Wednesday, September 18, 2024

Diikuti 105 Orang Umat

Misa Domus Pacis Santo Petrus biasa terjadi pada setiap jam 17.30 dari Senin sampai Sabtu. Sabtu sore biasa memakai liturgi Minggu. Seandainya beberapa rama punya acara sore, barulah Misa dilaksanakan pagi jam 06.30. Maka, Misa biasa hanya sekali sehari setiap sore dan hanya kalau ada hal khusus baru dipindah pagi hari. Tetapi pada Senin 16 September 2024 ada Misa pagi tanpa menghapus Misa sore. Misa sore tetap ada dan diikuti para rama sepuh dan dipimpin oleh rama dari Seminari Tinggi. Misa pagi jam 06.45 diikuti oleh 105 orang termasuk beberapa anak kecil. Orang sejumlah itu adalah umat Lingkungan Santo Ignatius Jonggrangan, Paroki Ketandan Klaten. Misa sungguh semarak karena adanya kor yang pasti disiapkan secara khusus. Sebenarnya umat Lingkungan ini dalam rencana akan datang di Domus Pacis pada Minggu 15 September 2024. Tetapi mereka kehabisan armada bus disebabkan oleh adanya libur panjang karena Senin adalah hari libur Maulud Nabi. Akhirnya acara umat Lingkungan Jonggrangan diundur ke hari Senin. Pada hari itu mereka mengadakan Ziarah Rekoleksi. Di Domus mereka minta pelayanan Misa dan isian rekoleksi singkat. Dari Domus mereka meneruskan ke Jatiningsih kemudian Candi Hati Kudus Ganjuran. Dalam rencana memang ada rekreasi di Pantai Depok. Misa di Domus Pacis dipimpin oleh Rm. Hartanta. Rm. Bambang membaca Injil diteruskan khotbah yang dijadikan masukan rekoleksi. Rm. Bambang memberikan pemahaman tentang Jemaat Lingkungan berdasar Kebijakan-kebijakan Dasar Keuskupan Agung Semarang tentang Lingkungan (KDPL). Rm. Bambang menjelaskan bahwa Lingkungan adalah bagian kongkret Gereja sebagai persaudaraan Injil yang secara penuh terlibat sebagai garam dan terang dalam masyarakat. Untuk masukan ini Rm. Bambang mengajak para peserta menghafalkan inti dokumen KDPL tentang definisi Jemaat Lingkungan dengan tembang Pocung :

Greja iku kang paling krasa ing laku; Wujud paguyuban sedulur ing Injil Suci; Dadi uyah ing tengahing masyarakat.

(Gereja yang paling terasa secara kongkret; Bentuknya adalah paguyuban persaudaraan berdasarkan Injil; Punya posisi langsung menjadi garam masyarakat). 

Sesudah Misa para tamu menikmati bakso yang dipesan lewat Bu Rini, salah satu relawan Domus. Pertemuan dengan para rama tidak bisa lama karena mereka masih harus pergi ke tempat-tempat lain. Apalagi pada waktu itu sudah ada rombongan dari Semarang yang juga berkunjung di Domus akan bertemu dengan para rama.


Tuesday, September 17, 2024

Santo Yosef dari Cupertino

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 21 Agustus 2013 Diperbaharui: 15 September 2016 Hits: 15908

  • Perayaan
    18 September
  •  
  • Lahir
    17 Juni 1603
  •  
  • Kota asal
    Cupertino, Keuskupan Nardo, dekat Brindisi Naples, Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 18 September 1663 | Oleh sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    24 Februari 1753 oleh Paus Benediktus XIV
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 16 July 1767 oleh Paus Klemens XIII
Santo Yosef Cupertino dilahirkan pada tanggal 17 Juni 1603 di Italia. Ia berasal dari keluarga yang sangat miskin. Ayahnya, Felice Desa adalah seorang tukang kayu miskin yang meninggal sebelum ia lahir. Ketika ibunya sedang hamil tua; para rentenir datang menyita rumah mereka dan mengusir ibunya. Jadilah Joseph kemudian lahir dalam sebuah kandang kuda.
 
Mulai usia delapan tahun, Yosef mulai sering menerima penglihatan yang membuatnya mengalami ektase, terpana dan berlama-lama menatap ke luar angkasa. Ibunya dan masyarakat yang tidak mengerti apa yang dialaminya; menganggap Yosef sebagai anak aneh yang lamban dan menyusahkan saja. Mereka memperlakukannya dengan sangat buruk.
 
Seringnya mengalami ektase membuat Yosef tumbuh menjadi seorang remaja yang amat lamban serta pelupa. Ia sering terlihat berjalan dengan diam tanpa arah tujuan yang jelas. Tetapi karena perlakuan dan hinaan yang sering diterimanya; ia juga tumbuh menjadi seorang yang pemarah, jadi ia tidak begitu disenangi.
 
Yosef pernah belajar membuat sepatu, tetapi gagal karena ektase yang sering dialaminya membuat ia tidak dapat berkonsentrasi dalam pekerjaan itu. Kemudian suatu saat ia minta ijin untuk masuk biara Fransiskan. Namun ia tidak diterima karena kurang berpendidikan. Yosef tidak patah arang; ia kemudian mencoba melamar pada biara Fransiskan Kapusin dan ia diterima sebagai seorang saudara awam pada tahun 1620. Namun trance yang sering dialiaminya membuatnya tidak cocok untuk bekerja dalam biara. Ia kerap menjatuhkan tumpukan piring-piring dan terus-menerus lupa melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Delapan bulan kemudian ia dianjurkan untuk meninggalkan biara itu.
 
Ibunya tidak senang dengan kepulangan Yosef. Ia kemudian mencarikan pekerjaan bagi Yosef sebagai seorang pesuruh di biara Fransiskan. Yosef diberi sebuah jubah Fransiskan untuk dikenakan dan diserahi tugas untuk merawat kuda-kuda biara. Bekerja di kandang membuat Yosef mulai berubah. Ia menjadi lebih lembut serta rendah hati. Ia lebih berhati-hati dan berhasil dalam pekerjaannya. Ia juga mulai melakukan silih dengan keras. Pemimpin biara memutuskan bahwa Yosef dapat diterima menjadi seorang biarawan dan memintanya untuk segera mulai belajar menjadi seorang imam.
 
Meskipun Yosef seorang pekerja yang tekun, namun ia sering mengalami masalah dalam hal belajar. Tetapi Yosef percaya penuh akan pertolongan Tuhan yang sering dia lihat dalam penglihatan-penglihatan yang diterimanya. Akhirnya Yosef berhasil menyelesaikan studinya dan ditahbiskan juga menjadi seorang imam dari Ordo Fransiskan.
 
