Monday, June 19, 2023

Santo Paus Silverius

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 18 November 2016 Diperbaharui: 29 Maret 2021 Hits: 10766

  • Perayaan
    20 Juni
    2 Desember (pada beberapa Kalender)
  •  
  • Lahir
    Sekitar tahun 480
  •  
  • Kota asal
    Frosinone, Campania Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • Meninggal di pengasingan pada tanggal 20 Juni 537 atau 11 November 537 (ada 2 versi berbeda)
    Sebagian catatan menyebutkan ia mati kelaparan dan catatan lain menyebutkan ia tewas dibunuh oleh kaki-tangan paus Vigilius
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santo Paus Silverius adalah paus kita yang ke-58.  Tak banyak informasi yang tersedia tentang masa awal kehidupan paus ini.  Dalam beberapa catatan yang tersedia, ia disebutkan lahir sekitar tahun 480 di Frosinone, Campania Italia, putra Paus Hormisdas (paus ke-52) yang sebelum menjalani hidup membiara dan terpilih sebagai Paus, adalah seorang awam yang menikah.  Sejak usia belia, Silverius sudah mengabdikan dirinya bagi Gereja.

Pada masa Santo Paus Agapitus I, Silverius menjadi pelayan umat sebagai Subdiakon kota Roma. Sesungguhnya ia hanyalah seorang subdiakon biasa yang saleh dan rendah hati. Ia terpilih menjadi paus akibat intrik politik dan perseteruan antara Kerajaan Bizantium dan Kerajaan Ostrogoth.

Pada tanggal 22 April 536, Paus ke-57 Agapitus I wafat di Konstantinopel.  Sede vacante (takhta kepausan yang kosong) melahirkan banyak intrik dan kepentingan untuk mengusung calon pengganti paus.  Ratu Theodora dari Konstantinopel berniat mengintervensi pemilihan Paus. Permaisuri  Kaisar Yustinianus Agung (482-565) ini adalah seorang pendukung bidaah Monofisitisme dan berusaha mengorbitkan Diakon Agung Vigilius untuk menjadi paus. Vigilius juga pendukung Monofisitisme dan pernah menjadi tamu kehormatan Ratu Theodora di Konstantinopel. Kepada sang Ratu Virgilius berjanji untuk mendukung Monofisitisme jika ia menjadi Paus.

Monofisitisme adalah paham yang meyakini bahwa hanya ada satu kodrat dalam diri Yesus, yakni kodrat ilahi. Paham ini bertentangan dengan ajaran Konsili Efesus (431) dan dikutuk pada Konsili Khalsedon (451). Gereja Katolik mengimani, kodrat ilahi dan kodrat manusiawi Kristus tidak bercampur, sekaligus tak terpisahkan.

Di lain pihak, Raja bangsa Ostrogoth yang saat itu menguasai Italia,  Theodahad (480-536 M),  tidak menginginkan seorang kaki-tangan Konstantinopel terpilih menjadi Paus. Theodahad mengetahui peluang besar Diakon Vigilius untuk menjadi Paus dan berusaha mencegah skenario ini. Berkat pengaruh Raja Theodahad, akhirnya subdiakon Silverius terpilih menjadi paus yang baru.

Terpilihnya seorang Subdiakon sebagai Uskup Roma mengalahkan seorang Diakon senior adalah hal yang tidak lazim dan menuai penolakan dari sebagian besar kaum klerus di Roma. Paus Silverius I dituding telah menyuap raja Theodahad untuk mendukungnya dalam pemilihan Paus. Tudingan ini terbukti tidak benar setelah beberapa klerus yang terkenal saleh memberikan kesaksian dan mendukung kepemimpinan Seilverius I.  Kisah penyuapan itu terbukti sebagai fitnah dan merupakan bentuk perlawanan terhadap Gereja dengan dilatarbelakangi kebencian kepada Silverius dan Bangsa Goth.

Silverius menjadi Paus pada masa yang kacau-balau. Ia menjadi bulan-bulanan pihak Bizantium karena menentang keras bidaah Monofisitisme. Banyak sekali fitnah dan intrik untuk melemahkan, bahkan melengserkannya sebagai Uskup Roma. Tahun pertama pengembalaan Paus Silverius ditandai dengan memanasnya hubungan antara Kerajaan Bizantium dan Kerajaan Ostrogoth.  Situasi dalam kota Roma juga carut-marut akibat perebutan kekuasaan antara Raja Theodahad dan Vitiges.

