Saturday, February 18, 2023

Surat Gembala Prapaskah KAS 2023

 “Tinggal Dalam Kristus: Hadirkan Damai bagi Sesama dan Alam Ciptaan”

Sabtu – Minggu, 18-19 Februari 2023 Minggu Biasa VII Tahun A

Bacaan Perayaan Ekaristi: Im 19:1-2.17-18; 1Kor 3:16-23; Mat 5:38-48


Bapak Kardinal, Bapak Uskup, para Romo, Bruder, Suster, Bapak-Ibu, Saudara-Saudari, Orang-orang Muda dan Anak-anakku, umat Katolik di Keuskupan Agung Semarang yang terkasih.

Kita akan kembali memasuki masa Prapaskah mulai Rabu Abu, 22 Februari 2023. Pada masa Prapaskah ini kita diajak untuk merenungkan dan menghayati tema Aksi Puasa Pembangunan (APP): “Tinggal Dalam Kristus: Hadirkan Damai bagi Sesama dan Alam Ciptaan”. Tema ini kita tempatkan dalam semangat dan gerak penggembalaan tahun 2023, yaitu “Tinggal dalam Kristus dan Berbuah: Bersatu dan Bersinergi demi Indonesia Damai”.

Tema APP ini juga kita tempatkan dalam kerangka yang lebih luas, yaitu tema Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2021-2025: “Tinggal dalam Kristus dan Berbuah”. Pada masa Prapaskah ini, kita diajak untuk semakin bersatu mesra dengan Kristus yang dapat diwujudkan dengan hidup rohani yang teratur dan mendalam, antara lain berdoa, mengikuti perayaan sakramental (khususnya Ekaristi dan Tobat), membaca Kitab Suci, berziarah, berdevosi dan terlibat dalam pendalaman iman. Kesatuan mesra kita dengan Kristus Sang Damai sejati akan menghasilkan buah yang nyata, yakni damai dengan diri sendiri, dengan sesama, dan dengan alam ciptaan.

Meskipun demikian tetaplah harus kita sadari bahwa selalu ada ancaman terhadap damai ini.

− “Damai dengan diri sendiri” terancam, antara lain, oleh kemalasan, amarah, iri hati, dan dendam. Hal-hal inilah bahkan bisa dikatakan sebagai sumber dosa yang menjauhkan kita dari Tuhan (bdk. Mrk 7:21).

− “Damai dengan sesama” terancam, antara lain, oleh kesombongan, keserakahan, dan keinginan untuk memaksakan kehendak serta menguasai orang lain. Kebencian dan caci-maki, penindasan dan kekerasan, diskriminasi dan intoleransi, terorisme dan perang merupakan bentuk-bentuk ancaman yang paling nyata terhadap upaya hidup “damai dengan sesama” dan hal ini masih terjadi juga di bumi pertiwi ini.

− “Damai dengan alam ciptaan” terancam, antara lain, oleh pencemaran dan pengrusakan alam lingkungan hidup. Hal ini berakibat pada terjadinya banjir, kekeringan, dan krisis iklim. Kita mengalami itu semua.

Saudara-Saudari terkasih dalam Kristus,

Saya mengundang Anda semua untuk secara khusus memaknai ajakan “hadirkan damai bagi sesama dan alam ciptaan” ini melalui ucapan syukur. Kita bersyukur kepada Tuhan yang telah memperkenankan kita tinggal dan hidup di bumi pertiwi Indonesia yang indah dengan segala kekayaan alam dan keanekaragaman masyarakatnya. Kita bersyukur atas Pancasila yang berisi nilai-nilai manusiawi, yang dalam sejarah bangsa telah teruji dan terbukti sungguh ampuh menjadi wadah kesatuan dan perekat persatuan bangsa kita.

Keragaman dan perbedaan yang ada merupakan anugerah Tuhan yang selayaknya selalu kita syukuri. Sejak awal berdirinya, bangsa kita – Indonesia – dipersatukan dalam keanekaragaman. Karena itu “Bhinneka Tunggal Ika” menjadi semangat perjuangan kita demi terwujudnya Indonesia damai. Untuk sampai pada tujuan ini, seluruh warga masyarakat Indonesia – tidak terkecuali kita umat Keuskupan Agung Semarang – mesti bersatu padu dan bekerjasama menyatukan energi (bersinergi) untuk menciptakan dan mengembangkan kehidupan bersama yang damai ini. Kita bangun persaudaraan insani dalam perbedaan. Hal ini akan terlaksana kalau di antara semua warga masyarakat ada keterbukaan untuk saling memahami dan menerima manakala ada perbedaan, ada keberanian untuk dengan kasih penuh ketulusan saling mengingatkan apabila ada ketidakberesan, ada kehendak untuk saling meminta maaf dan mengampuni ketika ada kesalahan, serta ada tekad untuk menyambut dan memperlakukan yang lain sebagai saudara yang mesti direngkuh dan dilindungi.

Saudara-Saudari terkasih dalam Kristus,

Sabda Tuhan hari ini memberikan pesan yang sangat jelas untuk kita. Mengasihi adalah sikap hidup dan cara bertindak yang paling tepat untuk menghadirkan damai. Sebab hanya dengan kasih penuh ketulusan itulah maka persaudaraan sejati akan terwujud.

