Saturday, July 31, 2021

Minggu Biasa XVIII/B – 1 Agt 2021 (Yoh 6:24-35)

diambil dari https://unio-indonesia.org/2021/07/30; ilustrasi dari koleksi Blog Domus


MAKANAN YANG MENGHIDUPKAN

Pada awal Injil Minggu Biasa XVIII tahun B, Yoh 6:24-35, disebutkan bagaimana orang banyak yang telah mendapatkan makan dari Yesus (lihat Injil Minggu sebelum ini, Yoh 6:1-15) mencarinya di Kapernaum. Mereka menemukan dia di pantai seberang. Seperti dikisahkan pada akhir Injil Minggu lalu, mereka adalah orang-orang yang ingin menjadikannya raja, tetapi Yesus menyingkir dari mereka.

Terjadilah percakapan antara mereka dengan Yesus. Di sini menjadi jelas apa yang sebetulnya diinginkan orang-orang itu, sekaligus juga dijernihkan apa yang sebaiknya mereka jangkau. Dan mengapa demikian. Ketika orang banyak mendapati Yesus di seberang danau (disebut “laut”), mereka bertanya kepadanya kapan ia tiba di sini. Orang-orang itu begitu tertarik dan bahkan ingin mengangkatnya sebagai pemimpin. Maka mereka tak habis mengerti mengapa justru Yesus pergi menghindar. Oleh karena itu mereka mencarinya. Kini mereka menemukannya di tempat lain. Yesus menjawab keheranan mereka dengan mengatakan bahwa yang mereka cari ialah orang yang memberi makan mereka, bukan dia yang membawakan “tanda-tanda”.

Dalam Injil Yohanes, tindakan-tindakan Yesus yang membuat orang terkesan, disampaikan sebagai “tanda”. Begitulah pemberian makan bagi orang banyak yang dikisahkan dalam Yoh 6:1-5 kini dibicarakan sebagai tanda, bukan sebagai mukjizat atau sebagai kegiatan amal belaka.

Tanda menghadirkan kenyataan atau pesan yang bukan tanda itu sendiri. Dalam hal Yesus memberi makan orang banyak,  yang hendak disampaikan bukanlah terutama kebesaran hati atau kedermawanan atau kekuasaannya, melainkan pengalaman nenek moyang mereka diberi makan oleh Allah Tuhan mereka selama mereka berjalan di padang gurun menuju ke Tanah Terjanji. Dalam ungkapan iman umat Perjanjian Lama, pemberian makanan dalam ujud manna dari langit ini ditampilkan sebagai cara Tuhan tetap menyertai umat yang telah dibawa-Nya keluar dari tempat perbudakan di Mesir dan dipimpinnya berjalan ke tempat yang disediakan-Nya bagi mereka. Pemberian makan orang banyak oleh Yesus hendak menampilkan kembali pengalaman umat Perjanjian Lama ini. Namun mereka belum dapat melihat dia sebagai utusan dari Allah yang hendak menyertai mereka, juga kali ini.

Dalam peristiwa memberi makan orang banyak,  Yesus juga ditampilkan bukan saja pembawa manna surgawi, melainkan kenyataan Tuhan menyertai mereka. Dialah makanan yang menopang orang dalam perjalanan menuju tempat yang dijanjikan. Inilah yang dimaksud dengan “tanda” dalam petikan Injil kali ini.

Orang banyak yang menemui Yesus kali itu diajak menimba kekayaan pengalaman iman leluhur mereka dan mempercayai tindakan ilahi yang kini sedang mereka alami. Kini Bapa yang ada di surga memberi kehidupan kepada umat dalam ujud kedatangan Yesus di tengah-tengah mereka. Namun mereka belum menyadarinya. Mereka baru melihat Yesus sebagai tokoh masyarakat, sebagai yang membela kepentingan mereka, sebagai orang yang diharapkan bisa berbicara demi kebutuhan mereka. Semua ini bagus dan terpuji. Namun bukan ke arah itulah Yesus tampil di tengah-tengah umat. Ia tampil sebagai kenyataan hadirnya Yang Ilahi di tengah umat untuk membawa mereka ke akhir perjalanan. Inilah kehidupan yang dibawakannya kepada orang banyak.