Hidup romo Yosef menjadi serangkaian mukjizat, visi dan ekstase dalam Roh Kudus. Ia bisa langsung masuk ke alam ekstese di setiap waktu atau tempat bila dipicu oleh suara lonceng gereja, suara koor di gereja, penyebutan nama Allah, Bunda Maria atau nama orang suci, perenungan setiap peristiwa jalan salib, passion suci, gambar-gambar para suci, pikiran tentang kemuliaan di surga dll. Tapi dia akan kembali ke alam ini saat mendengar suara atasannya memanggil. Ia menjadi seorang yang amat kudus dan sepenuhnya larut dalam kebersamannya dengan Tuhan. Segala sesuatu yang ia lihat didunia ini selalu membuatnya berpikir tentang Tuhan; dan bila ia mulai khusuk meresapi keberadaan Tuhan maka seketika itu juga ia bisa masuk ke alam ektase rohani dan dipenuhi dengan Roh Kudus.
 
Puluhan kali sudah orang-orang melihatnya terangkat dari tanah ketika ia sedang mempersembahkan Misa atau ketika sedang berdoa dengan khusuk; sebuah keadaan yang bahkan ia sendiri tidak menyadarinya. Sebagian orang mengatakan bahwa St. Yosef akan melayang setiap kali ia mempersembahkan misa. Hal ini menjadikannya demikian terkenal sehingga ia harus disembunyikan untuk mencegahnya menjadi bahan tontonan. Bila romo Yosef mempersembahkan misa maka gereja akan penuh sesak oleh umat yang membludak.
 
Selama 35 tahun sisa hidupnya Yosef kemudian “diasingkan” dan diminta untuk tidak menghadiri paduan suara (karena apabila mendengar paduan suara Gereja yang merdu maka ia bisa segera trance dan sering mulai melayang di udara). Ia juga dicegah untuk pergi ke ruang makan umum, berjalan dalam prosesi rohani, bahkan ia dilarang untuk mengadakan misa bagi umat di gereja.
 
Biaranya meminta ia untuk tinggal di sebuah kamar "khusus" dengan sebuah kapel pribadi yang disediakan khusus baginya untuk merayakan misa harian. Sungguhpun merasa sedih karena hal ini sama saja dengan diasingkan; namun pengasingan ini juga membuatnya merasa berbahagia karena memberinya kesempatan untuk sendiri bersama Kristus yang amat dikasihinya.
 
Dalam "sel" pengasingannya ia sempat menulis kepada seorang teman tentang waktu-waktu sulit yang ia lalui di dalam “tahanan” :
 

"Saya banyak mengeluh kepada Tuhan tentang diri-NYA. Aku telah meninggalkan segala sesuatu bagi-Nya, dan DIA, bukannya menghibur saya, malah saya dikirim ke dalam penderitaan manusia.."
Ia melanjutkan: "Suatu hari, ketika saya menangis dan meratap dalam sel saya, seorang malaikat mengetuk pintu sel saya. Saya tidak menjawab, tetapi ia masuk ke kamar saya dan berkata : "Romo Yosef, bagaimana kabarmu ..?"
"Saya di sini untuk melayani Anda, " jawabku.
"Saya pikir Anda tidak memiliki jubah " lanjutnya.
"Ya, saya punya satu, tapi sudah lusuh," jawab saya.
Kemudian, malaikat yang tidak kuketahui namanya itu memberiku sebuah jubah, dan ketika aku mengenakannya, semua putus asa saya seketika lenyap. Tidak ada yang pernah tahu siapa malaikat  itu.."

Kejadian ini menyadarkan Joesph bahwa Yesus tidak pernah meninggalkannya sendirian. Suatu hari tanggal 18 September 1663  Yesus datang dan membawa romo Yosef yang saat itu berusia enam puluh tahun untuk pulang ke surga.

St. Yosef Cupertino dinyatakan kudus oleh Paus Klemens XIII pada tahun 1767.

Lamunan Pekan Biasa XXIV

Rabu, 18 September 2024

Lukas 7:31-35

31 Kata Yesus: "Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? 32 Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. 33 Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. 34 Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. 35 Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, pada umumnya agama-agama dan kepercayaan memiliki upacara ritual. Dalam hal ritus terdapat rumus-rumus dan juga praktek-praktek yang merupakan warisan tradisi keagamaan.
  • Tampaknya, semua yang tradisional itu bisa menjadi bagian yang diwajibkan oleh tata aturan bahkan hukum agama. Orang akan disebut beriman kalau taat dan menjalani kewajiban-kewajiban keagamaan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun taat dan menjalani sepersis mungkin berbagai kewajiban keagamaan, kalau dilandasi pandangan sempit legalistik, yang dilakukan hanya seperti mainan kanak-kanak untuk mengikuti kecocokan diri. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa sesaleh apapun agamawan legalistik akan melihat bentuk penghayatan apapun yang tak sesuai rumus akan dianggap keliru.  

Ah, asal setia menjalani aturan agama orang sudah beres dalam beriman.

Pertama Misa di Domus

"Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus" kata pimpinan Misa sambil membuat tanda salib yang dijawab 11 peserta "Aminnnn". "Tuhan bersamamu" pimpinan berkata lagi yang mendapat jawaban "Bersama rohmu". Rama pemimpin Misa meneruskan "Para rama, bapak, dan ibu, selamat sore dan Berkah Daleeeem" yang dijawab "Selamat sore dan Berkah Daleeeeem". Kemudian rama pemimpin Misa dalam pengantar menyebut masing-masing rama "Monsinyur Blasius, yang dulu Uskup Ketapang .... Rama Jarot, adik kelas saya di Seminari Mertoyudan tetapi lebih dahulu tahbisan. Rama Ria, dulu guru nyanyian Gereja saya .... Rama Harto, dulu bersama di Seminari Mertoyudan, beliau jadi pamong dan saya frater pembantu ..... Rama Yadi dan Rama Suntara, yang namanya sudah saya dengan lama ..... Dan Rama Bambang, yang di Seminari Mertoyudan pernah jadi pamong saya ....." Itu semua terjadi pada pembuka Misa di Domus Pacis Santo Petrus yang dimulai pada jam 17.30 pada hari Senin 9 September 2024. Itu adalah hari Misa yang dalam jadual menjadi giliran pelayanan Rama staf Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan. Pada hari itu yang mendapatkan giliran adalah Rm. Sadyaka SY. Beliau adalah rama baru di Seminari Tinggi. Beberapa sesudah datang Rm. Sadyaka mengunjungi Domus dan tentu cukup akrab dengan Rm. Jarot yang ketika di Seminari Mertoyudan sama-sama jadi Seminaris. Tetapi ketika menengok kamar Rm. Bambang beliau langsung berkata "Rama taksih kemutan kula?" (Apakah rama masih ingat saya). Rm. Bambang pura-pura ragu-rahu dan mengamati dengan cermat diteruskan ngomong "Ndak njenengan Pak Tjipto" (Apakah Anda Pak Tjipto?). Rm. Sadyaka langsung tertawa dan kemudian bilang "Kula sakniki sakniki Ramane Pak Tjipto nangung Ramane Mbak Ning" (Sekarang saya bukan Rama milik Pak Tjipto tetapi Rama milik Mbak Ning). Sebenarnya almarhum Pak Tjipto adalah ayah beliau, dan Mbak Ning adalah adik bungsunya. Rm. Bambang ketika berkarya di Paroki Maria Assumpta Klaten pada tahun 1981-1982 cukup akrab dengan Keluarga Almarhum Pak Tjipto.

