Yang namanya pelatihan biasa terjadi bagi anak, remaja, kaum muda, dan orang-orang yang masih produktif. Tenaga lembaga-lembaga juga kerap mendapatkan pelatihan untuk peningkatan profesionalitas. Tetapi untuk kaum lansia apalagi sudah difabel orang sudah tidak akan menuntut peningkatan skill atau apapun. Kalau ada pelatihan, paling ajar mobilitas dan penggunaan alat bantu. Para rama Domus Pacis Santo Petrus juga masuk yang sudah diterima apa adanya. Mereja sudah dianggap selesai dan istilahnya "sudah jadi". Ketika ada yang menggagas pendampingan dan pengembangan religiusitas untuk para rama sepuh, ada yang berkomentar itu pengurusnya yang realtif masih muda. Pernah pula ada yang mengusulkan acara senam lansia. Tetapi dulu pernah terjadi para rama duduk saja dan malah melihat instruktur yang bergerak-gerak senam diiringi musik.
Tetapi, sekalipun sudah menjadi lansia yang dipandang "sudah jadi", toh ada pengalaman pelatihan khusus. Ini terjadi ketika menanti mulainya makan bersama di Domus Pacis Santo Petrus, Kentungan. Semua rama sudah siap berkeliling menghadapi meja makan yang di atasnya tersedia menu yang akan disantap. Semua rama sudah duduk di kursi atau kursi rodanya masing-masing, kecuali satu rama. Beliau hanya berdiri termangu-mangu. "Mangga lenggah, rama" (Silahkan duduk, rama) karyawan yang mendampingi mempersilahkannya untuk duduk di kursinya. "Lenggah napa?" (Duduk apa?) tanya rama itu yang dijawab oleh karyawan "Nggih lenggah ing kursi menika" (Ya duduk di kursi ini) dengan jari-jarinya menunjuk kursi. Tetapi rama itu tetap berdiri seperti kebingungan. Usaha membuat rama itu duduk ternyata mendapatkan kesulitan karena beliau tetapi berdiri dan malah tambah gelisah. Tiba-tiba Rm. Hartanta, direktur Domus Pacis, berseru kepada si karyawan "Kowe nyontoni lungguh" (Beri contoh untuk duduk). Ketika karyawan duduk Rm. Hartanta berseru lagi "Wis ngadeg" (Berdiri). Ternyata rama itu juga langsung menempatkan patatnya di kursi. Ternyata yang sudah amat "pikun" lupa segalanya perlu mendapatkan pelatihan khusus. Dan itu membutuhkan instruktur (Rama Direktur) dan simulasi (diragakan oleh karyawan).
No comments:
Post a Comment