Agus Wibowo di Harian Sinar Harapan, 30 September 2008, memberikan penjelasan tentang asal usul syawalan. Saya mengambil dari https://era.id/sejarah/93968 yang berjudul Asal Usul Tradisi Syawalan, Lebaran Kedua Masyarakat Jawa yang Penuh Makna. Saya kutipan penjelasan berikut :
“Bagaimana tradisi
syawalan ini bermula? Kata Agus Wibowo, belum diketahui secara pasti. Namun,
Agus menukil pendapat Ibnu Djarir, bahwa tradisi syawalan dirintis oleh KGPAA
Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa.
Dalam rangka menghemat waktu, tenaga, pikiran, dan
biaya, maka setelah salat Idulfitri diadakan pertemuan antara Raja dengan para
punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan
prajurit, dengan tertib dan teratur melakukan sungkem kepada raja dan
permaisuri.
Tradisi syawalan yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu, kini dilestarikan oleh organisasi-organisasi Islam, maupun instansi pemerintah dan swasta dengan istilah halalbihalal.”
Di dalam tulisan itu juga dikatakan oleh Agus, “Menariknya, peserta halalbihalal, tidak hanya umat Islam, tetapi seluruh warga masyarakat dari berbagai pemeluk agama, suku, ras dan golongan. Tradisi itu bukan lagi milik umat Islam dan masyarakat Jawa saja, tetapi menjadi milik segenap bangsa Indonesia. Tradisi ini juga kaya dengan kearifan dan kesalehan yang relevan dengan konteks kekinian.”
Syawalan Domus Pacis
Peristiwa syawalan juga terjadi di rumah para romo sepuh yang bernama Domus Pacis Santo Petrus. Peristiwa ini bermula dari keinginan Rm. Bambang, salah satu rama sepuh, yang ingin mengadakan reuni kecil-kecilan dengan beberapa teman cacad tempo dulu yang tergabung dalam Yayasan Bhakti Nurani cabang Yogyakarta. Pada tahun 1974 Rm. Bambang memang mulai aktif di yayasan itu yang mengorganisasi angkatan muda cacad tubuh. Dia bahkan ikut membentuk cabang Yogyakarta bahkan menjadi ketua dari tahun 1978 dan mulai mengundurkan diri sesudah tahun 1983 karena kepadatan tugas sebagai pastor. Untuk niat reuni kecil-kecilan dia memanfaatkan momen waktu sesudah Hari Raya Idul Fitri 2022. Dia memilih hari Minggu 15 Mei 2022.
Ternyata keinginan Rm. Bambang ditangkap oleh grup WA milik kaum disable yang bernama WADis. Beberapa teman lama dari Rm. Bambang sungguh antusias. Kalau dikatakan beberapa, hal itu dikarenakan yang sebaya dengan dia sudah banyak yang menghadap Tuhan. Tetapi bagi yang dulu masih sekolah tingkat SMA/SMK bahkan SMP kini sudah menjadi tokoh. Menanggapi niatan itu pengurus WADis mengadakan pendaftaran. Itulah sebabnya peristiwa syawalan 15 Mei 2022 di Domus tidak tertutup pada mantan anggota Bhakti Nurani. Para peserta kebanyakan datang dari Yogyakarta, Solo, dan Klaten. Tetapi ada juga yang datang dari Semarang, Bandung, dan Surabaya. Semua tampak bergembira ikut Syawalan Bersama 15 Mei 2022 Persaudaraan Disabel – Rama Sepuh Domus Pacis St. Petrus.
Rencana Syawalan Domus Pacis 2023
Pada tanggal 15 Oktober 2022 Rm. Bambang mengunjungi Bapak Sarwoto, salah satu anggota WADis. Sepulangnya dia mengirim WA “Kados pundi yen kita syawalan malih benjang. Punika yen dereng wonten kesibukan bersama saking WADis” (Bagaimana kalau besok kita mengadakan syawalan lagi. Ini kalau belum ada kesibukan bersama dari WADis). Bapak Sarwoto menjawab “Inggih setuju sanget Romo. Pasti dulur2 WADis setuju sanget tur gih remen saestu” (Sangat setuju, Romo. Para saudara pasti sangat setuju dan akan sungguh senang). Hal ini diinformasikan juga ke Mbak Yastuti, salah satu anggota WADis. Dia menyambut dengan sangat antusias. Ketika hal ini dibicarakan secara online, Minggu 30 April 2023 disepakati menjadi hari pelaksanaan. Mbak Yastuti menghubungi Mas Ispono yang kemudian mengadakan pendaftaran lewat WADis.
Rm. Bambang melaporkan rencana itu kepada Rm. Hartanta, Direktur Domus Pacis Santo Petrus. Tanggal 30 April 2023 dicatat dalam jadual agenda acara Domus. Bu Rini, relawan Domus Pacis, langsung bergerak memesan catering. Ketika membuka WA pada Sabtu 4 Februari 2023 dinihari menjelang jam 02.00, Rm. Bambang menemukan pesan yang dikirim hari sebelumnya pada jam 22.06. Dia menulis “pak dalijo iso bawa temannya. romo ngersake berapa orang” (Pak Dalijo bisa membawa teman. Romo menghendaki berapa orang). Pak Dalijo adalah seniman Yogyakarta yang terkenal dengan sebutan “Dalijo Angkring”. Ternyata beliau dihubungi oleh Bu Rini dan bersedia datang menjadi MC.
No comments:
Post a Comment