Monday, September 16, 2024

Santo Lambertus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 06 Oktober 2014 Diperbaharui: 15 September 2016 Hits: 12594

  • Perayaan
    17 September
  •  
  • Lahir
    Sekitar tahun 635
  •  
  • Kota asal
    Maastricht, Belanda
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir - Ditikam dengan tombak tepat di jantungnya saat sedang merayakan misa pada sekitar tahun 700
    Awalnya dimakamkan di Maastricht, lalu makamnya dipindahkan ke Liège oleh Santo Hubertus.
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santo Lambertus berasal dari keluarga bangsawan, anak dari pangeran Aper dan Herisplindis. Ia memperoleh pendidikan agama yang baik dari Santo Theodardus, pamannya yang juga Uskup Maastricht, Belanda. Ketika Uskup Theodardus menjadi martir pada tahun 670, Lambertus terpilih menggantikannya.

Lambertus terkenal sebagai seorang uskup yang saleh. Seperti pamannya, Lambertus juga gigih membela umat dari penindasan para bangsawan dan tuan-tuan tanah. Karena itu pada tahun 674 ia diusir paksa dari Maastricht dan diasingkan di Liège (Belgia) selama tujuh tahun. Di pengasingan Lambertus tetap berkarya dengan mendirikan sebuah biara yaitu Biara Stavelot, yang masih berdiri hingga saat ini.  Uskup Lambertus baru kembali ke Maastricht pada tahun 681. Ia kembali memimpin umatnya dan membangun banyak biara-biara baru.

Di sekitar tahun 700, Lambertus dengan tegas menegur seorang bangsawan yang hidupnya tidak bermoral dan memelihara banyak gundik. Teguran bapa Uskup membuat bangsawan tua ini marah dan mengancam untuk mencelakainya. Beberapa waktu kemudian, saat sedang mempersembahkan misa di kapela Santo Kosmas dan Damianus di Liège, sekelompok orang suruhan sang bangsawan menyerangnya. Mereka mengepungnya di atas altar lalu menikamnya dengan tombak tepat di jantungnya sehingga ia tewas seketika.

Santo Lambertus dari Maastricht, tewas sebagai martir karena membela kesucian sakramen perkawinan. Awalnya ia dimakamkan di Maastricht, lalu dipindahkan ke Liège oleh seorang anak didiknya yang terpilih menggantikan kedudukannya sebagai uskup Maastricht, yaitu Santo Hubertus. Kini makam Santo Lambertus berada di Katedral St. Lambertus, Liège – Belgia.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

Lamunan Pekan Biasa XXIV

Selasa, 17 September 2024

Lukas 7:11-17

11 Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. 12 Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. 13 Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" 14 Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" 15 Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. 16 Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya." 17 Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, kematian memang membuat hati berduka. Orang bisa merasa kehilangan topangan hidup kalau yang wafat adalah sosok tonggak keluarga.
  • Tampaknya, berhadapan dengan sosok berduka karena kematian, orang baik-baik akan ikut berduka cita. Dia akan melayat dan mengucapkan atau membawa tanda duka seperti karangan bunga.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun ucapan ikut duka bahkan dengan membawa karangan bunga bisa jadi tanda belarasa terhadap yang berduka karena kematian, belarasa sejati adalah menjadikan peristiwa itu bagian omongan relung hati yang membuat kehadiran menjadi daya bangkitnya yang berduka menemukan suka. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang pertama-tama memasukkan duka orang yang kematian keluarga dalam doa batin sehingga hadirnya belarasa apapun bentuknya jadi daya penceriaan.

Ah, melayat orang kematian itu ya menyumbang uang.

Sunday, September 15, 2024

Rm. Bambang Bersiul

Kini rama sepuh yang dipimpin oleh Rm. Hartanta ada 9 orang. Dari 9 orang hanya 2 orang rama yang tidak berkursi roda. Maklumlah keduanya selalu berada di dalam kamar. Keduanya sudah ada dalam penjagaan 24 jam. Bahkan 1 orang dari rama itu sudah berbaring terus dan sudah jauh dari berbicara untuk berkomunikasi. Satu lainnya masih bisa berbicara tetapi kondisinya sudah dikuasai oleh kepikunan tingkat mendalam. Beliau akan dihalang untuk keluar, karena nanti bisa hilang. Beliau sudah tak mengenal lagi teman-teman serumah termasuk para karyawan. Sementara itu 7 orang rama sepuh lain sudah bersahabat dengan kursi roda. Enam dari 7 orang rama yang berkursi rodah juga sudah banyak harus dilayani oleh para karyawan termasuk dalam mandi. Agar lancar dalam memanggil karyawan ketika membutuhkan hal dengan pelayanan karyawan, keenam orang rama sepuh itu mendapatkan bel listrik. Masing-masing bel ada nada musiknya sendiri sehingga karyawan tahu bahwa bel dengan musik tertentu berasal dari kamar rama tertentu. Rm. Bambang memang tidak mendapatkan bel, karena di kamarnya dia masih bisa banyak mengurus diri sendiri termasuk ketika mandi. Untuk mobilitas yang berjarak lebih dari 5 meter dia memang membutuhkan bantuan pendorong. Kebutuhan dorongan hanya untuk ke ruang makan, ke kapel, dan dari kapel ke ruang makan. Kalau rama lain yang pakai bantuan dari karyawan pendorong, itu akan terjadi secara langsung, misalnya dari ruang makan ke kamar. Dalam hal membutuhkan bantuan karyawan, karena tak mendapat bagian bel listrik, Rm. Bambang biasa melengkingkan siulan. Dia memang bisa bersiul dengan suara yang bisa terdengar dari jauh. Karyawan secara reflek akan langsung datang ke Rm. Bambang begitu mendengar siulan. Kejadian lucu kerap terjadi di ruang makan. Ketika para rama lain sudah menuju bahkan sampai kamar, sekalipun ada beberapa karyawan di ruang makan untuk mengemasi alat-alat makan dan mencuci cangkir, tak ada satupun karyawan yang menghampiri Rm. Bambang yang masih tinggal di situ. Mereka dengan tenang sibuk kerja bahkan sambil omong-omong. Barulah kalau muncul bunyi siulan dari Rm. Bambang, ada karyawan langsung menghampiri dan mendorongnya. Kalau Rm. Bambang bilang "Kok ora ana sing nulung aku" (Mengapa tak ada yang menolong aku), para karyawan hanya tertawa. Barangkali dalam hati mereka berkata "Salahe orang singsot" (Salahnya tidak bersiul) ha ha ha .....