Pada tahun 535 M Kaisar Justinianus Agung yang selalu ingin mengembalikan kekuasaannya di wilayah Barat, mendeklarasikan perang terhadap Kerajaan Ostrogoth di Italia. Pasukan Bizantium dikerahkan ke Italia dibawah pimpinan Jenderal berpengalaman, Flavius Belisarius. Jendral Veteran ini menerima perintah Kaisar saat berada di Kartago Afrika Utara dan baru saja menaklukkan Kerajaan Vandal yang telah berkuasa di Afrika Utara selama satu abad. Dari Afrika, Belasarius bersiap menyerbu Italia bersama tujuh ribu lima ratus orang pasukannya.

Sementara itu, kemelut dalam keluarga kerajaan Ostrogoth terus berlanjut. Raja Theodahad terbunuh oleh Vitiges, yang kemudian naik takhtah pada bulan Agustus 536. Vitiges lalu membuat huru-hara dan menjarah kota Roma. Ia merampok kota itu serta menghancurkan gereja-gereja dan katakombe. Relikwi para kudus banyak yang dinista dan dimusnahkan.

Pada saat Vitiges dan pasukannya berpesta-pora menjarah kota Roma, Jenderal Belisarius dan pasukannya mendarat di pulau Sisilia dan terus bergerak ke Utara untuk merebut daratan utama Italia. Belisarius tiba di Naples (Napoli) dan merebut kota itu tanpa perlawanan berarti dari tentara Ostrogoth. Pada tanggal 9 Desember 536,  Belisarius menaklukkan kota Roma  dan menawan Vitiges bersama isterinya Matasuntha. Mereka kemudian dikerangkeng dan dibawa ke Konstantinopel sebagi tawanan.

Dengan takluknya Kerajaan Ostrogoth, Bizantium kini berkuasa di Italia. Ratu Theodora segera memerintahkan penahanan Paus Silverius dengan tuduhan membangkang pada Kaisar dan bersekongkol dengan bangsa Goth. Pada Maret 537 Paus Silverius ditangkap. Jubah kepausannya dilucuti dan diganti dengan jubah para pertapa. Ia lalu diasingkan ke Patara, Lycia. Diakon Vigilius kemudian diangkat sebagai paus yang baru dan ditahbiskan sebagai Paus Gereja Katholik ke-59 pada tanggal 29 Maret 537 M.

Dalam pembuangannya di Patara, Silverius bertemu dengan Uskup Patara. Sang Uskup segera menyadari bahwa Silverius sama sekali tidak bersalah dan telah difitnah. Ia kemudian berangkat ke Konstantinopel dan membawa masalah ini kehadapan Kaisar. Dari Konstantinopel Kaisar memerintahkan Jenderal Belisarius untuk menyelidiki kasus ini. Silverius segera  terbukti tak bersalah dan Kaisar memutuskan untuk mengembalikan takhtah kepausan pada Silverius. Paus yang teraniaya itu lalu dijemput untuk dibawa kembali ke Roma.

Berita kepulangan Selverius membuat Vigilius dan para pendukungnya khawatir. Dengan dukungan Ratu Theodora mereka menculik Paus Silverius dan membuangnya ke pulau Ponza (terletak di gugusan kepulauan Pontine di Laut Tyrrhenia, bagian dari Laut Mediterania) di Pantai Barat Italia.  Di pulau terpencil ini Paus Silverius dikurung secara tidak manusiawi. Ia mengalami penderitaan lahir dan batin hingga wafat dengan menyedihkan. Konon, ia wafat tak lama setelah tiba di Pulau tersebut. Tradisi mengatakan bahwa paus ini wafat karena kelaparan, namun tradisi lain mengatakan bahwa ia tewas dibunuh oleh orang suruhan Vigilius. Diyakini Paus Silverius wafat pada 20 Juni 537 namun ada juga yang menyebutkan tanggal 11 November 537.  

Paus Silverius dikuburkan di pulau Ponza dan makamnya masih ada sampai hari ini. Ia dinyatakan sebagai Santo Pelindung pulau Ponza dan Pelindung para nelayan. Namanya telah tertera dalam daftar para Kudus sejak abad ke-11 dan pestanya dirayakan pada setiap tanggal 20 Juni. Setiap tahun, pada hari pesta santo Silverius, warga pulau Ponza menggelar tradisi yang mereka sebut : La Festa di San Silverio. Tradisi ini berlangsung meriah dan dimulai dengan misa dan perarakan patung santo Silverio di atas miniatur perahu (simbol Santo pelindung para nelayan pulau Ponza) oleh seluruh penduduk pulau Ponza.

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...