghadap Tuhan. Sekalipun sering ada sumbangan dari beberapa warga Katolik, Rm. Bambang mencari uang dengan jual kain batik yang pengadaannya dibantu oleh Bu Rini, salah satu relawan. Kadang-kadang Rm. Bambang juga bisa menulis buku yang kemudian diserahkan kepada penerbit. Tetapi Rm. Bambang memegang sendiri pemasarannya dalam rangka juga untuk mencari dana penyelenggaraan even-even yang diurus. Baru-baru ini Rm. Bambang menuliskan pengalamannya menjadi lansia sejak masuk Domus Pacis Puren, Pringwulung, pada 1 Juli 2010 yang diteruskan di Domus Pacis Santo Petrus sejak 1 Juni 2021 hingga kini. Dengan berbagi pengalaman pada para pembaca, Rm. Bambang berharap bisa ikut menyemarakkan kehidupan kelansiaan yang tetap CERIA TAK MERANA dalam keadaan apapun. Buku itu berukuran 13X13,5 CM berisi 210 halaman. Untuk menyumbang Domus Rm. Bambang mematok harga Rp. 60.000 per eksemplar termasuk ongkos kirim.
Santo Petrus Krisologus
diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 07 September 2013 Diperbaharui: 09 Juli 2015 Hits: 9959
- Perayaan30 Juli
- LahirTahun 380
- Kota asalImola, Italia
- Wafat
- 02 December 450 di Imola, Italia - Oleh sebab alamiah
- Kanonisasi
- Pre-Congregation
Ketika Uskup Agung Ravenna, Italia, wafat, Petrus ditunjuk oleh Paus St. Leo Agung untuk menggantikannya. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 433. Sebagai seorang imam dan uskup, St Petrus berkarya secara efektif. Ia berjuang keras untuk menghapuskan kekafiran yang masih ada dalam keuskupannya. Ia membantu umatnya bertumbuh dalam iman.
Uskup Petrus menjadi terkenal sebagai seorang pengkhotbah. Sungguh, “Krisologus” artinya “perkataan emas”. Namun demikian, semua khotbah ataupun homilinya singkat saja. Ia khawatir para pendengarnya menjadi bosan. Di samping itu, khotbah-khotbahnya pun bukanlah sesuatu yang luar biasa istimewa ataupun indah. Namun, pesan-pesan yang disampaikannya jauh lebih berharga daripada emas. Ia berkhotbah dengan semangat begitu rupa hingga mampu menggugah hati para pendengar yang mendengarkannya dengan terpukau.
Dalam khotbah-khotbahnya, Uskup Petrus mendesak setiap orang untuk menerima Yesus sesering mungkin dalam Komuni Kudus. Ia ingin agar semua orang menyadari bahwa Tubuh Tuhan haruslah menjadi santapan setiap hari bagi jiwa. Uskup yang baik ini juga berjuang demi persatuan segenap anggota Gereja Katolik. Ia berusaha mengatasi segala kebingungan yang ada dalam umat tentang iman Katolik. Ia juga senantiasa mengusahakan damai.
St Petrus Krisologus wafat pada tanggal 2 Desember 450 di kota kelahirannya, Imola, Italia. Oleh karena khotbah-khotbahnya yang mengagumkan, yang begitu kaya akan pengajaran, pada tahun 1729 Paus Benediktus XIII memaklumkan St. Petrus sebagai Doktor Gereja.
Lamunan Pekan Biasa XVII
Selasa, 30 Juli 2024
Matius 13:36-43
36 Maka Yesuspun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu." 37 Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; 38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. 39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. 40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. 41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. 42 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 43 Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, bagi agamawan yang namanya neraka bukanlah perkara asing. Itu adalah sengsara abadi bagi kaum pendosa.
