Thursday, November 30, 2023

Agar Upah Memadahi

Di dalam Ajaran Sosial Gerejan, Gereja Katolik amat memperhatikan keadilan. Ajaran Sosial Gereja muncul pertama kali pada tahun 1891 yang dikeluarkan oleh Paus Leo XIII. Ajaran Sosial Gereja pertama berjudul Rerum Novarum (Hal-hal Baru). Banyak masalah sosial yang menjadi hal-hal baru yang menjadi keprihatinan Gereja. Salah satu yang menonjol pada waktu itu adalah soal pengupahan. Sebenarnya soal upah hingga kini juga masih kerap menjadi masalah sosial. Menjelang akhir tahun 2023, dalam media diberitakan muncul demo-demo yang tuntutannya berkaitan dengan Upah Minimum. Banyak yang tidak puas terhadapan ketetapan kenaikan yang dikeluarkan oleh pemerintah.


Domus Pacis Santo Petrus sebagai salah satu organ dalam Gereja Keuskupan Agung Semarang juga memiliki pekerja-pekerja. Sebagai rumah para romo sepuh, dari 14 orang romo hanya satu yang tidak harus berurusan rutin dengan dokter. Beliau adalah Rm. Hartanta yang bertugas sebagai direktur. Tigabelas romo lain sudah mengkonsumsi obat setiap hari. Enam orang berada terus di kamar dalam penjagaan dan dibantu dalam segala hal. Delapan lainnya sudah berkursi roda dalam bermobilitas dan hanya satu yang masih bisa mandi dan urusan WC tanpa bantuan. Kondisi fisik yang cukup berat membutuhkan jumlah karyawan yang memadahi. Kini ada 15 karyawan. Setiap hari selalu ada yang libur dan juga selalu ada yang lembur. Apalagi kalau ada yang opname di rumah sakit, tenaga menemani 24 jam juga harus ada. Volume kerja memang besar dan banyak serta membutuhkan ketahanan ragawi dan jiwani. Maka, selain Upah Minimum Regional, tunjangan dan uang lembur harus juga diadakan. Semua bertujuan agar para karyawan kerasan, tenang dan berkomitmen dalam pelayanan kerja. Dalam hal ini anggaran rutin dari Keuskupan masih membutuhkan tambahan yang bagi Domus tidak sedikit. Puji Tuhan, sejak pertengahan Juli 2021 ada cukup banyak umat Katolik yang memberikan kepedulian. Banyak di antara mereka yang mengirimkan sumbangan uang lewat rekening bank. Pada bulan November 2023, Rm. Bambang mencatat ada 31 kiriman sumbangan. Total uang yang masuk ada Rp. 21.350.000. Para pengirim adalah sebagai berikut :

1. PUPIP Ungaran, 2. Kelompok Yosefin, 3. Bapak Siswoto, 4. Ibu Ida, 5. Ibu Wartini, 6. Ibu Anna Maria (Ibu-ibu Bernardus Babadan), 7. Ibu Maria Kristina Dannie, 8. Ibu Lucy, 9. Ibu Christine, 10. Ibu Sri Widati, 11. Ibu Dewi Anggraeni, 12. Ibu Tri Nor Prasetyawan, 13. Ibu Lanni Hendrawati Riyanto (d.a. MG Dwi Astuti / Bu Marcus Smg), 14. Ibu Chatarina Gunarti, 15. Ibu Malya, 16. Ibu Mamik, 17. Ibu Warto (Suwarti Puji Rahayu), 18. Ibu Lili Herawati, 19. Ibu Bernadet Suwarni, 20. Ibu Slamet Suparno, 21. Ibu Bellisima, 22. Ibu Yenyen, 23. Ibu Harno, 24. Bapak Edy Handoko, 25. Bapak Bambang Triono Cahyadi, 26. Ibu ML Setiyani Indrawati, 27. Ibu Istiyono, 28. Ibu Tini, 29. Ibu Yuliana Sutarni, 30. Kerahiman Ilahi Mungkid, 31. Ibu Eny Bernadet.

