Kini Domus Pacis Santo Petrus Kentungan mempunyai 11 orang tenaga kerja. Mereka adalah Pak Tukiran, Mas Hari, Mas Abas, Mas Ardi, Pak Haryono, Mbak Tri, Mbak Pariyah, Mbak Yanti, Mbak Pipit, Mas Fallah, dan Mas Siswanto. Selain 11 orang itu masih ada beberapa tenaga outsourcing yang juga harus dibayar. Ketika Rm. Bambang menyampaikan status tentang ketenagaan yang ada di Domus Pacis Petrus, di dalam FB ada yang berkomentar "Romo kok ada yang pakai jilbab". Rm. Bambang menjawab "Beberapa karyawan memang Islam". Komentar itu barangkali terkait dengan pikiran tentang Domus Pacis sebagai rumah tinggal rama-rama yang beragama Katolik. Tetapi dalam hal penerimaan tenaga kerja, yang dibutuhkan oleh Domus Pacis adalah kompetensi dan komitmen orang untuk melayani para rama lansia dengan kondisi yang pada umumnya rawan. Selain itu pekerjaan urusan gedung juga amat dibutuhkan. Dan dari tenaga yang ada beberapa memang beragama Islam.
Terhadapyang beragama Islam pengurus Domus juga memberi kesempatan untuk menjalankan ibadat. Dua orang yang laki-laki setiap hari Jumat juga mendapatkan waktu untuk Jumatan berjemaah di masjid. Tentu saja untuk yang Katolik, bagi yang menginap, juga ikut bertugas dalam Misa Komunitas setiap sore. Ternyata Rm. Hartanta, Direktur Domus Pacis, juga amat menghargai tradisi penghayatan keagamaan tenaga yang beragama Islam. Hal ini bisa dilihat pada peristiwa yang terjadi pada Kamis malam 8 Juli 2021. Sesudah para rama selesai makan malam, para karyawan tidak langsung makan bersama seperti biasanya. Mereka duduk di atas tikar yang digelar di ruang rekreasi. Rm. Hartanta ikut duduk di bawah dengan tikar. Rm. Yadi, Rm. Tri Hartono, Rm. Harto, dan Rm. Bambang duduk di kursi roda. Sedang Mgr. Blasius duduk di kursi biasa.
Para karyawan yang ikut hadir dan duduk di tikar adalah Mas Siswanto, Mas Fallah, Mbak Pipit, Mas Abas, dan Mas Ardi. Bu Riwi yang biasa melayani Rm. Yadi bergabung bersama karyawan. Bu Rini, relawan Domus yang biasa sudah pulang seusai Misa Komunitas, juga menunda kepulangannya. Pertemuan ini sudah diumumkan oleh Rm. Hartanta kepada semua rama pada waktu makan. Tetapi ini tidak wajib untuk diikuti oleh para rama. Dengan pertemuan malam itu Rm. Hartanta mengadakan tahlilan atau peringatan arwah secara Islam. Ini untuk memperingati 3 hari wafat Ibu dari Pak Haryono yang dalam WA hari Rabu 7 Juli 2021 jam 10.45 diberitahukan oleh Rm. Hartanta sebagai berikut :
"Innalillahiwainnailaihirajiun... Turut berbelasungkawa,, atas meninggalnya : Ibu dari Bp Suharyono di Muntilan , Magelang Pada hari Rabu,07-07-2021 (pagi tadi) Kami segenap Keluarga Besar Domus Pacis Kentungan ikut berbelasungkawa,, Semoga amal ibadah ibunda dari Bp Suharyono diterima disisiNya & Keluarga diberi ketabahan..amin"
Itu memang menjadi acara intern penghuni Domus Pacis Petrus. Yang memimpin adalah Mas Siswanto di dampingi oleh Mas Fallah. Mbak Pipit membawa sejumlah buku yang dibaca dalam tahlilan itu. Semua yang duduk di bawah memegang satu-satu. Tetapi dalam pelaksanaan yang membaca hanya Mas Siswanto, Mas Fallah, dan Mbak Pipit. Maklumlah isi buku menggunakan tulisan berbahasa Arab. Selain beragama Katolik yang lain tidak tahu tulisan Arab. Meskipun demikian tahlilan berjalan penuh kekhitmatan. Seusai tahlilan, semua menyantap konsumsi yang berupa pitza dan segelas kertas tebal berisi jus sirsak.
No comments:
Post a Comment