Santo Siprianus dari Kartago

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 21 Agustus 2013 Diperbaharui: 20 Oktober 2019 Hits: 14514

  • Perayaan
    16 September
  •  
  • Lahir
    Hidup abad ke-3
  •  
  • Kota asal
    Kartago - Afraka Utara (sekarang Tunisia)
  •  
  • Wafat
  •  
  • 14 September 258 | Martir. Dipenggal kepalanya.
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santo Siprianus lahir sekitar tahun 200 dalam keluarga kafir yang kaya dan berbudaya. Tahun 246 Siprianus dibabtis  menjadi seorang Kristen. Ia lalu menanggalkan pola hidup lamanya, membagi-bagikan uang dan hartanya kepada orang miskin, serta bersumpah akan hidup suci. Tentang perubahan ini ia menulis: "Kelahiran kedua ini telah menciptakan manusia baru dalam diri saya, dengan hembusan Roh dari surga."  Beberapa waktu kemudian, Siprianus ditahbiskan sebagai imam dan pada tahun 248 ia dilantik sebagai uskup Kartago.

Saat itu gereja sedang mengalami penganiayaan dan terpecah-pecah karena pertentangan teologis. Siprianus berupaya sekuat tenaga dan mencoba menyatukan orang-orang Kristen melalui kuasa para uskup.  Ia sangat mendambakan persatuan dalam gereja Kristus.

Pada masa itu, Kaisar Decius telah menganiaya orang-orang Kristen dan menyebabkan beberapa orang menyangkal iman mereka. Decius tidak berniat menjadikan mereka martir, karena hal itu justru akan menarik perhatian yang lebih besar bagi kekristenan. Tetapi, ia akan terus menyiksa orang-orang Kristen dan baru berhenti setelah mereka mengakui bahwa "Kaisar adalah Tuhan". Orang Kristen yang berbuat demikian dikenal sebagai orang-orang yang telah "murtad".

Orang-orang Kristen yang bertahan, yang disebut "pengikut setia" itu seringkali memandang rendah orang-orang murtad tersebut. Maka sebuah konsili para uskup dibentuk untuk membuat peraturan-peraturan dalam hal penerimaan kembali para orang murtad tersebut. Hasil konsili ini ditentang oleh seorang imam bernama Novatianus yang menolak memberi pengampunan dan tidak menerima orang-orang yang murtad tersebut dalam jemaat. Ia memulai sebuah gereja saingan yang menolak menerima orang-orang murtad itu menjadi anggotanya. Paus Santo Kornelius kemudian meng-ekskomunikasi Novatianus dan para pengikutnya.  Dalam perpecahan ini St. Siprianus bersama para uskup dari Afrika Utara dan Gereja timur dengan tegas menyatakan dukungan mereka pada Tahta Suci.  

Meskipun Siprianus tidak mengalami penyiksaan karena imannya, ia tidak setuju dengan perpisahan ini. Ia yakin bahwa orang percaya sejati harus menjalani hukuman untuk menebus dosa, untuk membuktikan imannya.

Hukuman untuk penebusan dosa itu terdiri dari penyesalan selama suatu masa tertentu dan setelah itu, orang tersebut dapat diterima kembali dalam Perjamuan Kudus. Begitu ia menyelesaikan "masa penyesalannya", ia akan tampil di hadapan jemaat dengan berpakaian goni serta melumuri badan dengan abu, dan di situlah sang uskup akan menyatakan pengampunan baginya. Siprianus merumuskan ini sebagai sistem berskala — semakin besar dosanya, maka semakin lama pula masa penyesalannya. Idenya mendapat sambutan dan menjadi disiplin gereja paling kuat — yang kadang-kadang disalah gunakan.

Pada tahun 251 Siprianus mengadakan konsili di Kartago dan di situlah ia membacakan karyanya, "Persatuan di dalam gereja", karyanya yang terkenal dan yang sangat berpengaruh dalam sejarah gereja. Gereja, katanya, adalah lembaga ilahi, yaitu mempelai Kristus, dan hanya ada satu mempelai. Hanya di dalam gereja manusia akan mendapatkan keselamatan, di luar itu yang ada hanyalah kegelapan dan kebingungan. Di luar gereja, sakramen dan para rohaniwan — bahkan Alkitab — tidak ada artinya. Seseorang, secara pribadi, tidak dapat menjalankan kehidupan Kristen melalui kontak langsung dengan Allah; ia membutuhkan gereja.

Dengan diterimanya ide ini, tentu saja, para uskup mendapat kuasa lebih besar. Siprianus juga mencetuskan ide bahwa misa adalah pengorbanan tubuh dan darah Kristus. Karena para imam menjalankan fungsinya dalam ibadah atas nama Kristus, maka hal ini pun meningkatkan kuasa mereka.

Siprianus meninggal karena penyiksaan Kaisar Valerianus. Karena ia menolak melakukan persembahan korban bagi dewa-dewa kafir, maka kepala Uskup Kartago itu dipenggal pada tahun 258.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Kornelius, Paus dan Siprianus, Uskup dan Martir

Senin, 16 September 2024

Lukas 7:1-10

1 Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum. 2 Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. 3 Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya. 4 Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: "Ia layak Engkau tolong, 5 sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami." 6 Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; 7 sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. 8 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." 9 Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!" 10 Dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, dengan beragama orang dapat merasa beriman. Agama adalah bukti orang beriman atau takwa pada Tuhan.
  • Tampaknya, orang dapat yakin bahwa agamanya membuat lebih beriman dibandingkan yang beragama lain. Dengan taat menjalani agamanya, orang dapat merasa jauh lebih kuat beriman di hadapan pemeluk agama dan kepercayaan lain.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun tekun dan taat menjalani semua tatanan dan ajaran agama, ukuran besar kecil dalam beriman ditentukan oleh punya atau tak punya sikap ikhlas merendahkan diri demi kepedulian pada yang papa dan menderita. Dalam yang ilahi  karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa kesejatian beriman adalah keterbukaan dan kesediaan menjalani suara kedalaman batin yang terwujud dalam perilaku peduli siapapun yang papa dan menderita tanpa pandang bulu.

Ah, bagaimanapun juga tanpa agama orang tak akan beriman.

