Tampaknya kunjungan Paus ke Indonesia memang membuat amat banyak orang menaruh perhatian. Tampaknya yang bergairah tak hanya orang-orang Katolik. Memang, pertemuan di Katedral Jakarta tampak hanya untuk umat Katolik dari Uskup, pastor, biarawan-biarawati, dan tokoh-tokoh awam. Tetapi di luar gedung gereja ternyata amat banyak anak mengelu-elukan dengan membawa bendera RI dan Vatikan. Tetapi suasana terasa amat meriah sekali dan mengagumkan ketika ada pertemuan dengan, kalau tidak keliru, dunia pendidikan. Anak remaja amat banyak dan umat beragama lainpun amat mewarnai. Terutama dengan hadirnya banyak kaum perempuan berhijab menandakan bahwa acara itu adalah untuk umum terbuka pada mereka dari macam-macam agama, suku, golongan. Satu hal yang amat menarik adalah berkat Paus. Ketika perjumpaan di Katedral, dalam berkatnya Paus memberikan tanda salib dengan tangannya. Tetapi ketika pertemuan dengan dunia pendidikan berkat didahului dengan hening, doa dalam hati, dan ucapan berkat tanpa tanda salib dan tanpa ucapan triniter model Katolik. Bahkan dalam pembicaraanpun tak tertangkap kata-kata Kristus atau tokoh-tokoh Katolik misalnya Bunda Maria seperti dalam Katedral.
Dua acara itu di Domus Pacis dilihat lewat tayangan on line dalam TV. Tentu saja yang dilihat adalah banyaknya orang peserta pertemuan dengan Paus termasuk munculnya tepuk tangan bahkan tawa. Di Domus ruang makan, tempat TV terpasang, tak ada tepuk tangan dan tawa. Para rama Domus mengikuti acara Katedral seperti ikut pelajaran agama tentang 3 keutamaan : Iman, Persaudaraan, dan Belarasa. Dalam acara beraroma pendidikan para rama Domus seperti ikut menyaksikan diskusi kebinekaan. Itu terasa seperti aplikasi 3 keutamaan. Apalagi dari 8 rama yang biasa makan bareng, hanya 5 orang yang ikut acara Katedral. Mereka adalah Rm. Hartanta, Rm. Harto, Mgr. Blasius, Rm. Ria, dan Rm. Bambang. Pada malam hari, sesudah makan ketika melihat acara Katedral, kelimanya seperti ikut renungan dipimpin Paus dalam keheningan. Sedang di pagi hari sesudah makan, dalam youtube acara dengan dunia pendidikan, pesertanya berkurang Mgr. Blasius. Dalam ikut memperhatikan diskusi kebinekaan, kadang-kadang Rm. Hartanta dan Rm. Bambang bertukar komentar secara spontan.
No comments:
Post a Comment