Katanya, jumlah tamu hari itu, Sabtu 11 November 2023, ada 80an orang. "Rombongane seka ngendi engko?" (Nanti rombongan dari mana?) tanya Rm. Jarot kepada Mbak Pariyah ketika akan makan pagi. Mbak Pariyahpun menjawab "Mboten ngertos" (Saya tidak tahu). Sebetulnya para romo sepuh tidak tahu bahwa hari itu akan ada tamu. Tetapi Rm. Bambang diberi tahu oleh Bu Rini lewat telepon. Bu Rini tahu kalau akan ada tamu karena melihat tulisan yang terpapar di dapur Domus. Kebetulan pagi itu Rm. Hartanta tidak ikut makan bersama sehingga tak ada informasi tentang tamu.
Ketika para tamu mulai berdatangan, ada banyak kelompok dengan beberapa mobil, para romo Domus juga mulai keluar untuk menyambut. Yang menyambut, selain Rm. Hartanta, adalah Rm. Yadi, Rm. Jarot, Mgr. Blasius, Rm. Harto, Rm. Ria, dan Rm. Bambang. Ketika Rm. Bambang bertanya "Niki saking pundi" (Tamu ini datang dari mmana?) kepada Rm. Hartanta, jawaban yang muncul membuat Rm. Bambang tahu bahwa para tamu dari Paroki Karanganyar, Surakarta. Para tamu datang langsung diminta oleh Rm. Hartanta untuk minum dan menikmati snak. Kemudian Rm. Hartanta mengucapkan selamat datang dan mengenalkan dengan singkat tentang Domus Pacis Santo Petrus. Ketika dari tamu ada yang menyampaikan sambutan, ternyata para tamu adalah Jaringan Devosan Kerahiman Ilahi dari Kevikepan Surakarta. Seterusnya Rm. Hartanta meminta Rm. Bambang untuk menjadi pemandu. Tanya jawab membuat pertemuan menjadi amat meriah penuh canda tawa, karena Rm. Bambang sering membelokkan pertanyaan. Misalnya, ada yang bertanya "Apakah keluarga boleh mengunjungi?", Rm. Bambang menuyampai kepada para romo "Apakah boleh berkeluarga?" Yang jelas para tamu ketika diberi informasi "Kalau mau menyumbang untuk ulang tahun imamat masing-masing romo Domus, belilah batik", para tamu membuat persediaan kain batik di kamar Rm. Bambang tinggal 8 lembar.
No comments:
Post a Comment