Memang umat Perjanjian Lama tahu bahwa dahulu kala Tuhan menghidupi umat dengan makanan dari langit, dengan manna. Tapi tidak mudah bagi mereka melihat serta menyadari bahwa peristiwa manna itu bukan semata-mata tindakan ilahi dahulu kala yang diceritakan kembali turun temurun dan dikeramatkan, melainkan masih berlangsung sekarang ini juga. Masalah iman bagi umat ketika itu ialah ketidakmampuan menyadari bahwa iman itu hidup, bukan sekadar ingatan yang dikeramatkan.

Bagi orang zaman sekarang, juga bagi orang yang tidak turun temurun menghayati kisah pemberian manna, petikan Injil kali ini tetap bisa bermanfaat. Diajarkan agar orang membiarkan iman menjadi bagian kehidupan, bahkan menjadi cara untuk menjalankan hal-hal yang dikehendaki Yang Maha Kuasa.

Salam,
A. Gianto



Santo Ignasius dari Loyola

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 11 September 2013 Diperbaharui: 07 Oktober 2019 Hits: 24911

  • Perayaan
    31 Juli
  •  
  • Lahir
    tahun 1491
  •  
  • Kota asal
    Loyola, Guipuzcoa, Spanyol
  •  
  • Wafat
  •  
  • 31 Juli 1556 di Kota Roma - terkena sakit “Demam Romawi” (semacam penyakit malaria yang berulang-ulang terjadi di kota Roma, Italia, di beberapa periode dalam sejarah)
  •  
  • Beatifikasi
    27 Juli 1609 oleh Paus Paulus V
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 12 Maret 1622 oleh Paus Gregorius XV

Ignacio López de Loyola  atau yang kita kenal sebagai St. Ignasius de Loyola adalah pendiri dari Serikat Yesus. Ia dilahirkan di Kastil keluarga bangsawan Loyola di wilayah Basque, Spanyol. Ketika masih kanak-kanak, ia dikirim untuk menjadi abdi di istana raja. Di sana ia tinggal sambil berangan-angan bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi seorang kesatria yang hebat. Ignasius kemudian masuk militer dan menjadi seorang perwira.

Pada penyerbuan benteng Pamplona, Ignasius bertempur dengan berani namun ia terkena peluru meriam dan terluka parah.  Di kemudian hari, ia mendapat penghargaan karena kegagahannya dalam pertempuran itu. Tetapi, luka di tubuhnya membuat Ignatius terbaring tak berdaya selama berbulan-bulan di atas pembaringannya di Benteng Loyola.

Ignatius meminta buku-buku bacaan untuk menghilangkan rasa bosannya. Ia menyukai cerita-cerita tentang kepahlawanan, tetapi di sana hanya tersedia kisah hidup Yesus dan para kudus. Karena tidak ada pilihan lain, ia membaca juga buku-buku itu. Perlahan-lahan, buku-buku itu mulai menarik hatinya. Hidupnya mulai berubah. Ia berkata kepada dirinya sendiri, “Mereka adalah orang-orang yang sama seperti aku, jadi mengapa aku tidak bisa melakukan seperti apa yang telah mereka lakukan?” Semua kemuliaan dan kehormatan yang sebelumnya sangat ia dambakan, tampak tak berarti lagi baginya sekarang. Ia mulai meneladani para kudus dalam doa, silih dan perbuatan-perbuatan baik.