Saturday, September 14, 2024

Jadi Katekumen Masuk Sorga Minggu 2

  "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga." (Mat 18:3-4)

Siapa tak ingin masuk sorga? Paling tidak kaum beragama pada umumnya ingin masuk sorga. Sorga adalah keadaan bahagia yang meresap ke dalam relung kalbu. Kebahagiaan seperti itu tak akan lekang hanya karena berhadapan dengan kesusahan, pendertaan, dan bahkan kematian. Tetapi, karena aku ikut Yesus, ternyata untuk masuk sorga aku harus berguru pada anak kecil. Untuk menjadi anggota Kerajaan Sorga aku punya 2 orang guru agama : Chrissel berumur 4 tahun dan Nel, adiknya, hampir genap 10 bulan. Chrissel amat suka menikmati permen tertentu apalagi yang memakai pegangan kecil. Setiap datang ke Domus Pacis, dia biasa langsung masuk kamarku dan membuka lemari es. Aku memang selalu menyediakan dan memasang dengan posisi menarik. Tentu saja mulutnya langsung mengulum sambil lari sana sini di aula Domus. Kalau aku tanya "Sudah ambil?", dia langsung membuka mulut menjulurkan lidah menunjukkan permen yang dikulum. Tetapi pada suatu malam, ketika Chrissel dengan papinya datang ke kamarku, terjadi hal lain. Saya menunjuk lemari es tetapi Chrissel tampak hanya termangu. Papinya bilang "Jangan dulu, rama. Masih batuk". Chrisselpun menyambung dengan kata-kata yang diarahkan kepadaku "Batuk lamaaaaa belum sembuh". Ternyata Chrissel yang amat mencandu permen itu, bahkan sering menyembunyikan agar tak dilihat maminya, bisa tahu keadaan. Dia juga taat pada perintah papi dan maminya untuk tidak makan permen itu. Sikap Chrissel meneguhkan ketaatanku kepada dokter Suharnadi yang menjaga kesehatanku dan kepada Rm. Hartanta yang mengola hidup harianku di Domus. KETAATAN ADALAH CAHAYA UNTUK TAAT TAK IKUT KEHENDAKKU DAN MUDAH-MUDAHAN JADI PANTULAN KEHENDAK TUHAN.

Santa Katarina Fieschi

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 26 Juli 2014 Diperbaharui: 13 September 2016 Hits: 11626

  • Perayaan
    15 September
  •  
  • Lahir
    Tahun 1447
  •  
  • Kota asal
    Genoa, Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 15 September 1510 di Genoa, Italy - Oleh sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    6 April 1675 oleh Paus Klemens X
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 16 Juni 1737 oleh Paus KlemenS XII

Santa Katarina berasal dari sebuah keluarga bangsawan Italia yang kaya raya. Ayahnya adalah Jacopo Fieschi, Raja muda Naples Italia, dan ibunya bernama Francesca di Negro. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, cantik dan berpendirian tegas. Ia seorang yang saleh dan sejak kecil telah merasakan panggilan untuk hidup religius. Pada usia 13 tahun ia mencoba masuk biara, namun tidak diterima karena usianya yang masih belia.

Tiga tahun kemudian, ia dijodohkan dan menikah dengan seorang bangsawan muda Genoa bernama Giuliano Adorno. Awal perkawinan mereka tidak begitu bahagia. Guiliano adalah seorang suami yang acuh tak acuh, terkadang kejam, sering melakukan kekerasan dan tidak setia.  Katarina harus menanggung penderitaan batin yang luar biasa karena sikap suaminya. Ia menjadi acuh tak acuh terhadap iman dan mengalami  depresi.  Secara ekonomi mereka tidak kekurangan apa pun karena harta warisan orangtuanya berlimpah-limpah. Ia hidup berfoya-foya dan menikmati kesenangan duniawi. Namun batinnya tidak tenteram dan selalu gelisah.

Pada tahun 1473, ketika sedang berdoa di sebuah biara di Genoa, Katarina mengalami sebuah penglihatan dan jatuh ke dalam ekstase rohani. Dalam visinya ia mengalami kasih Allah dan melihat semua dosa-dosa yang telah dilakukannya sepanjang hidupnya. Saat kembali tersadar, Katarina segera menerima sakramen tobat, lalu kembali ke rumah sebagai seorang yang baru “lahir kembali” dan penuh dengan semangat religius. Ia menjauhkan diri dari semua kesenangan duniawi, bertobat, dan dengan sepenuh hati meninggalkan cara hidupnya yang lama. Ia mulai lebih banyak berdoa untuk memohon bimbingan Tuhan. Suaminya Guiliano pun ikut bertobat. Keduanya mulai mengenyam suatu hidup yang bahagia dalam cinta dan cita-cita yang luhur untuk mengabdi Tuhan. Mereka pindah ke sebuah rumah yang sederhana dan berkarya melayani orang sakit di sebuah rumah sakit secara sukarela. Setelah Guiliano meninggal dunia pada tahun 1497,  Katarina dengan tekun tetap melanjutkan karya amal mereka. Ia menjadi anggota Ordo ketiga Fransiskan dan hidup kudus dalam doa dan matiraga.

Tuhan memperhatikan hambanya dan memberinya banyak karunia istimewa dan kehidupan mistik yang tinggi. Ia mengalami banyak penglihatan akan api penyucian dan sering di ijinkan Tuhan untuk ikut merasakan penderitaan jiwa-jiwa disana. Pada tahun 1499, Bapa spiritualnya; Pater Cattaneo Marabotti, meminta Katarina untuk menulis semua penglihatan yang dialaminya dan mengatur deskripsi dari apa yang dia lihat dan pelajari dalam penglihatan-penglihatannya.  Tulisan-tulisannya terlestarikan hingga saat ini dan menjadi sumber inspirasi bagi para kudus lainnya seperti Santo Robertus Bellarminus dan Santo Fransiskus de Sales.  Selama penyelidikan untuk proses kanonisasi-nya,  The Congregation for the Doctrine of the Faith (Latin: Congregatio pro Doctrina Fidei, C.D.F.) dari Tahta Suci Vatican menyatakan bahwa melalui tulisan-tulisannya saja sudah cukup untuk membuktikan kesuciannya.

Santa Katarina Fieschi tutup usia pada tahun 1510. Ia dibeatifikasi pada tanggal 6 April 1675 oleh Paus Klemens X dan dikanonisasi pada tanggal  16 Juni  1737 oleh Paus Klemens XII.

