Barangkali Domus Pacis Santo Petrus bisa terkesan menjadi tempat yang sudah jauh dari keramaian. Barangkali ada pikiran bahwa para romo yang tinggal di dalamnya sudah jauh dari umat. Barangkali dengan kondisi sudah difabel ada perkiraan bahwa para romo sepuh Domus sudah tidak bisa pergi-pergi. Barangkali juga dapat muncul anggapan bahwa Domus Pacis menjadi tempat sepi dan terasing. Seperti gambaran dua romo sekitar tahun 2010 bahwa Domus seperti tempat tahanan atau penjara.
Barangkali pemikiran-pemikiran seperti itu juga ada di antara para tamu yang datang pada Senin 20 November 2023. Rombongan tamu adalah Ibu-ibu Wilayah Santo Antonius Nogotirto, Bedog, Paroki Kumetiran. Pada waktu itu romo-romo Domus yang menyambut adalah Rm. Yadi, Mgr. Blasius, Rm. Ria, Rm. Harto, Rm. Jarot, dan Rm. Bambang. Dari omong-omong muncul satu pertanyaan yang disampaikan tamu "Bagaimana perasaan romo-romo ketika pertama kali berada di Domus Pacis. Dari jawaban para romo ada catatan sebagai berikut :
- Pada umumnya para romo merasa senang. Di Domus ada tenaga dan fasilitas sesuai kebutuhan.
- Ada yang langsung ingat keprihantinan almarhum ibunya "Besok kalau romo sudah tua dan orangtua sudah tak ada, harus bagaimana? Soalnya romo tak punya anak-istri". Ternyata di Domus sungguh terurus. Maka almarhum ibunya pasti merasa lega.
- Dengan kondisi tubuh yang sudah tidak bugar bahkan difabel, langsung merasa senang karena dilayani dalam segalanya.
- Di sini banyak tamu pribadi bahkan sejak pertama tinggal.
- Merasa bebas tak terikat tanggungjawab tertentu selain doa. Sementara itu masih bisa melayani permintaan Misa kalau ada yang meminta dan antar-jemput.
No comments:
Post a Comment