Ngomong Ngelantur Batin

Saya memang termasuk yang kalau khotbah lama. Dalam hal ini di antara teman-teman rama, saya ketahui lewat grup WA, kerap saya jumpai diskusi tentang lama khotbah. Apalagi Paus Fransiskus mengatakan bahwa khotbah lebih 8 menit bisa membuat umat saya sebut saja tak betah. Maka ketika Paus memimpin Misa di Senayan, Jakarta, ada yang menulis dalam grup WA "Sing ra setuju paus, kotbah 8 menit ki mesti romo2 sing kakehan omong kurang karya, yup. 🤣🤣🤣🤣🤣" (Yang tidak setuju Paus tentang khotbah 8 menit pasti rama-rama banyak omong kurang berkarya). Ketika saya berkomentar dengan isi terima kasih sudah diingatkan, terjadilah dialog lucu di antara para rama generasi medior. Ada yang bilang ke saya "Dukani mawon mo" (Dimarahi saja, rama). Saya menanggapi "Kula sakniki mung sehat cucuk. Mila sagetipun nggih mung omong. Ajeng makarya, pun lempoh 🤣🤣🤣🤣🤣" (Sekarang saya hanya sehat mulut. Maka saya hanya bisa omong. Akan berkarya, mana bisa karena saya sudah tak bisa berjalan ha ha ha). Ternyata ada komentar "Wee tasih digdaya nyerat nyerat sharing sing jos je. ..... Maturnuwun sampun pikantuk buku nipun🙏😁" (Masih berdaya menulis sharing yang jos ..... Terima kasih sudah mendapatkan bukunya". Komentar terakhir tentu berkaitan dengan buku CERIA TAK MERANA yang berisi pengalaman kelansiaan saya dari 1 Juli 2010 hingga kini di rumah tua para rama praja Keuskupan Agung Semarang yang bernama Domus Pacis. Saya menjawab "Mboten jos. Niku pendlemingan batin merga nganggur. Pun mboten omong teng ngarepe wong akeh. Kalih Rm. Agoeng didhawuhi asal nulis mawon. Jebule lumayan, saget menghasilkan arta ngge pesta Domus 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣" (Bukan jos. Itu hanya omongan ngelantur karena menganggur. Sudah tak dapat omong di depan banyak orang. Rm. Agoeng, dulu pengurus Domus Pacis, meminta asal menulis. Ternyata lumayan, bisa menghasilkan uang untuk pesta Domus).