Santo Eligius

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 01 Desember 2014 Diperbaharui: 26 November 2019 Hits: 9017

  • Perayaan
    1 Desember
  •  
  • Lahir
    sekitar tahun 588
  •  
  • Kota asal
    Catelat, dekat Limoges, Perancis.
  •  
  • Wafat
  •  
  • 1 Desember 660 di Noyon Perancis - Sebab alamiah
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santo Eligius lahir sekitar tahun 588 di Catelat, dekat Limoges, Perancis. Kedua orang tuanya tercatat bernama Eucherius dan Terrigia. Sebelum menjadi uskup, ia adalah seorang pandai emas dan pencetak uang logam yang sangat terampil di kota Paris. Suatu hari, raja Raja Clotaire II mengirimkan emas dan permata kepada Eligius supaya ia membuatkan sebuah singgasana kerajaan. Ternyata Eligius malah membuatkan dua buah singgasana karena emas dan permata yang raja kirimkan terlalu berlebihan. Dengan berlaku demikian, Eligius berusaha supaya tetap jujur dengan tidak mau mengambil emas dan permata milik raja. Raja sangat terkesan dengan hasil pekerjaan dan kejujurannya. Karena itu ia diangkat menjadi kepala percetakan uang logam kerajaan dan menjadi anggota keluarga kerajaan.

Eligius kemudian memiliki penghasilan dan harta kekayaan yang cukup melimpah; namun ia tetap memanfaatkannya untuk menolong para tawanan dan fakir miskin. Rumahnya, bahkan meja makannya sendiri selalu dikelilingi orang-orang miskin. Eligius juga sering menolong para budak dengan cara membeli mereka lalu membebaskan kembali. Salah seorang budak yang dibebaskannya adalah Santo Tilo dari Solignac.

Di samping pandai mencetak uang logam, ia gemar membuat reliquary yang indah sebagai tempat penyimpanan relikwi-relikwi para kudus. Reliquary yang pernah dikerjakannya antara lain Reliquary penyimpanan relikwi Santo Martinus dan Santa Genoveva.

Setelah kematian Acarius, Uskup Noyon, pada tanggal 14 Maret 642; secara mengejutkan Eligius terpilih untuk menggantikannya. Walau dengan berat hati namun pandai emas kenamaan ini akhirnya dapat menerima kehormatan ini. Rambutnya kemudian dipangkas seperti seorang biarawan (Tonsura), dan ia pun dilantik sebagai seorang uskup.

Di Keuskupannya banyak umat yang masih kafir dan belum mengenal Tuhan. Karena itu bapa uskup Eligius berusaha memperkenalkan Kristus pada mereka. Selama 20 tahun ia bekerja keras dan berhasil mengkristenkan wilayah Fleming, Frisia, Suevi, dan suku-suku Jerman lainnya di sepanjang pesisir Laut Utara.

Uskup Eligius adalah seorang uskup yang saleh dan bijaksana; karena itu ia juga diangkat sebagai penasehat dan bapa rohani bagi raja dan ratu Perancis. Kelak ratu Perancis saat itu, Bathildis, juga menjadi seorang yang kudus. Uskup Eligius juga mendirikan banyak biara dan gereja. Ia juga menemukan kembali makam dan relikwi santo Quintinus setelah berhari-hari menggali di dalam sebuah situs bekas gereja yang telah ditinggalkan. Segera setelah penemuan ini ia membangun sebuah Basilika yang sangat megah untuk menghormati Santo Quintinus di situs tersebut. Basilika ini sekarang bernama Basilica of Saint-Quentin, Aisne Picardy Perancis.

Santo Eligius tutup usia dengan tenang pada tanggal 1 Desember 660 di Noyon dan dimakamkan di Kathedral Noyon Perancis.

Lamunan Peringatan Wajib

Beato Dionisius dan Beato Redemptus, Biarawan Martir Indonesia

Jumat, 1 Desember 2023

Lukas 21:29-33

29 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. 30 Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. 31 Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. 32 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. 33 Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, apapun yang ada di dunia ini memang bersifat fana. Tak ada yang langgeng dalam segala yang duniawi.
  • Tampaknya, apapun yang di dunia akan tiada. Seawet apapun segala yang duniawi akan menghilang.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun segala yang duniawi akan selalu tiada sekalipun selalu muncul yang baru, suara-suara ilahi tetap ada dalam keadaan apapun. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan selalu dihadapkan dengan kata-kata nurani yang terus bertahan menerobos berbagai pergantian zaman.  

