Saturday, July 24, 2021

Minggu Biasa XVII/B – 25 Jul 2021 (Yoh 6:1-15)

diambil dari https://unio-indonesia.org/2021/07/23; ilustrasi dari koleksi Blog Domus


A GIFT OF LOVE

Rekan-rekan yang baik!
Bacaan dari Injil kali ini mengisahkan bagaimana Yesus mampu memberi makan lima ribu orang dengan membagi-bagikan lima roti jelai dan dua ikan yang kebetulan tersedia pada waktu itu. Sisa potongan roti setelah semua orang makan bahkan mencapai dua belas bakul penuh! Apa wartanya? Sebelum membicarakan lebih lanjut, sebaiknya kisah ini dipahami sebagai peristiwa “Yesus memberi makan orang banyak” dan bukannya sebagai tindakan ajaib “memperbanyak makanan” semata-mata. Tekanan terletak pada perhatian Yesus kepada orang-orang yang mendatanginya, bukan pada mukjizatnya sendiri.

MENJELANG PASKAH ORANG YAHUDI

Peristiwa ini terjadi ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat (Yoh 6:4). Dalam Injil Yohanes, penyebutan waktu ini didapati pada peristiwa-peristiwa yang penting. Pembersihan Bait Allah terjadi pada waktu itu (2:13). Kemudian pada peristiwa pemberian makan orang banyak seperti di sini. Perjamuan Terakhir dengan para murid (13:1) terjadi juga menjelang Paskah Yahudi. (Perjamuan itu bukan perjamuan Paskah – yang bagi Yohanes terjadi ketika Yesus wafat di salib). Peristiwa memberi makan orang banyak kali ini ditampilkan sebagai salah satu dari tiga peristiwa penting yang mendahului Paskah baru, yakni kebangkitan Yesus.

Dalam kisah pembersihan Bait, orang menyangka Yesus hendak mengadakan pembaharuan sosial besar-besaran bagi orang Yahudi dalam waktu singkat. Tidak mereka sadari bahwa Bait yang morat marit dikotori sikap tak percaya itu sebentar lagi akan digantikan dengan dirinya yang nanti akan bangkit menjadi Bait yang hidup bagi semua orang. Juga dalam Perjamuan Terakhir para murid sendiri belum amat menyadari bahwa kebesaran Yesus terletak dalam pelayanan – sikap yang hendak diajarkan pada saat-saat terakhir itu. Dan orang-orang yang telah dikenyangkan dalam petikan hari ini nanti melihatnya hanya sebagai nabi yang telah datang ke dunia (6:14) dan malah ingin menjadikannya raja.

Kesadaran batin orang-orang, juga para murid terdekat, belum berkembang utuh seperti orang buta sejak lahir yang dibuka penglihatannya oleh Yesus. Pada mulanya memang orang itu mengenal Yesus hanya sebagai penyembuh paranormal (9:11 dan 15). Kemudian ketika ditanya-tanya oleh kaum Farisi, orang itu mulai berpikir bahwa tentunya Yesus itu nabi (9:17). Tapi ketika bertemu Yesus lagi dan berbicara dengannya, ia menyadari siapa sesungguhnya dia dan sujud menyeru “Aku percaya, Tuhan” (9:38).  Orang-orang di Bait Allah, orang banyak di tepi Danau Tiberias di Galilea, bahkan para murid terdekat sendiri masih perlu maju setapak lagi agar menyadari siapa Yesus itu. Tanda-tanda besar – mukjizat – baru membuat orang mulai mengakui kebesarannya menurut bayangan masing-masing. Baik digarisbawahi “menurut bayangan masing-masing” yang belum tentu sejalan dengan yang dipikirkan Yesus. Kebenaran baru tercapai bila orang berani maju sendiri seperti orang tadi.

PERMINTAAN YESUS

Kisah memberi makan lima ribu orang banyak ini disampaikan oleh keempat Injil (Mrk 6:30-44 Mat 14:13-21 Luk 9:10-17 dan Injil hari ini Yoh 6:1-15). Menurut Markus, Matius dan Lukas, para murid menyadari hari sudah mulai petang dan akan makin sulit mendapatkan makanan. Warung-warung sudah akan tutup. Waktu itu memang belum lazim ada kedai makan yang buka malam hari. Maka para murid mengusulkan kepada Yesus yang masih melayani orang-orang itu agar menyuruh mereka bubar saja dan pergi membeli makanan sendiri-sendiri. Tapi Yesus malah menyuruh murid-muridnya ikut bertanggung jawab memberi makan orang banyak itu. Sikap ini tampak jelas dalam Injil Yohanes. Di situ Yesus-lah yang mulai menggugah perhatian dengan menyapa Filipus, “Di mana kita bisa membeli roti supaya mereka dapat makan?” Begitulah Yesus mengajak murid-murid melayani dan menyediakan makanan bagi orang-orang yang telah kena pesona para murid itu sendiri. Jangan orang-orang itu ditinggalkan dan dibiarkan sendiri setelah sukses dikecap. Kembalikan kepuasan kepada mereka!

Tentu saja tidak mudah. Filipus menghitung, uang dua ratus dinar takkan cukup buat orang sebanyak itu. Kita tahu, sedinar itu upah lazim satu hari kerja bagi pekerja biasa dan boleh jadi hanya cukup bagi satu keluarga dengan lima orang. Maka paling banter dengan dua ratus dinar hanya akan dapat disediakan makanan bagi seribu orang, bukan lima ribu! Masing-masing orang tak bakal dapat sepotong kecil saja! Apa ini namanya memberi makan? Begitulah cara berpikir dengan angka-angka melulu. Juga hasilnya: angkat tangan menyerah.