- Tampaknya, ada gambaran bahwa neraka adalah nyala api abadi yang amat panas sekali. Orang-orang jahat akan terbakar dengan sadar selamanya.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun neraka diyakini sebagai nyala api abadi bagi kaum jahat pelaku sesat, itu sudah bisa teralami orang pendosa di dunia ini karena kesejatian neraka adalah jiwa panas anti kebaikan dan kebenaran. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sudah sadar adanya jilatan api neraka dalam hidup yang dibakar bara kebencian terhadap tumbuh dan mekarnya kebaikan dan kebenaran.
Ah, neraka itu ya urusan sesudah kematian.
Sunday, July 28, 2024
Rm. Bambang dan Kakek-nenek
Santa Marta
diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 07 September 2013 Diperbaharui: 01 Juni 2014 Hits: 16167
- Perayaan29 Juli
- LahirHidup abad pertama
- Kota asalBethany - Yerusalem - Israel
- Wafat
- Sekitar Tahun 80 - Sebab alamiah
Makam diyakini berada di Tarascon Perancis - Kanonisasi
- Pre-Congregation
Marta dengan senang hati melayani Yesus apabila Ia datang mengunjungi mereka. Suatu hari, Marta sedang menyiapkan makanan bagi Yesus dan para murid-Nya. Marta yakin bahwa tugasnya akan lebih ringan apabila saudarinya datang membantu. Ia melihat Maria duduk tenang dekat kaki Yesus, asyik mendengarkan Dia. “Tuhan, suruhlah dia membantu aku,” pinta Marta kepada Yesus. Yesus amat senang dengan semua layanan kasih sayang Marta. Tetapi, Ia ingin Marta tahu bahwa mendengarkan Sabda Tuhan dan berdoa jauh lebih penting. Jadi dengan lembut Yesus berkata kepadanya, “Marta, Marta engkau khawatir akan banyak hal, namun hanya satu saja yang perlu. Maria telah memilih bagian yang terbaik.”
Iman Marta yang mendalam kepada Yesus tampak nyata ketika saudaranya, Lazarus, meninggal. Begitu ia mendengar bahwa Yesus sedang dalam perjalanan menuju Betania, Marta pergi menyongsong-Nya. Ia percaya kepada Yesus dan dengan terus terang berkata : “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” Kemudian Yesus mengatakan kepadanya bahwa Lazarus akan bangkit. Kata-Nya, “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati. Percayakah engkau akan hal ini?" Dan Marta menjawab, “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkau-lah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” Yesus mengadakan suatu mukjizat besar dengan membangkitkan Lazarus dari antara orang mati!
Sesudah kejadian itu, Yesus datang lagi dan makan bersama dengan Lazarus, Marta dan Maria. Seperti biasanya, Marta melayani mereka. Namun demikian, kali ini Marta melayani dengan sikap yang lebih tulus serta penuh kasih. Ia melayani dengan hati yang penuh sukacita. Cinta tulus kakak beradik ini kepada Yesus mereka buktikan sampai di puncak bukit Golgota, menunggui detik-detik terakhir wafat Yesus.
Ada beberapa legenda dan tradisi yang simpang-siur tentang kehidupan Marta dan saudara nya setelah kenaikan Yesus ke surga. Salah satu yang paling populer adalah legenda tentang makam St. Marta si Tarascon Perancis. Dikatakan bahwa Marta meninggalkan Yudea dan pergi ke Tarascon, Prancis. Ia melalui hari-harinya di desa tersebut dengan berdoa dan berpuasa sampai pada akhir hidupnya. Masih menurut legenda; Marta meninggal di Tarascon, dan dimakamkan diruang bawah tanah Gereja Collegiate di Tarascon.
Lamunan Peringatan Wajib
Santa Marta, Maria, dan Lazarus, Sahabat Tuhan
Senin, 29 Juli 2024
Yohanes 11:19-27
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, yang namanya hidup dalam diri seseorang kerap dikaitkan dengan bergeraknya organ jantung. Mati berarti jantung berhenti.