Ah, firman Tuhan itu jadi buku, maka ya ikut menghilang entah sobek atau bagaimana.

Wednesday, November 29, 2023

Rm. Joko Sistiyanto

Selain direktur yang berusia menuju 43 tahun, tak ada satupun dari 13 romo sepuh Domus yang bebas obat dokter. Semua romo sepuh sudah mengidap penyakit yang secara rutin harus berada dalam laporan konsultasi ke dokter. RS Panti Rapih setiap Rabu mengirim perawat Home Care untuk memeriksa kondisi masing-masing romo. Ada juga beberapa terapis yang rutin datang untuk beberapa romo. Dari 13 romo sepuh, 12 orang (92,30%) untuk mandi pun harus dibantu. Bahkan 6 orang di antaranya sudah dijaga dan dibantu dalam segala hal dan ada yang sudah terbaring terus bahkan ada yang sudah amat jauh dari kemampuan berkomunikasi.

Salah satu di antara para romo yang harus dilayani dalam segalanya adalah Rm. Joko Sistiyanto. Kondisinya menuntut untuk banyak berada di pembaringan tempat tidur. Ada penjaga khusus untuk beliau. Untuk santap, sonde sudah dibutuhkan. Oxigen juga harus selalu disediakan. Dalam keadaan biasa Rm. Joko harus cuci darah seminggu 3 kali. Kadang-kadang di hari tertentu beliau harus diantar untuk datang ke salah satu dokter di rumah sakit. Tetapi akhir-akhir ini dalam cuci darah muncul soal ketidaklancaran. Hal ini membutuhkan operasi khusus untuk melebarkan vena. Katanya "Vena dalam tubuh kita adalah pembuluh darah yang bertugas mengalirkan darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung". Sekitar 3 bulan lalu, terhitung dari tulisan ini dibuat, Rm. Joko sudah menjalani oprasi tersebut. Ternyata pada Rabu 29 November 2023, sesudah cuci darah, beliau langsung masuk opname. Rm. Joko harus oprasi lagi pada Kamis 30 November 2023.

Santo Andreas Rasul

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 10 Agustus 2013 Diperbaharui: 09 Oktober 2019 Hits: 33305

  • Perayaan
    30 November
  •  
  • Lahir
    Hidup abad pertama
  •  
  • Kota asal
    Bethsaida, Galilea
  •  
  • Wilayah karya
    Yerusalem, Yunani
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir; disalibkan pada Saltire (salib berbentuk X) di Patras Yunani
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santo Andreas berasal dari Betsaida di Galilea, tanah Israel. Ia bersama saudaranya Simon Petrus adalah teman sekota kelahiran dengan seorang murid Yesus yang lain yaitu Filipus. Andreas dan Petrus hidup dengan bekerja sebagai nelayan penjala ikan di danau Galilea. Mereka tinggal serumah, bersama-sama dengan ibu mertua Petrus, di kota Kapernaum.

Awalnya Andreas adalah murid Yohanes Pembaptis. Tetapi, ketika Yohanes menunjuk kepada Yesus dan berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah,” Andreas mengerti bahwa Yesus lebih besar daripada Yohanes. Pada saat itu juga ia meninggalkan Yohanes untuk mengikuti Yesus.
Yesus tahu bahwa Andreas mengikuti-Nya dari belakang. Yesus berbalik dan bertanya, “Apakah yang kamu cari?”. Andreas menjawab bahwa ia ingin tahu di manakah Yesus tinggal. Yesus menjawab, “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Belum lama Andreas tinggal bersama Yesus, ketika ia menyadari bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Mesias. Sejak saat itu, ia memutuskan untuk mengikuti Yesus.
Andreas jugalah yang memperkenalkan Petrus kepada Yesus. Setelah bertemu dengan Yesus ia memberitahukan kepada Simon, saudaranya : "Kami telah menemukan Mesias". Andreas membawa Simon kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."  

