Kebanyakan para romo Domus Pacis St. Petrus memang sudah mengalami kerentanan. Enam orang sudah tidak ikut makan bersama. Dari enam, 5 orang sudah dilayani dalam segalanya. Sementara itu 8 orang masih bisa ikut Misa Komunitas. Dari 8, yang mendapatkan giliran memimpin Misa ada 4 orang. Dari 4 orang romo yang tidak ikut memimpin, 2 orang sudah tidak punya suara memadahi untuk ikut menjawab kata-kata liturgi. Memang, Rm. Hartanta dan Rm. Bambang masih dapat disebut segar dalam memimpin Misa. Dua yang lain sudah dapat mengalami kesulitan. Yang satu harus memakai teks yang difotocopy dengan huruf diperbesar karena penglihatan yang sudah menurun. Sedang yang satunya harus dibuatkan teks khusus dan tidak memakai buku Tata Perayaan Ekaristi cetakan penerbit karena sudah mengalami kesulitan untuk mencari halaman yang dibutuhkan. Sedang Rm. Bambang, yang masih termasuk segar, kalau menjadi peserta mudah mengalami kantuk berat dan bahkan tertidur.
Dalam hal Misa Komunitas sebenarnya sering terjadi hal-hal yang bagi Rm. Bambang menimbulkan kegelian. Dia selalu bersyukur bahwa dalam hukum Gereja ada ketentuan yang bernama "Ecclesia Suplet". Itu menyangkut kesalahan yang dibuat oleh imam yang tak disengaja. Dalam hal ini Gereja akan melengkapi sehingga kekeliruan tidak membuat batal pelaksanaan. Dalam Misa Komunitas Domus bisa terjadi beberapa kesalahan karena kondisi ketuaan atau bahkan kelansiaan. Misalnya, pemimpin Misa tidak memakai stola. Bisa juga terjadi kata-kata liturgi yang sudah lewat diulangi. Pernah juga terjadi ketika ikut membacakan bagian doa yang harus diselesaikan di halaman berikut, romo yang mendapatkan giliran meneruskan dengan halaman sebelumnya. Yang terakhir terjadi dalam Misa Komunitas Selasa 6 Juni 2023. Seperti biasa Rm. Bambang selalu berusaha untuk menjaga mata agar tidak tertidur. Pada waktu itu sesudah Bapa Kami, Romo pemimpin mengucapkan "Sebab Engkaulah raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya". Kata-kata itu bagian yang harus diucapkan oleh peserta Misa. Barangkali karena ada kata-kata "selama-lamanya" mulut Rm. Bambang didukung kemantapan berbunyi "AMIIIIN!!". Karena seketika menyadari kekeliruan, dia berpaling ke arah romo yang amat kritis terhadap kesalahan. Rm. Bambang tersenyum sambil menjulurkan lidah. Maka romo yang kristis membentak "Oman-amin ki ngapa?!" (Mengapa bilang 'Amin'?). Di luar Kapel Bu Rini bilang kepada Rm. Bambang "Tadi Rm. Hartanta tersenyum".
No comments:
Post a Comment