Lamunan Pekan Biasa XXIV

Minggu, 15 September 2024

Markus 8:27-35

27 Setelah Yesus naik ke darat, datanglah seorang laki-laki dari kota itu menemui Dia; orang itu dirasuki oleh setan-setan dan sudah lama ia tidak berpakaian dan tidak tinggal dalam rumah, tetapi dalam pekuburan. 28 Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapan-Nya dan berkata dengan suara keras: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi?  Aku memohon kepada-Mu, supaya Engkau jangan menyiksa aku." 29 Ia berkata demikian sebab Yesus memerintahkan roh jahat itu keluar dari orang itu. Karena sering roh itu menyeret-nyeret dia, maka untuk menjaganya, ia dirantai dan dibelenggu, tetapi ia memutuskan segala pengikat itu dan ia dihalau oleh setan itu ke tempat-tempat yang sunyi. 30 Dan Yesus bertanya kepadanya: "Siapakah namamu?" Jawabnya: "Legion," karena ia kerasukan banyak setan. 31 Lalu setan-setan itu memohon kepada Yesus, supaya Ia jangan memerintahkan mereka masuk ke dalam jurang maut. 32 Adalah di sana sejumlah besar babi sedang mencari makan di lereng gunung, lalu setan-setan itu meminta kepada Yesus, supaya Ia memperkenankan mereka memasuki babi-babi itu. Yesus mengabulkan permintaan mereka. 33 Lalu keluarlah setan-setan itu dari orang itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau lalu mati lemas. 34 Setelah penjaga-penjaga babi itu melihat apa yang telah terjadi, mereka lari lalu menceritakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. 35 Dan keluarlah orang-orang untuk melihat apa yang telah terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan mereka menjumpai orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu duduk di kaki Yesus; ia telah berpakaian dan sudah waras. Maka takutlah mereka.

Butir-butir Permenungan

  • Katanya, Kitab Suci bilang upah dosa itu adalah maut. Banyak yang berpikir bahwa dunia kematian adalah kuburan.
  • Katanya, dalam Syahadat Katolik ada pernyataan bahwa Tuhan turun di tempat penantian yang sebetulnya adalah dunia orang mati. Istilah tempat penantian dulu adalah neraka yang sebenarnya amat ditakuti oleh kaum agamawan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun ada yang bilang bahwa neraka adalah tempat kerajaan setan, kesejatian setan adalah perasaan amat takut akan Tuhan yang dipandang sebagai yang kejam terhadap yang jahat. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa sejatinya keterbukaan Tuhan juga berlaku pada yang jahat. 

Ah, Tuhan selalu menyingkirkan yang jahat.

Rm. Vikjen Menginap Domus

Pagi itu, ketika waktu makan Sabtu 14 September 2024, suasana makan sungguh terisi banyak tawa. "Alatnya benar atau salah?" tanya Rm. Hartanta kepada Mgr. Blasius yang menjawab "Tampaknya benar" yang disambung oleh Rm. Bambang "Arep nyalahke wedi Rama Vikjen" (Mau mengatakan salah takut kepada Rama Vikjen) yang membuat tawa terbahak. Maklumlah, pada makan pagi karyawan biasa memeriksa suhu, tensi, dan saturasi masing-masing rama Domus yang ikut makan. Dalam hal ini kalau tensi tinggi Mgr. Blasius kerap minta diulang. Kalau tetap tinggi beliau berkata "Alatnya tak benar". Kebetulan pagi itu ada Rm. Sugiyono, Vikaris Jendral (Vikjen) Keuskupan Agung Semarang, yang menginap dan ikut makan pagi. Beliau sudah datang di Domus pada Jumat malam hari sebelumnya. Rm. Bambang tahu itu karena sesudah berselimut dan berbaring di tempat tidur ada karyawan mengetuk pintu kamarnya. Karyawan berkata "Rama, wonten tamu" (Rama, ada tamu). Selagi karyawan omong itu ada sosok yang langsung masuk kamar Rm. Bambang. Ternyata beliau adalah Rama Vikjen yang langsung duduk di pinggir tempat tidur Rm. Bambang yang juga langsung duduk dengan tetap berselimut menutup kakinya yang berselonjor. Keduanya langsung omong-omong cerita masa lalu ketika Rm. Bambang masih berkarya. Omongan berdua itu berjalan dengan asyiknya hingga hampir sejam. Rama Vikjen tampak akrab bersahabat sehingga dalam omong-omong menimbulkan keasyikan dan kelakarpun bisa masuk dengan enak. Bahkan pada waktu makan pagi ada kata-kata Rama Vikjen yang membuat tawa dan Rm. Hartanta menyahut "Aduuuuh .... Aku maluuuu". Itu karena Rama Vikjen bilang "Tadi pagi, walau AC saya matikan, rasanya dingin. Maka bantal saya dekapkan di perut. Soalnya tak ada selimut ha ha ha ...." Ternyata di kamar yang dipakai Rama Vikjen belum tersedia selimut. Untunglah, barangkali yang kedinginan hanya perut sehingga bisa diganti bantal ha ha ha ....

Friday, September 13, 2024

Beata Notburga

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 26 Juli 2014 Diperbaharui: 08 September 2016 Hits: 8063

  • Perayaan
    14 September
  •  
  • Lahir
    Sekitar tahun 1265
  •  
  • Kota asal
    Rattenberg Tyrolean Austria
  •  
  • Wafat
  •  
  • 16 September 1313 - Oleh sebab alamiah
    Banyak mujizat dilaporkan terjadi di makamnya di kota Eben di pegunungan Tyrolese
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 27 Maret 1862 oleh Paus Pius IX

Notburga adalah seorang kudus yang berasal dari Austria.  Ia lahir pada tahun 1265 di sebuah kota kecil, Rattenberg. Ia bekerja sebagai seorang pelayan dan seorang juru masak dalam rumah tangga Count Henry dari Rattenberg. Walau hanya seorang pelayan, namun Notburga memiliki hati yang kudus dan sangat peduli pada masyarakat disekitarnya, khususnya bagi para fakir miskin. Setiap hari ia biasa membagi-bagikan sisa makanan dari rumah majikannya kepada orang-orang miskin.

Suatu hari, Ottilia, istri Count Henry, memerintahkan Notburga untuk memberikan semua makanan yang tersisa kepada babi-babi piaraan mereka.  Notburga sedih, karena ia tidak lagi memiliki makanan untuk dapat dibagikan kepada para fakir miskin. Karena itu ia  lalu menyisakan sebagian dari jatah makanannya sendiri, dan membagikannya kepada mereka. Hal ini terus dilakukan Notburga sepanjang hidupnya.  Suatu hari Ottila menemukannya sedang memberi makan para fakir miskin, karena itu ia lalu dipecat.  Namun, setelah Ottilia meninggal, Count Henry memanggilnya kembali. Dan Notburga lalu menghabiskan sisa hidupnya sebagai pelayan di rumah Count Henry of Rattenberg.  