Andreas dipilih Yesus menjadi salah seorang dari 12 rasul-Nya yang utama, seperti yang dicatat di semua Injil dan Kisah Para Rasul.  Andreas selalu berada disisi Yesus dalam semua perjalananNya.
Dalam peristiwa mujizat pemberian makan lebih dari 5000 orang, Andreas mempunyai peranan dalam memperkenalkan anak yang membawa 5 roti jelai dan 2 ikan kepada Yesus dengan kata-kata:
"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini...?"

Setelah Yesus naik ke surga, Andreas ada di antara rasul-rasul lainnya di ruang atas untuk menantikan turunnya Roh Kudus yang dijanjikan Yesus. Konon, ia kemudian mewartakan Injil di Scytia dan Yunani, dan kemudian menurut tradisi (yang agak diragukan), ia pergi ke Byzantium, di mana ia mengangkat Stachys menjadi Uskup setempat.

Menurut tradisi Andreas wafat sebagai martir di Patras, Acaia, (Yunani). Ia digantung pada sebuah saltire (salib yang berbentuk huruf "X" ) selama 2 hari, dan selama itu ia terus berkotbah kepada khalayak yang datang menyaksikannya. Ia tidak dipakukan melainkan diikat saja pada salib itu, sehingga lebih lama ia menderita sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Salib berbentuk X ini kemudian dinamakan orang "Salib Santo Andreas".

St. Hieronimus menulis bahwa Relikwi Santo Andreas diambil dari Patras dan dibawa ke Konstantinopel atas perintah kaisar Konstantius II sekitar Tahun 357.  Relikwi ini kemudian disimpan di Gereja Para Rasul Kudus di Konstantinopel. Pada tahun 1461 sebagian relikwi santo Andreas diberikan kepada Paus Pius II.  Relikwi ini kemudian ditempatkan dalam salah satu dari empat pilar tengah Basilika Santo Petrus di Vatikan.

Pada saat kejatuhan kota Konstantinopel, relikwi Santo Andreas dan Santo Petrus yang disimpan di kota itu diselamatkan ke kota Amalfi Italia, oleh Kardinal Petrus dari Capua. Di sana sebuah Khatedral yang indah kemudian dibangun untuk menyimpan relik tersebut. Khatedral ini diberi nama Duomo (khatedral) di Sant'Andrea, Amalfi, Italia.

Pada September 1964, Paus Paulus VI, sebagai itikad baik terhadap Gereja Ortodoks Yunani, memerintahkan agar semua relikwi dan peninggalan St. Andreas yang berada di Vatican dikirim kembali ke Patras. Pada tanggal 24 September 1964 Kardinal Augustin Bea bersama dengan banyak kardinal lainnya menghantarkan relikwi St. Andreas kepada Patriark (Uskup) Konstantinus di Patras. 

Pada tanggal 19 Januari 1980 Salib St. Andreas yang diambil dari Patras Yunani pada masa Perang Salib oleh Duke of Burgundy juga dikembalikan ke Patras setelah selama beberapa abad Relikwi tersebut disimpan di gereja St. Victor di Marseilles Perancis. Relikwi tersebut diserahkan kepada Patriark Patras Nikodemus oleh delegasi Gereja Katolik yang dipimpin oleh Kardinal Roger Etchegaray.  Semua Relikwi yang dikembalikan tersebut termasuk juga sisa-sisa salib X tempat rasul ini menjadi martir, kini disimpan di Gereja St. Andreas Patras; di sebuah Altar khusus dan dihormati dalam sebuah upacara khusus setiap 30 November hari pestanya.