- Tampaknya, yang namanya hidup dalam diri seseorang kerap dikaitkan dengan kegairahan penuh sukacita. Sebuah acara akan disebut mati karena tidak menarik dan membosankan.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun dirundung kondisi macet tiada kemampuan membuat gerakan, berkat kemesraan dengan relung hati orang akan selalu menemukan daya yang memungkinkan terjadinya gairah hidup yang diliputi sukacita. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan selalu menemukan keceriaan dan bahkan kreativitas di tengah kondisi lemah dan tak berpengharapan apapun.
Ah, bagaimanapun di dalam hidup ini orang bisa tak bisa apa-apa atau mengalami kemacetan.
Kelakar Domus Pacis 2
Saturday, July 27, 2024
Santo Nazarius
diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 03 Agustus 2017 Diperbaharui: 12 Agustus 2017 Hits: 8303
- Perayaan28 Juli
- LahirHidup pada abad pertama
- Kota asalRoma, Italia
- Wilayah karyaGaul (Perancis), Jerman, Swiss
- Wafat
- Martir | dihukum penggal bersama Santo Celsus pada sekitar tahun 68 M
Legenda menuturkan bahwa saat Relikwi-nya ditemukan oleh Santo Ambrosius di tahun 395 M, Darah Nazarius belum mengering - Beatifikasi-
- Kanonisasi
- Pre-Congregation
Santo Nazarius dan Santo Celsus adalah dua martir dari abad pertama yang makam dan relikwinya ditemukan kembali oleh Santo Ambrosius di Milan pada 395 M.
Santo Nazarius adalah warga kota Roma. Ayahnya adalah seorang perwira tentara Romawi dan ibunya adalah Santa Perpetua. Ibunya dibabtis oleh Santo Petrus dan ayahnya yang semula kafir, akhirnya dibabtis atas upaya ibunya. Nazarius menjadi murid Santo Petrus dan dibaptis oleh Santo Linus, Paus kita yang kedua penerus Santo Petrus.
Ketika Kaisar Nero mulai menganiaya umat Tuhan, Nazarius menyelamatkan diri ke Lombardi, mengunjungi Piacenza dan Milan. Ia kemudian tertangkap, dihukum cambuk dan diasingkan ke Gaul (sekarang Perancis).
Di Gaul, Nazarius bertemu dengan Santo Celsus yang saat itu masih berusia 9 tahun. Ibunda Celsus telah meminta Nazarius untuk mengajari mereka iman Kristiani. Nazarius lalu mendidik dan membabtis Celsus serta menjadikannya rekan seperjalanan dalam mewartakan iman Kristiani di Gaul.
Bertahun-tahun Nazarius dan Celsus berkarya dan membawa banyak jiwa di Gaul menjadi umat Tuhan. Hal ini membuat otoritas Romawi murka. Keduanya ditangkap, disiksa, dan dipenjarakan. Mereka baru dibebaskan setelah bersedia untuk tidak lagi berkhotbah di wilayah Gaul.
Nazarius dan Celsus lalu berkarya di wilayah sekitar Pegunungan Alpen dan membangun sebuah kapel di Embrun. Mereka melanjutkan perjalanan kerasulan mereka ke Jenewa, lalu ke Trier. Mereka tinggal cukup lama di Trier, dan membawa banyak orang ke dalam pelukan gereja.
Nazarius dan Celsus disebutkan meninggalkan Trier menuju Italia. Mereka tiba di Genoa, lalu ke Milan. Mereka tertangkap disana dan dihukum mati dengan cara dipenggal.
Peringatan Arwah Tiga Rama
Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...
-
Ini peristiwa Domus Pacis Santo Petrus Senin 4 Desember 2023. Ketika jam belum menunjuk angka 06.00, ada suara langkah-langkah kaki berlaria...
-
Pada Kamis sore 15 Agustus 2024 Rm. Bambang numpang mobil Bu Rini yang periksa dokter di RS Panti Rapih. Bu Katrin, adik bu Rini menjadi dri...
-
Orang biasa mendapatkan informasi bahwa di Domus Pacis Santo Petrus, Kentungan, ada 11 orang rama. Salah satu masih muda, berusia 43 tahun, ...