Setelah kematiannya; karya amal dan kesucian hidup Beata Notburga menjadi legenda bagi masyarakat di kota Rattenberg. Banyak kisah mujizat yang dikaitkan dengan Beata Notburga. Antara lain :

  • Suatu hari, majikannya menangkap basah Notburga sedang membawa buntalan yang berisikan makanan.  Ia diperintahkan untuk menunjukkan apa yang sedang dibawanya.  Notburga menurut, tapi secara ajaib, yang ada dalam buntalan tersebut bukanlah makanan dan anggur; melainkan  serutan kayu dan sebotol cuka.  
  • Ketika di pecat dari rumah Count Henry, Notburga bekerja pada sebuah keluarga petani di Eben am Achensee. Notburga mau bekerja di pertanian ini dengan syarat bahwa ia akan diperbolehkan untuk meninggalkan pekerjaanya untuk menghadiri misa pada hari Sabtu malam dan pada setiap hari raya. Suatu saat, majikannya berusaha untuk membuat ia tetap bekerja dan tidak mengijinkannya untuk menghadiri Misa Kudus. Kepada majikannya Notburga berkata :  "Biarlah sabit saya menjadi hakim antara aku dan kamu,"  lalu ia melontar sabit nya ke udara. Secara ajaib sabit tersebut tetap berada menggantung di udara dan tidak jatuh ke tanah.  Sang majikan akhirnya mengijinkannya untuk pergi ke Gereja.
  • Sesaat sebelum kematiannya, Notburga mengatakan kepada Count Henry untuk menempatkan mayatnya di sebuah gerobak yang ditarik oleh dua ekor sapi, dan menguburnya di mana pun sapi akan berhenti sendiri. Hewan-hewan menarik kereta ke kapela Santo Rupert, di mana dia kemudian dimakamkan.

Lima abad setelah kematiannya, Notburga dikukuhkan gereja sebagai yang terberkati  (beata) oleh Paus Pius IX pada tanggal 27 Maret 1862.

Lamunan Pesta

Salib Suci

Sabtu, 14 September 2024

Yohanes 3:13-17

13 Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. 14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, 15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. 16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. 

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, tak sedikit orang menggambarkan Tuhan sebagai hakim. Tuhan adalah hakim yang mahaadil.
  • Tampaknya, sebagai hakim yang mahaadil Tuhan memberi putusan obyektif terhadap manusia berdasarkan realita perilakunya. Tuhan akan memberikan anugerah kebahagiaan kepada yang berperilaku baik dan menyiksa yang buruk.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun Tuhan punya kemahakuasaan untuk menghakimi manusia, kemahakuasaan sejati Tuhan adalah daya juang untuk mengentaskan orang dari nestapa keburukan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa Tuhan pada hakikat-Nya adalah kasih yang selalu menghendaki manusia terhindar dari nasib buruk buah dari perilaku buruknya.

Ah, bagaimanapun juga Tuhan menyediakan neraka untuk kaum pembangkang.

Thursday, September 12, 2024

Bersama Misa Paus

Kabarnya ada beberapa paroki yang disibukkan oleh program membangun gedung gereja dan atau pastoran. Pada zaman kini proyek seperti itu kerap dikabarkan membutuhkan beaya dengan angka milyard. Pada umumnya paroki tak punya uang sebesar jumlah milyard sesuai yang dibutuhkan. Tidak mengherankan kalau parokii kemudian mencari dana ke paroki lain atau kevikepan lain atau bahkan keuskupan lain. Satu di antaranya adalah Paroki Santo Yusup Medari. Kelompok pencari dana kerap terdengar bersama rama parokinya melayani Misa di paroki lain untuk menginformasikan program pembangunannya. Dari situ pasti ada uluran kepedulian umat memberikan sumbangan. Di paroki itu setiap Minggu selalu ada basar yang menyajikan beberapa dagangan yang keuntungannya disumbangkan untuk pembangunan. Bahkan Paroki Medari juga punya kelompok umat yang menyajikan masakan menu tertentu setiap Sabtu sore. Tentu saja hasilnya juga untuk pembangunan. Dalam hal ini Komunitas Domus Pacis Santo Petrus juga pernah mengundang kelompok masak itu untuk menyajikan nasi goreng dan bakmi godog sebagai konsumsi salah satu hajatannya. Ternyata kelompok ini juga bersedia datang untuk memasak nasi goreng dan bakmi godog untuk partai kecil. Pada Kamis sore 5 September 2024 Domus menyelenggarakan ikut Misa Paus Fransiskus secara streaming dengan membuka kesempatan kalau ada umat yang akan bergabung. Hampir 30 orang mendaftarkan diri untuk bergabung. Bersama seluruh penghuni Domus dan kelompok masak, Domus Pacis minta dimasakkan untuk 50 porsi.

Santo Yohanes Krisostomus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 21 Agustus 2013 Diperbaharui: 23 Maret 2021 Hits: 23616

  • Perayaan
    13 September
  •  
  • Lahir
    Sekitar tahun 344
  •  
  • Kota asal
    Antiokhia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 14 September 407 | Meninggal dalam perjalanan menuju tempat pembuangan
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santo Yohanes Krisostomus lahir di Antiokhia pada tahun 349 M.  Ayahnya adalah seorang perwira tinggi militer yang meninggal dunia beberapa waktu setelah ia dilahirkan. Yohanes dan saudara-sadaranya dibesarkan oleh sang ibu yang bernama Anthusa, seorang wanita kristen yang saleh dan bijaksana. Anthusa sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Ia mengusahakan agar mereka memperoleh pendidikan dari guru-guru terbaik pada masa itu. Salah seorang guru yang membimbing Yohanes adalah Libanius, seorang ahli Sastra Yunani dan ahli retorika yang sangat terkenal.

Yohanes adalah seorang yang cerdas dan menonjol dalam Sastra dan Retorika. Jika ia berbicara, semua yang mendengar akan terpesona pada kata-katanya yang indah. Kecakapannya merangkai kata membuat ia dijuluki “Yohanes Krisostomus” atau “Yohanes si Mulut Emas".  Gurunya Libianius  sangat menyayanginya. Ia berharap kelak Yohanes dapat menggantikan posisinya. Namun tidak demikian dengan Yohanes. Ia tidak tertarik untuk menapaki jalan duniawi yang membentang di hadapannya. Sejak kecil ia sudah bercita-cita untuk menjalani kehidupan religius dan memberikan diri seutuhnya pada Tuhan.

Yohanes lalu menjadi seorang pertapa dan menjalani pola hidup asketis yang sangat ekstrim. Dua tahun berikutnya ia hidup dalam kontemplasi dan merenungkan Firman Tuhan. Sebagai konsekuensi dari praktek-praktek ini, perut dan ginjalnya menjadi rusak permanen. Karena kesehatannya semakin memburuk dengan terpaksa dia kembali ke Antiokhia.