Santo Andreas juga dihormati sebagai Santo Pelindung untuk Negara Scotlandia. Bendera Negara Scotlandia adalah gambar dari salib Santo Andreas. Kisahnya : Suatu ketika Raja Scotlandia Angus MacFergus menghadapi serbuan dari bala tentara musuh yang sangat besar. Ia kemudian berdoa memohon bimbingan Tuhan. Secara ajaib ia melihat sebuah awan putih berbentuk Saltire (salib berbentuk X lambang Santo Andreas) melayang di langit biru di atas kepalanya. Raja Angus kemudian berdevosi pada Santo Andreas dan memenangkan perang yang sangat menentukan masa depan kerajaannya. Sejak saat itu ia memutuskan bahwa Santo Andreas akan menjadi santo pelindung bagi Scotlandia. Menyusul kemenangan Robert Bruce pada Pertempuran Bannockburn pada tahun 1314, Deklarasi Arbroath dengan resmi menyatakan bahwa Santo Andreas adalah Santo pelindung Skotlandia. Di kemudian hari gambar Saltire diresmikan menjadi bendera nasional Negara Skotlandia pada tahun 1385.

Lamunan Pesta

Santo Andreas, Rasul

Kamis, 30 November 2023

Matius 4:18-22

18 Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. 19 Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." 20 Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. 21 Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka 22 dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, ada keyakinan bahwa setiap orang memiliki modal bawaan masing-masing. Itu disebut talenta atau bakat.
  • Tampaknya, orang yang baik akan mengembangkan bakat masing-masing. Dia akan mencari nafkah menurut bidang kerjanya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun di kalangan orang-orang ada banyak kemampuan dan banyak macam bidang kerja, orang akan sungguh baik dalam kerjanya kalau menghayati kerja apapun sebagai sarana kepentingan kemanusiaan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati, dalam kerja apapun semua orang akan sama-sama ikut memenuhi kebutuhan manusia. 

Ah, yang pokok kerja itu ya cari uang.

Tuesday, November 28, 2023

Kepedulian Konsumsi November 2023

Bagaimanapun juga Domus Pacis St. Petrus bukan Paroki. Paroki memiliki institusi yang disebut Dewan Pastoral Paroki. Dewan ini menata umat. Dewan ini memiliki wewenang mengatur mekanisme keumatan. Dewan ini bisa dikatakan "membawahi" umat. Umat memang bertanggungjawab atas kehidupan Paroki. Selain harus menanggung jalannya pelayanan pastoral, umat dalam koordinasi Dewan harus bertanggungjawab atas khususnya kehidupan romo di parokinya. Itu semua dilindungi dengan pedoman-pedoman keuskupan. Tidak demikian dengan Domus Pacis. Para romo Domus tidak memiliki wibawa institusional terhadap umat. Sebaliknya umat tidak memiliki kewajiban mengurus para romo Domus.  Domus adalah urusan langsung Keuskupan yang menugaskan seorang imam menjadi direktur.


Meskipun demikian Domus boleh mengalami pelindungan ilahi secara khusus. Bagaimanapun juga kalau hanya mengandalkan anggaran rutin dari Keuskupan, para romo sungguh sulit merasakan sesedikit apapun yang dalam sejarah hidup karyanya sungguh menghadirkan perhatian umat. Secara riil itu menyangkut masalah kuliner. Kalau hanya mengandalkan anggaran rutin, para romo akan jauh dari perayaan khusus untuk even pribadinya. Puji Tuhan, rahmat penyelenggaraan Roh Kudus amat dirasakan oleh para romo termasuk penghuni lain lewat kepedulian personal umat yang mendorong hatinya memperhatikan hadirnya snak dan sumbangan dana yang berkaitan dengan konsumsi. Dengan dana, dari kiriman sumbangan dan penjualan batik, Domus Pacis dapat menikmati kegembiraan karena perayaan ulang tahun imamat masing-masing romo. Bahkan Domus juga dapat mengadakan perayaan khusus sesudah Misa Malam Natal dan Malam Paskah. Untuk bulan November 2024 Rm. Bambang mencatat nama-nama yang menyumbang konsumsi untuk Domus :