Setelah sembuh, Ignasius mengunjungi sebuah biara dimana ia menanggalkan jubah militernya dan mempersembahkannya pada lukisan Sang Perawan Maria. Ia kemudian pergi ke kota Catalunya, dan selama beberapa bulan tinggal di sebuah gua di dekat kota itu di mana ia bertapa dengan keras. Ignatius juga mengalami beberapa penampakan di tengah-tengah hari selama di rumah sakit. Penampakan-penampakan yang terjadi berulang kali ini tampil sebagai “suatu wujud yang mengambang di udara yang berada di dekatnya dan wujud ini memberinya rasa ketenangan yang amat mendalam karena wujud itu sangatlah indah … wujud itu entah bagaimana terlihat memiliki bentuk mengular dan memiliki banyak benda yang bersinar seperti mata, tapi bukanlah mata. Ia menjadi bahagia dan mengalami ketenangan hanya dengan menatap wujud ini … namun ketika wujud ini hilang ia menjadi sedih.”  

Ignasius lalu berziarah ke Tanah Suci dan ia bertekad untuk mentobatkan orang-orang yang belum mengenal Yesus disana. Namun ia tidak diperkenankan. Lalu veteran perang yang berusia 30 tahun itu pulang dan mulai belajar untuk mempersiapkan dirinya berkarya bagi nama Yesus. Mula-mula ia  belajar bahasa Latin bersama anak-anak sekolah Dasar si Barcelona sampai kemudian meraih gelar sarjana di Universitas Paris.

Sejak masih kuliah Ignasius sering memberikan bimbingan rohani kepada teman-temannya. Di masa itu (bahkan sampai sekarang) tidaklah lazim apabila seorang awam mengajar spiritualitas; ia lalu  dicurigai sebagai penyebar bidaah (=agama sesat) dan dipenjarakan untuk sementara waktu  namun kemudian dilepaskan.  Kejadian itu tidak menghentikan Ignatius. “Seluruh kota tidak akan cukup menampung begitu banyak rantai yang ingin aku kenakan karena cinta kepada Yesus,” katanya.  

Di Paris Ignasius mengilhami tujuh mahasiswa (dua diantaranya adalah St. Fransiskus Xaverius dan St. Petrus Faber) untuk bersatu mengadakan ikatan. Mereka berjanji setia dan bersepakat untuk menyebarkan injil kepada mereka yang belum mengenal Kristus. Kelompok mereka ini kemudian menghadap Paus Paulus III dan menawarkan diri untuk menjalankan tugas apa saja. Bapa suci yang melihat semangat kerasulan mereka; dan pendidikan mereka yang tinggi akhirnya mengabulkan keinginan Ignasius dan kelompoknya. Bahkan lebih jauh lagi; Bapa Suci mentahbiskan mereka menjadi imam dan ikatan persaudaraan mereka dikokohkan menjadi Serikat  Rohaniwan. Serikat ini kemudian dinamakan Serikat Jesus dan mendasarkan diri pada tiga kaul yaitu : Kemiskinan, Ketaatan, dan Kemurnian; ditambah lagi dengan satu kaul khusus yaitu : Kesiapan untuk melaksanakan perintah Tahta Suci Kapan saja dan dimana saja.

Selama 15 tahun sejak persetujuan paus itu Ignasius memimpin Serikat Jesus dari Roma. Ia meyaksikan perkembangan Serikatnya berawal dari 10 orang sampai menjadi lebih dari 1000 orang. Para Jesuit berkarya dari Eropa, Asia sampai ke Benua baru Amerika.  Saat ini para Jesuit memiliki lebih dari 500 Universitas dan Perguruan Tinggi, 30.000 anggota, dan mengajar lebih dari 200.000 siswa setiap tahun.

Seringkali Ignatius berdoa, “Berilah aku hanya cinta dan rahmat-Mu, ya Tuhan. Dengan itu aku sudah menjadi kaya, dan aku tidak mengharapkan apa-apa lagi.”

St. Ignatius wafat di Roma pada tanggal 31 Juli 1556. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XV.