Filipus bukan sebarang orang. Tokoh ini berasal dari Betsaida, kota pusat perdagangan ikan di tepi danau tempat peristiwa ini terjadi. Ia dulu dipanggil Yesus sendiri untuk mengikutinya (Yoh 1:43-48). Ia kemudian mempertemukan Natanael dengan Yesus. Ia juga pernah diminta orang-orang “Yunani” (maksudnya, orang Yahudi yang berpendidikan modern) untuk memperkenalkan mereka kepada Yesus (Yoh 12:21). Memang Filipus orang yang terpandang di masyarakat. Boleh jadi ia usahawan penting di kota pasar ikan itu. Dan dia itulah yang sekarang diminta Yesus memikirkan keadaan orang banyak. Tapi ia hanya bisa mengalokasi 200 dinar bagi konsumsi masa – tapi, tapi, tapi…. Lalu apa mesti menghubungi relasi sana sini yang bisa membantu? Pada saat itu Andreas, seorang murid yang berasal dari Betsaida juga, tampil dengan sebuah pemecahan yang malah makin tak masuk akal lagi.

Pembaca perlu membiarkan diri dibawa Yohanes masuk ke dalam Injilnya. Seakan-akan Oom Hans kita ini berbisik, kalian tahu kan, Filipus dan Andreas bisa saja mengontak klien mereka di Betsaida dan tempat-tempat lain yang dengan senang hati akan menyiapkan lima ribu nasi bungkus! Hubungi mereka cepat-cepat pakai hape, pasti beres deh! Kita makin diperkenalkan ke sisi-sisi manusiawi orang-orang yang diceritakan. Kita boleh jadi akan merasa rada kelabakan seperti Filipus. Baru begitu kita akan mulai melihat bahwa Filipus mungkin belum betul-betul memperhatikan kebutuhan orang banyak yang telah terjaring ke situ. Ia memang sudah bisa memikirkan sisi finansial pengurusan paroki tapi belum sigap menanggapi kebutuhan umat yang ada di situ. Oom Hans ini tidak menyindir Filipus atau siapa saja, ia mengajak kita membaca kisahnya dengan humor dan melihat diri kita sendiri di mana.

BUNGKUSAN MAKANAN  –  BINGKISAN KASIH

Pemecahan yang makin absurd diajukan oleh Andreas yang tentunya juga orang yang punya banyak relasi seperti Filipus. Andreas mendapati seorang anak kecil yang mempunyai lima roti dan dua ikan…tapi, tapi, tapi… ia berpikir seperti Filipus juga. Oom Hans membiarkan pembaca menangkap maksud tulisannya dengan kreatif. Kita boleh bertanya siapa anak kecil itu? Kok tiba-tiba dimunculkan. Dan apa yang dibawakannya? Lima roti dan dua ikan itu kiranya bukan bekalnya. Terlalu banyak. Tentunya juga bukan barang dagangan. Lalu apa? Mari kita bayangkan, anak itu diutus oleh ibunya yang tinggal di dekat-dekat situ untuk menyampaikan bungkusan roti dan ikan bagi Andreas dan Filipus yang pernah mampir ke rumahnya. Kita ingat Yesus beberapa waktu sebelumnya mengutus murid-muridnya dua berdua mengunjungi pelbagai tempat menyiapkan kedatangannya. Bungkusan makanan itu sekedar tanda masih ingat akan kunjungan mereka berdua yang tak membawa bekal makanan. Juga ungkapan terima kasih. Tentu Andreas rada kikuk. Apa yang mau dibuat dengan roti dan ikan yang memang enak itu bagi orang sebanyak ini? Kita berhenti di sini dan masuk kembali ke dalam teks Yohanes.

Yesus mengambil roti tadi. Yesus mengucap syukur – mengucap terima kasih kepada Yang Mahakuasa. Begitu juga dilakukannya dengan ikannya. Lalu dibagi-bagikannya kepada semua orang di situ. Itulah mukjizatnya! Yesus mengubah tanda terima kasih yang dibawakan anak kecil tadi menjadi makanan bagi lima ribu orang dewasa. Dan masih sisa dua belas bakul penuh potongan roti yang dapat diberikan kepada siapa saja. Ungkapan syukur kepada yang ada di surga itu telah mengubah bungkusan roti dan ikan tadi menjadi bingkisan kasih yang luar biasa besarnya bagi semua orang yang ada di situ. Perkara yang tadi kelihatan tak mungkin kini menjadi kenyataan berkat ketulusan bocah yang membawakannya, dan juga berkat syukur Yesus kepada Bapanya.

Sebelum membagi-bagikan makanan, Yesus menyuruh orang-orang itu duduk. Yohanes mencatat, “… di tempat itu banyak rumput” (6:10). Orang-orang itu ditampilkan Oom Hans sebagai domba-domba yang dibawa ke tempat yang banyak rumputnya oleh Sang Gembala Baik. Terasa suasana tenteram yang di tempat orang-orang itu berada dengan tokoh yang mereka dengarkan dan mereka ikuti ke mana saja ia pergi.

Teriring salam – juga dari Oom Hans,
A. Gianto



No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...