Kasih yang tulus akan menjauhkan seseorang dari rasa benci dan sikap balas dendam. Melalui Nabi Musa, sebagaimana kita dengarkan dari bacaan pertama (Imamat 19:1- 2.17-18), Allah menghendaki agar umat-Nya tidak membenci saudaranya dalam hati, melainkan harus dengan terus terang menegur sesamanya; agar tidak menuntut balas dan tidak menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsa melainkan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri.

Demikian pula dalam kotbah-Nya di bukit, seperti telah kita dengarkan dari Injil (Matius 5:38-38), Tuhan Yesus meminta kepada para murid-Nya agar meninggalkan hukum balas dendam. Ia menghendaki agar dalam kehidupan bersama berkembang cinta kasih yang membalas kejahatan dengan kebaikan, kebencian dengan pengampunan. Tuhan Yesus bersabda dengan jelas: “Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”

Saudara-Saudari terkasih dalam Kristus,

Di akhir Surat Gembala ini sekali lagi saya mengajak Anda semua untuk menghayati dan memaknai hari-hari pantang dan puasa selama masa Prapaskah ini sebagai kesempatan untuk menyatakan tobat kita di hadapan Tuhan, sesama dan alam semesta. Kita berdoa juga agar Tuhan menganugerahkan damai sejahtera bagi bangsa kita tercinta, Indonesia. Saya pun berdoa untuk Anda semua, semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat kesehatan, kesejahteraan, dan kerukunan bagi kita semua.

Selamat memasuki masa Prapaskah untuk menyambut perayaan agung Paskah. Berkah Dalem.

PERATURAN PUASA DAN PANTANG TAHUN 2023

Mengacu pada Ketentuan Pastoral Keuskupan Regio Jawa (2016), pasal 138 no. 2.b dalam kaitannya dengan kanon 1249-1253 Kitab Hukum Kanonik (1983) tentang hari tobat, peraturan puasa dan pantang, ditetapkan sebagai berikut:

  1. Hari puasa tahun 2023 jatuh pada hari Rabu Abu, tanggal 22 Februari 2023; dan hari Jumat Agung tanggal 7 April 2023. Hari pantang jatuh pada hari Rabu Abu dan hari Jumat selama masa Prapaska (22 Februari – 7 April 2023)
  2. Yang dimaksud dengan berpuasa adalah makan hanya satu kali (1x) saja dalam sehari, yakni pada hari Rabu Abu dan hari Jumat Sengsara dan Wafat Tuhan. Umat beriman yang wajib berpuasa adalah yang berumur antara delapan belas (18) tahun sampai dengan awal tahun keenampuluh (60).
  3. Yang dimaksud dengan berpantang adalah tidak makan daging atau makanan lain yang disukai pada hari Rabu Abu dan hari Jumat selama masa Prapaska. Namun sesuai dengan tradisi Gereja universal, berpantang ini dapat dilakukan juga setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu merupakan hari pesta wajib. Umat beriman yang wajib berpantang adalah yang sudah genap berumur empat belas (14) tahun.

Agar umat beriman, baik secara pribadi maupun bersama (keluarga/komunitas), dapat memanfaatkan 40 hari masa Prapaskah ini secara lebih berdaya untuk penyempurnaan diri dengan tobat dan matiraga, kami anjurkan beberapa hal berikut:

a. Masing-masing pribadi, keluarga, dan komunitas dapat mencari bentuk matiraga (puasa dan pantang) yang sesuai dengan jenjang usia dan kondisi kesehatan.

b. Pada hari pantang dan/atau hari-hari lain yang ditentukan, setiap keluarga/komunitas dapat berpantang makan nasi atau menggantinya dengan bahan makanan pokok lokal dengan satu macam lauk (sebagaimana telah menjadi gerakan di beberapa paroki atau komunitas selama masa Prapaska dan peringatan Hari Pangan Sedunia).

c. Selama empat puluh (40) hari dalam masa Prapaskah, secara pribadi atau secara bersama dalam keluarga/komunitas memilih wujud pertobatan dan silih yang lebih berdaya ubah.

d. Setiap pribadi, keluarga, atau komunitas dapat mewujudkan karya amal kasih bagi mereka yang membutuhkan.

e. Setiap pribadi, keluarga, atau komunitas dapat melatih diri lebih tekun dalam olah rohani, antara lain melalui ketekunan membaca dan merenungkan Kitab Suci, mengikuti renungan APP, rekoleksi/retret, latihan rohani, ibadat jalan salib, pengakuan dosa, meditasi, dan adorasi.

Tema APP tahun 2023 ini adalah: “Tinggal Dalam Kristus: Hadirkan Damai bagi Sesama dan Alam Ciptaan” sebagaimana diuraikan dalam Buku Renungan Bersama APP KAS 2023 yang diterbitkan oleh Panitia APP Keuskupan Agung Semarang.

Semarang, 11 Februari 2023

Pada Peringatan Santa Perawan Maria dari Lourdes

Hari Orang Sakit Sedunia ke-31

† Robertus Rubiyatmoko

Uskup Agung Semarang




No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...