Tuhan rupanya mempunyai rencana lain bagi si Mulut Emas ini. Gagal melayani Tuhan sebagai pertapa; Yohanes bertekad menjadi seorang imam. Ia belajar Teologi dibawah bimbingan Uskup Diodorus dari Tarsus dan ditahbiskan sebagai diakon pada tahun 381 M oleh Santo Meletius. Lima tahun kemudian ia menerima tahbisan imamat di kota Anthiokia.

Imam Yohanes melayani umat di Antiokhia selama dua belas tahun (Tahun 386-397 M). Di kota ini ia menjadi sangat terkenal karena keindahan kata-katanya saat berkotbah. Meskipun sering sakit-sakitan, namun Yohanes tetap melakukan begitu banyak karya yang mengagumkan. Ia berkhotbah satu atau dua kali sehari, memberi makan fakir miskin serta memberikan perhatian kepada para yatim piatu. 

Pada musim gugur tahun 397 M, Yohanes diangkat menjadi Uskup Agung Konstantinopel. Umat di Anthiokia yang sangat mencintai Yohanes tidak rela melepaskannya pergi. Untuk mencegah huru-hara, ia harus meninggalkan kota itu dengan diam-diam menuju ibukota kerajaan Romawi Timur, Konstantinopel. 

Uskup Agung Yohanes Krisostomus sangat mengasihi umatnya dan berusaha merangkul semua kalangan. Walau demikian ia tidak pernah kehilangan ketegasannya. Ia tidak pernah ragu untuk menegur mereka yang berbuat salah;  bahkan ratu sekalipun.  Sebuah tegurannya kepada Ratu  Eudoxia, istri dari Kaisar Arcadius, karena gaya hidup yang amat mewah dan boros membuat ratu membencinya. Ratu bekerjasama dengan orang-orang yang memusuhi sang Patriark; lalu dengan fitnah keji mereka menuntut Yohanes dalam sebuah sidang sinode. Yohanes yang telah diftnah, dijatuhi hukuman pengasingan dan diusir dari Konstantinopel.

Namun belum lama berada di pengasingan, Yohanes dipanggil kembali oleh Kaisar Arcadius, karena terjadi kekacauan dan huru-hara di kalangan umat yang tidak rela Uskup Agung mereka diasingkan. Juga karena terjadi gempa bumi pada malam penangkapan sang Uskup, yang membuat ratu Eudoxia takut bahwa ini adalah tanda murka Allah. Ratu lalu mendesak Kaisar untuk memanggil kembali Uskup Agung Yohanes dan memulihkan namanya.

Namun perdamaian antara ratu dan sang Uskup Agung berumur pendek. Suatu hari Eodoxia yang gila hormat itu mendirikan patung dirinya yang terbuat dari perak di Augustaion, dekat Katedral Keuskupan. Santo Yohanes mengecam perbuatannya dan dalam kotbahnya ia berbicara dengan bahasa kiasan yang pedas : "Sekali lagi  Herodias berulah, sekali lagi dia bermasalah, ia menari lagi, dan muncul lagi keinginannya untuk menerima kepala Yohanes dalam sebuah nampan" Kata-kata ini mengacu pada kisah kematian Santo Yohanes Pembaptis (Mat 14:1-12). Karena kecamannya ini sekali lagi Uskup Agung Yohanes dibuang; kali ini ke Kaukasus di Armenia.

Dihadapkan pada hukuman pengasingan; Yohanes menulis surat tentang keadaannya masing-masing kepada Paus Innosensius I di Roma, kepada Uskup Milan, Venerius dan kepada Uskup Aquileia, Chromatius. Dari Roma Paus memprotes keras hukuman pembuangan terhadap Patriark Yohanes. Namun Kaisar yang berada dibawah pengaruh ratu sama sekali tidak peduli.  Pada tahun 405 M Paus mengirim delegasi ke Konstantinopel untuk meminta pertimbangan Kaisar atas hukuman Santo Yohanes. Namun delegasi yang dipimpin oleh Santo Gaudensius ini dihadang berbagai kesulitan dan tidak pernah sampai ke Konstantinopel.

Yohanes Krisostomus tidak pernah sampai ke tempat pembuangannya yang kedua. Dalam perjalan ia menderita sakit demam dan akhirnya meninggal dunia di Cormana, Pontus pada tanggal 14 September 407 M. Kata-kata terakhirnya adalah, "δόξα τῷ θεῷ πάντων ἕνεκεν" (Mahasuci Allah atas segala sesuatu). Hujan es dan angin ribut yang dahsyat menyerang kota Konstantinopel beberapa saat setelah ia menutup mata. Empat hari kemudian, Ratu jahat Eudoxia ditemukan telah meninggal dunia. Putera Mahkota kemudian datang ke Carmona untuk menghormati jenasah Santo Yohanes dan menunjukkan betapa ia menyesal atas apa yang telah diperbuat ibunya. 

Santo Yohanes Krisostomus semula dimakamkan di Carmona. Pada tahun 438 M, tiga puluh tahun setelah kematiannya, Relikwi pahlawan iman ini dipindahkan ke Konstantinopel melalui sebuah prosesi kenegaraan oleh putra Ratu Eudoxia itu, yang saat itu telah menjadi Kaisar Theodosius II. 

Pada tahun 1204, para Kesatria Salib (Crusaders) yang sedang dalam perjalanan menuju medan Perang Salib di tanah suci Yerusalem, memasuki kota Konstantinopel. Sangat disesalkan, para crusaders ini kemudian membuat huru-hara dan menjarah ibukota kekaisaran Romawi Timur tersebut. Mereka merampok makam Santo Yohanes Krisostomus dan Santo Gregorius, lalu membawa pergi relikwi dua bapa Gereja itu ke Roma.  

Pada bulan Juni tahun 2004, delapan ratus tahun setelah peristiwa "Penjarahan Konstantinopel", Paus Yohannes Paulus II secara resmi meminta maaf kepada Gereja Orthodox atas peristiwa memalukan tersebut. Selanjutnya pada bulan November 2004  Paus mengembalikan relikwi  Santo Yohanes Krisostomus dan Santo Gregorius ke Gereja Orthodox. Patriark Konstantinopel saat itu (Patriark Bartholomew)  menerima penyerahan Relikwi dua orang Bapa Gereja ini pada 27 November 2004  dalam sebuah upacara resmi di Basilika Santo Petrus di Roma.  Relikwi kedua orang suci tersebut dibawa kembali ke Konstantinopel dan disemayamkan di Gereja Santo Georgius Konstantinopel (Istambul) Turki.

Diikuti 105 Orang Umat

Misa Domus Pacis Santo Petrus biasa terjadi pada setiap jam 17.30 dari Senin sampai Sabtu. Sabtu sore biasa memakai liturgi Minggu. Seandain...