Bapak Joko (4 org), Ibu Nadya, Sdr. Indra, Ibu Ambar, Ibu Umi, Ibu Retno Wiraksi, Ibu Ratmi, Ibu Mardanu, Ibu Rini Wahyudi, Ibu Lucy, Ibu Sri Purwaningsih, Bapak Agustinus Sudiyono, Bapak Chasto, Apotek Kudu Sehat, Ibu Agnes Kadyartini, Ibu Primitiva, Ibu Pargiono, Ibu Yucha, Ibu Yudi, Ibu Lucida, Ibu Ieneke, Mbak Kanti, Ibu Emma, Ibu Joni, Ibu Anna Jatmiko, Ibu Rini, Ibu Titik Waliyanti, Ibu Endang Prayitno, Sdri. Lusi, Ibu Septi, Ibu Topo, Ibu Ira Daga, Ibu Rie Agung, Ibu Titus, Ibu Ratna Beni, Kelompok Chatarina, Ibu Wahyu, Ibu Supomo, Ibu Ismawan, Ibu Daniek, Ibu Tita, Ibu Ani Eko.

Beato Dionisius a Nativitate

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 21 Agustus 2014 Diperbaharui: 23 November 2019 Hits: 12768

  • Perayaan
    29 November
  •  
  • Lahir
    12 Desember 1600
  •  
  • Kota asal
    Honfleur, Perancis
  •  
  • Wilayah karya
    Goa - India, Sumatra - Indonesia
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir - Kepalanya di pukul dengan Gada hingga pecah lalu lehernya digorok; di Aceh Indonesia pada tanggal 27 November 1638
  •  
  • Beatifikasi
    tanggal 10 Juni 1900 oleh Paus Leo XIII
  •  
  • Kanonisasi

Nama babtis Beato Dionisius a Nativitate adalah Pierre Berthelot. Ia lahir di kota Honfleur, Perancis pada tanggal 12 Desember 1600. Ayahnya adalah seorang dokter dan nakoda kapal dan ibunya yang bernama Fleurie Morin adalah seorang aristokrat Prancis yang harum namanya. Semua adiknya : Franscois, Jean, Andre, Geoffin dan Louis menjadi pelaut seperti ayahnya. Pierre sendiri semenjak kecil (12 tahun) telah mengikuti ayahnya mengarungi lautan luas; dan ketika berusia 19 tahun ia sudah menjadi seorang pelaut ulung.

Selain darah pelaut, ia juga mewarisi hidup keagamaan yang kuat dari ayahnya. Ini tercermin di dalam kerendahan hatinya, kekuatan iman, kemurnian dan kesediaan berkorban. Pierre muda bekerja pada perusahaan dagang Prancis. Dalam rangka tugas dagang, ia berlayar sampai ke Banten, Indonesia. Tetapi kapalnya dibakar oleh saudagar-saudagar Belanda dari kongsi dagang VOC. Berkat pengalamannya mengarungi lautan, ia sangat pandai menggambar peta laut dan memberikan petunjuk jalan.

Pierre kemudian bekerja pada angkatan laut Portugis di Goa, India. Namun ia senantiasa tidak puas dengan pekerjaannya itu. Ada keresahan yang senantiasa mengusik hatinya. Ia selalu merenungkan dan mencari arti hidup yang lebih mendalam. Ketika itu ia sudah berusia 35 tahun. Akan tetapi usia tidak menghalangi dorongan hatinya untuk hidup membiara. Ia diterima di biara Karmel. Namanya diubah menjadi Dionisius a Nativitate. Sekalipun ia sudah menjalani hidup membiara, namun ia masih beberapa kali menyumbangkan keahliannya kepada pemerintah, baik dengan menggambar peta maupun dengan mengangkat senjata membuyarkan blokade di Goa yang dilancarkan oleh armada Belanda (1636).

Di biara Karmel itulah, Dionisius bertemu dengan Bruder Redemptus a Cruce, yang bertugas sebagai penjaga pintu biara, koster, penerima tamu dan pengajar anak-anak.

