Di rumah tua ini saya dan semua rama sudah berkursi roda. Selain sudah masuk golongan lansia, kami semua memang sudah masuk kaum difabel. Kebanyakan dari kami sudah harus dilayani dalam berbagai kebutuhan karena sudah tak mampu mengurus diri. Tidak sedikit pengunjung baik perorangan maupun rombongan yang merasa terharu melihat kondisi para rama. Banyak yang tahu sepak terjang kami di masa lalu ketika masih aktif menjalani dinas sebagai imam. Begitu melihat kami ada juga yang menitikkan air mata. Maka, banyak kelompok umat yang memiliki program kepedulian dengan mengunjungi kami di rumah tua.
Ternyata
persaudaraan para rama praja, yang bernama Unio, Keuskupan Agung Semarang
ketika kisah ini ditulis mempunyai program kepedulian pada rama-rama tua di
rumah tua. Program ini ditangani oleh Tim Persaudaraan tiga kali setahun.
Ketika program ini mulai dijalani, yang dilakukan adalah mengadakan makan
bersama para rama dan karyawan. Tim ini membawa menu masakan dari restoran
menjadi oleh-oleh untuk santap siang bersama.
“Sebetulnya
kami ingin mengajak keluar untuk pergi ke restoran. Tetapi kami tidak sampai
hati kalau para rama menjadi tontonan banyak orang” kata salah satu rama anggota
tim ketika berada di kamar saya. Menanggapi kata-kata itu saya bercerita kalau
kami sudah berkali-kali pergi makan luar di restoran. Kegiatan ini biasa kami
sebut piknik, yang isinya ya hanya makan luar. Ini terjadi baik ketika kami
memiliki uang ekstra mencukupi maupun ketika ada umat yang mengajak. “Tetapi
hal itu selalu terjadi di sore hari. Karena kami membutuhkan beberapa relawan
yang mengantar dan meminjami tambahan mobil. Bukankahkami pergi serumah dan
membawa banyak kursi roda?” saya menutup kisah dan rama itu berkata “Oooo,
sudah kerap ta? Ternyata tidak menarik perhatian orang lain ya.”
Saya tidak mengatakan bahwa kemunculan kami bersama di muka umum memang selalu menarik perhatian yang melihatnya. Arak-arakan kursi roda yang diduduki lelaki-lelaki lansia dengan kondisi bermacam-macam memang kerap jadi tontonan. Bahkan ketika itu terjadi di salah satu Mall, banyak orang berhenti dan berjajar memberikan jalan rombongan parade kursi roda ini dari pintu masuk sampai lift karena harus naik ke lantai 2. Ada satpam yang mendekati saya. Barangkali dia menganggap saya komandan rombongan. “Bapak-bapak dari mana?” tanya satpam yang saya jawab “Dari Panti Asuhan Bapak-bapak”. Satpam itu mengerrinyitkan dahi, dan sayapun tak ambil pusing. Pokoknya senang-senang makan luar.
No comments:
Post a Comment