diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 08 Agustus 2013 Diperbaharui: 21 Desember 2019 Hits:19764
- Perayaan24 Juli
24 Desember (beberapa Kalender) - Lahir8 Mei 1828
- Kota asalBeka-Kafra, Lebanon
- Wafat
- 24 Desember 1898 di Annaya Libanon | Oleh sebab alamiah
- Beatifikasi5 Desember 1965 oleh Paus Paulus VI
- Kanonisasi
- 9 Oktober 1977 Oleh paus Paulus VI
Youssef Antoun Makhlouf adalah seorang anak yatim piatu. Ayahnya wafat ketika ia masih berumur tiga tahun dan ia lalu diasuh oleh pamannya. Di usia 23 tahun, Youssef masuk Biara St. Maron di Annaya, Libanon, dan menggunakan nama biara 'Syarbel' menurut nama seorang martir Gereja Maronit di abad ke-2. Youssef mengucapkan kaul-kekalnya pada tahun 1853 dan ditahbiskan sebagai seorang imam enam tahun kemudian.
Seturut teladan dari St. Maron (bapa Gereja Maronit), romo Syarbel menjalani hidup yang sangat suci. Ia memilih untuk mengamalkan hidup sebagai pertapa dengan amat keras. Ia bermatiraga, makan sedikit, tidur di lantai yang keras, dan menghabiskan berjam-jam lamanya dalam doa. Sejak tahun 1875 sampai pada akhir hidupnya di tahun 1898, romo Sharbel menjadi seorang yang sepenuhnya mengasihi Yesus. Kesuciannya membuat orang-orang mendatanginya untuk minta diberkati dan minta didoakan. Selama hidupnya romo Syarbel hampir tidak pernah meninggalkan pertapaannya. Ia hanya sesekali terlihat meninggalkan pertapaannya saat para superiornya meminta ia untuk menerimakan sakramen-sakramen di desa-desa terdekat. Dan bila orang suci ini muncul di desa maka penduduk desa akan berbondong-bondong mengikutinya, memohon doa dan berkahnya.
Pada 16 Desember 1898, romo Syarbel terserang suatu penyakit sewaktu merayakan Misa Kudus. Dia meninggal dunia pada malam Natal tahun 1898, dan dimakamkan di pemakaman biaranya; Biara St. Maron di Annaya. Beberapa bulan kemudian, sinar-sinar cemerlang terlihat memancar di sekitar makamnya. Dari tempat itu, jenazahnya, yang masih terus mengeluarkan keringat dan darah, dipindahkan ke dalam peti jenazah khusus. Rombongan-rombongan besar peziarah mulai berdatangan ke makamnya.
Pada 1925, beatifikasi dan kanonisasinya diajukan untuk diumumkan oleh Paus Pius XI. Pada 1950, makamnya dibuka di hadapan sebuah komisi khusus yang juga beranggotakan para dokter, yang memberi verifikasi akan keutuhan jenazahnya. Sesudah makamnya dibuka dan diperiksa, dilaporkan terjadi berbagai mukjizat yang berlipat ganda. Sekali lagi, khalayak ramai dari berbagai latar belakang agama mulai berbondong-bondong berziarah ke Biara Annaya untuk memohon syafaat tokoh suci itu. Beberapa mukjizat post-mortem dihubung-hubungkan dengannya, termasuk mukjizat-mukjizat yang terjadi pada 1927 dan 1950 ketika "keringat" darah mengucur dari jenazahnya, membasahi vestimentum yang dikenakan padanya. Makamnya telah menjadi sebuah tempat ziarah yang dikunjungi banyak orang, baik warga Libanon maupun non-Libanon, Kristiani maupun non-Kristiani.
Banyak kisah mukjizat yang terjadi dengan perantaraan Santo Syarbel. Salah satu mukjizat yang termasyhur adalah mukjizat yang dialami Nohad El Shami, seorang wanita tua berusia 55 tahun yang disembuhkan dari kelumpuhan sebelah tubuhnya. Pada malam hari tanggal 22 Januari 1993, Nohad El Shami bermimpi melihat dua orang rahib Maronit berdiri di sisi ranjangnya. Salah seorang diantaranya menumpangkan tangannya pada lehernya lalu melakukan suatu operasi yang membebaskannya dari rasa sakit sementara yang seorang lagi memegang bantal di bawah punggungnya. Ketika terbangun, Nohad mendapati dua luka pada lehernya, satu luka pada masing-masing sisi. Dia sembuh sepenuhnya dan dapat berjalan lagi. Dia meyakini bahwa Santo Syarbellah yang melakukan operasi tersebut namun tidak dapat mengenali rahib yang satunya lagi. Malam berikutnya, dia kembali bermimpi melihat Santo Syarbel yang berkata padanya: "Saya mengoperasimu agar orang-orang melihatnya dan kembali pada iman. Saya memintamu untuk mengunjungi pertapaan pada tanggal 22 setiap bulan, dan menghadiri Misa dengan teratur seumur hidupmu". Rahib yang kedua menurut keyakinan banyak orang adalah Santo Maron. Sejak saat itu, sesuai permintaan Santo Syarbel, orang-orang berhimpun setiap bulan pada tanggal 22 untuk berdoa dan merayakan Misa di pertapaan Santo Syarbel di Annaya.
Pada tanggal 5 Desember 1965, Paus Paulus VI memimpin upacara beatifikasi sang pertapa suci pastor Syarbel Makhluof sewaktu penutupan Konsili Vatikan II. Dua belas tahun kemudian, tanggal 9 Oktober 1977 Paus yang sama memaklumkan Beato Syarbel Makhlouf sebagai Santo. Saat itu bapa suci menjelaskan bahwa St. Sharbel dengan cara hidupnya mengajarkan kepada kita jalan sejati kepada Tuhan. Beliau mengatakan bahwa budaya kita saat ini memuliakan kekayaan dan kenikmatan dunia. Tetapi Santo Sharbel adalah sebaliknya. Ia mengajarkan kepada kita melalui teladan hidupnya, nilai-nilai spiritual dalam kemiskinan, matiraga dan doa.
Dari antara sekian banyak mukjizat yang terjadi dengan perantara Santo Syarbel, Gereja memilih dua mukjizat untuk mengumumkan beatifikasinya (Mukjizat juga merupakan syarat dalam proses beatifikasi dan kanonisasi), dan satu lagi mukjizat untuk kanonisasinya. Ketiga mukjizat tersebut adalah : Kesembuhan Suster Maria Abel Kamari dari Tarekat Dua Hati Kudus, Kesembuhan Iskandar Naim Obeid dari Baabdat, dan Kesembuhan Maryam Awad dari Hammana.
No comments:
Post a Comment