Pada tahun 1638, Wakil Raja Portugis di Goa, Pedro da Silva, bermaksud mengirim misi diplomatik ke Aceh yang baru saja berganti sultan; dari Sultan Iskandar Muda ke Sultan Iskandar Thani. Pedro da Silva ingin menjalin hubungan persahabatan karena hubungannya dengan sultan terdahulu tidak begitu baik. Sebagai seorang bekas pelaut yang sudah pernah datang ke Banten, Dionisius ditunjuk sebagai almosenir, juru bahasa dan pandu laut. Oleh karena itu tahbisan imamatnya dipercepat. Dionisius ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1637 oleh Mgr. Alfonso Mendez. Bruder Redemptus dengan izinan atasannya ikut serta dalam perjalanan dinas itu sebagai pembantu.
 
Misi ini dipimpin oleh Dom Francisco Sousa de Castro sebagai duta. Para anggota misi yang lainnya adalah : Pater tentara Dionisius, Bruder Redemptus, Don Ludovico da Soza, dua orang biarawan Fransiskan, seorang pribumi dan 60 orang awak kapal. Mereka berlabuh di Ole-Ole (kini: Kotaraja) dan disambut dengan ramah.
 
Tetapi keramahan orang Aceh ternyata hanyalah tipu muslihat belaka. Orang-orang Belanda telah menghasut Sultan Iskandar Thani dengan menyebarkan isu bahwa bangsa Portugis datang hanya untuk menyebarkan agama Katolik di wilayah Aceh. Karena itu semua anggota misi ini ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa agar menyangkal imannya. Selama sebulan mereka meringkuk di dalam penjara dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Beberapa orang dari antara mereka meninggalkan imannya untuk membeli kebebasan mereka.
 
Dionisius dan Redemptus terus meneguhkan iman saudara-saudaranya dan memberi mereka hiburan. Akhirnya di pesisir pantai tentara sultan mengumumkan bahwa mereka dihukum mati bukan karena berkebangsaan Portugis melainkan karena mereka adalah pemeluk agama KatoIik. Maklumat sultan ini diterjemahkan oleh Pater Dionisius kepada teman-temannya.
 
Sebelum menyerahkan nyawa ke tangan para algojo, mereka semua berdoa dan Pater Dionisius mengambil salib dan memperlihatkan kepada mereka supaya jangan mundur, melainkan bersedia mengorbankan nyawa demi Kristus Yang Tersalib dan yang telah menebus dosa dunia, dosa mereka. Dionisius memohon ampun kepada Tuhan dan memberikan absolusi terakhir kepada mereka satu per satu. Segera tentara menyeret Dionisius dan dimulailah pembantaian massal.
 
Setelah teman-temannya dibunuh satu-demi satu, Pater Dionisius masih bersaksi tentang Kristus dengan penuh semangat. Kotbahnya itu justru semakin menambah kebencian rakyat Aceh terhadapnya. Algojo-algojo semakin beringas untuk segera menamatkan riwayat Dionisius. Namun langkah mereka terhenti di hadapan Dionisius. Dengan sekuat tenaga mereka menghunuskan kelewang dan tombak akan tetapi seolah-olah ada kekuatan yang menahan, sehingga tidak ada yang berani. Segera kepala algojo mengirim utusan kepada sultan agar menambah bala bantuan.
 
Dionisus lalu berdoa kepada Tuhan agar niatnya menjadi martir dikabulkan. Dan permintaannya dikabulkan. Seorang algojo - yang adalah seorang Kristen Malaka yang murtad - mengangkat gada dan mengayunkan dengan keras ke kepala Dionisius, disusul dengan kelewang yang memisahkan kepala Dionisius dari tubuhnya.
 
Kemartiran Dionisius dengan kawan-kawannya disahkan Tuhan: mayat mereka selama 7 bulan tidak hancur, tetap segar seperti sedang tidur. Menurut saksi mata, jenazah Dionisius sangat merepotkan orang sekitarnya, karena setiap kali dibuang - ke laut dan tengah hutan - senantiasa kembali lagi ke tempat ia dibunuh. Akhirnya jenazahnya dengan hormat dimakamkan di Pulau Dien ('pulau buangan'). Kemudian dipindahkan ke Goa, India.
 
Pater Dionisius a Nativity dibeatifikasi bersama dengan Bruder Redemptus a Cruce pada tanggal 10 Juni 1900 oleh Paus Leo XIII.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...