diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 19 April 2017 Diperbaharui: 03 Januari 2021 Hits: 6595
- Perayaan13 Februari
- LahirTahun 1435
- Kota asalComo, Milan , Italia
- Wafat
- 13 February 1458 di Spoleto Italia
Sebab alamiah - Beatifikasi19 September 1834 oleh Paus Gregorius XVI
- Kanonisasi
Agostina menikah pada usia belia, namun menjadi janda tidak lama setelah pernikahannya. Ia kemudian menjadi gundik seorang tentara dari Milan, dan melahirkan seorang anak laki-laki di luar nikah. Namun anaknya itu meninggal dunia saat masih bayi. Beberapa waktu kemudian Agostina kabur meninggalkan si tentara dan menikah lagi dengan seorang petani kaya di kota Mantua. Namun sekali lagi Agostina harus menjadi janda setelah suaminya yang kedua di bunuh oleh seorang lelaki yang tergila-gila pada kecantikannya.
Semua tragedi ini menyadarkan Agostina Camozzi akan cara hidupnya yang bergelimang dosa. Penyesalan kini menghantui dirinya dan Kasih Tuhan mulai menyentuh hatinya. Ia mulai dapat melihat cara hidupnya yang kotor dengan rasa sesal dan malu.
Di suatu senja di tahun 1450, Agostina tengah berjalan melewati biara Susteran Agustinian. Sayup-sayup terdengar suara para biarawati memadahkan doa. Lantunan doa mereka mengetuk hati Agostina dan membawa langkahnya ke dalam biara. Ia masuk ke kapela dan ikut berdoa bersama para biarawati. Di dalam kapela tersebut, sebuah perasaan damai yang “indah” dan “tak terlukiskan” perlahan membelai jiwanya yang gersang. Rasa “damai” itu begitu menghanyutkan, hingga Agostina tidak mampu lagi berpisah dengan-NYA. Ia ingin tetap di situ dan tidak kembali lagi pada dunia. Saat itu juga ia memutuskan untuk meninggalkan cara hidupnya yang lama dan menjadi seorang biarawati.
Namun untuk menjadi seorang biarawati, Agostina harus menjalani masa persiapan yang lama dan berat. Walau banyak yang meragukan kesungguhannya, namun ia membuktikan pertobatannya dengan menjalani laku silih selama bertahun-tahun dengan penuh ketabahan. Ia juga mampu menjalani semua peraturan biara yang ketat dengan penuh disiplin. Akhirnya Agustina pun diperbolehkan untuk mengucapkan kaul sebagai seorang biarawati Agustinian. Ia memilih nama biara, “Christina”.
Di dalam biara, Suster Chistina hidup bertapa dengan keras sebagai penitensi bagi dosa-dosanya di masa lalu. Ia hidup dalam meditasi dan berdevosi pada sengsara Yesus di Salib. Setelah bertahun-tahun hidup bermatiraga, rahmat Tuhan menyertai Suster Christina. Ia diberkati-NYA dengan berbagai karunia rohani. Suster Christina menjadi terkenal sebagai seorang suster yang kudus, seorang penyembuh dan pembuat mujizat.
Pada tahun 1457 suster Christina bersama para biarawati Agustinian melakukan perjalanan ziarah ke kota Assisi, Roma dan Yerusalem. Setelah kembali ke Italia, Suster Christina memutuskan untuk tinggal di biara Spoleto Perugia, di mana ia mengabdikan dirinya untuk merawat warga yang sakit akibat wabah penyakit. Ia tetap berkarya di Perugia sampai tutup usia pada tanggal 13 Februari 1458.
Awalnya ia dimakamkan di Gereja biara Agustinian di Spoleto, namun pada tahun 1921 makamnya dipindahkan ke Gereja Santo Gregorius Agung, juga masih di Spoleto.
Suster Christina dibeatifikasi pada tahun 1834 oleh paus Gregoriius XVI. Beatifikasi ini berlangsung setelah diadakan penyelidikan seksama selama ratusan tahun atas berbagai laporan mujizat yang terjadi melalui perantaraan suster Christina.(qq)
No comments:
Post a Comment