"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga." (Mat 18:3-4)
Siapa tak ingin masuk sorga? Paling tidak kaum beragama pada umumnya ingin masuk sorga. Sorga adalah keadaan bahagia yang meresap ke dalam relung kalbu. Kebahagiaan seperti itu tak akan lekang hanya karena berhadapan dengan kesusahan, pendertaan, dan bahkan kematian. Tetapi, karena aku ikut Yesus, ternyata untuk masuk sorga aku harus berguru pada anak kecil. Untuk menjadi anggota Kerajaan Sorga aku punya 2 orang guru agama : Chrissel berumur 4 tahun dan Nel, adiknya, hampir genap 10 bulan. Chrissel amat suka menikmati permen tertentu apalagi yang memakai pegangan kecil. Setiap datang ke Domus Pacis, dia biasa langsung masuk kamarku dan membuka lemari es. Aku memang selalu menyediakan dan memasang dengan posisi menarik. Tentu saja mulutnya langsung mengulum sambil lari sana sini di aula Domus. Kalau aku tanya "Sudah ambil?", dia langsung membuka mulut menjulurkan lidah menunjukkan permen yang dikulum. Tetapi pada suatu malam, ketika Chrissel dengan papinya datang ke kamarku, terjadi hal lain. Saya menunjuk lemari es tetapi Chrissel tampak hanya termangu. Papinya bilang "Jangan dulu, rama. Masih batuk". Chrisselpun menyambung dengan kata-kata yang diarahkan kepadaku "Batuk lamaaaaa belum sembuh". Ternyata Chrissel yang amat mencandu permen itu, bahkan sering menyembunyikan agar tak dilihat maminya, bisa tahu keadaan. Dia juga taat pada perintah papi dan maminya untuk tidak makan permen itu. Sikap Chrissel meneguhkan ketaatanku kepada dokter Suharnadi yang menjaga kesehatanku dan kepada Rm. Hartanta yang mengola hidup harianku di Domus. KETAATAN ADALAH CAHAYA UNTUK TAAT TAK IKUT KEHENDAKKU DAN MUDAH-MUDAHAN JADI PANTULAN KEHENDAK TUHAN.
No comments:
Post a Comment