Friday, July 30, 2021

Pemberdayaan dalam Misa

Ini tentang Misa Komunitas di rumah para rama tua Domus Pacis St. Petrus, Kentungan. Karena mayoritas dan penghuni pertama berasal dari Domus Pacis Puren, Pringwulung, beberapa kebiasaan Puren berjalan di Kentungan. Misa Komunitas terjadi setiap sore dari Senin sampai Sabtu. Memang, secara resmi Misa dimulai pada jam 18.00. Tetapi dalam kenyataan sebelum jam itu Misa sudah mulai karena semua penghuni sudah siaga di kapel. Pada Senin hingga Jumat bacaan-bacaan sesuai dengan Penanggalan Misa Harian. Tetapi untuk Misa Sabtu Sore selalu dijadikan Misa Minggu. Alasan yang dulu muncul adalah supaya para rama, yang sudah tidak berkarya di tengah umat, merasakan adanya hari Minggu yang berbeda dengan hari-hari biasa. Kalau para rama paroki merasakan Minggu sebagai hari khusus dengan melayani Misa banyak umat bahkan bisa beberapa kali, maka para rama Domus mengalami Minggu dengan bebas Misa. Sebetulnya itu hanya alasan asal-asalan. Tetapi dengan itu ternyata memang bermakna untuk rama-rama tertentu yang bisa menerima tamu hingga malam. 


Sesudah berada di Domus Pacis St. Petrus Kentungan, acara Misa sebenarnya biasa tetapi menjadi semacam pemberdayaan bagi para anggota Domus. Ketika masih di Puren, secara praktis Misa menjadi acara rama. Yang memimpin dan menjadi lektor adalah rama-rama yang masih bisa bersuara terdengar oleh para peserta. Kalau ada awam ikut, baik karyawan ataupun tamu, mereka hanya sebagai peserta. Hanya kadang-kadang saja ada awam yang diminta menjadi lektor. Kini, pada bulan kedua tinggal di Kentungan, Rm. Hartanta sebagai Direktur Domus, membuat jadual petugas Misa. Semua rama yang masih bisa bersuara terdengar oleh peserta dan karyawan Katolik serta relawan harian diberi giliran menjadi lektor. Para rama yang masih bisa bersuara memadahi mendapatkan giliran memimpin Misa. Bahkan dalam satu Misa ada rama yang mendapatkan giliran menyampaian homili sementara rama lain menjadi pemimpin. Semua rama mendapatkan giliran sejajar. Bahkan seorang mantan Uskup juga ikut bertugas menjadi lektor seperti rama dan karyawan serta relawan. Barangkali semua menjadi sama karena sesama kaum pensiunan. Kalau ada dua orang perempuan ikut menjadi lektor, yang satu termasuk karyawan (Bu Riwi) sedang Bu Rini adalah relawan. Sebenarnya ada relawan lain, yaitu Bu Titik. Tetapi dia tidak ikut misa secara rutin. Sedang kalau disebut ada lektur karyawan, itu adalah karyawan lelaki bergantian. Di atas ada contoh jadual untuk Misa tanggal 2-7 Agustus 2021.

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Ignasius dari Loyola, Imam

Sabtu, 31 Juli 2021

Matius 14:1-12

1 Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah. 2 Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: "Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya." 3 Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya. 4 Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau mengambil Herodias!" 5 Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. 6 Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes, 7 sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya. 8 Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: "Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam." 9 Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. 10 Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara 11 dan kepala Yohanes itupun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya. 12 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, ada orang yang memiliki kecerdikan hebat yang mampu mempengaruhi orang lain. Kalau hatinya dikuasai oleh nafsu mau enak dan menangnya sendiri, dia mampu membuat fitnah yang sungguh membuat penderitaan bagi yang difitnah.
  • Tampaknya, seorang penguasa juga jahat dapat jauh lebih mengerikan. Dia dapat bertindak sesuai keinginan sendiri dan mampu menyingkirkan orang baik idola masyarakat karena mengganggu keputusannya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul mesra dengan kedalaman batin, semenang dan sesukses apapun dalam bertindak untuk meraih yang diinginkan, kalau itu adalah tindakan jahat yang mencelakakan orang baik, seseorang dapat mengalami hidup dalam selalu merasa terancam oleh adanya orang-orang baik lain. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang yang memiliki sikap dan tindakan jahat akan dikejar oleh pantulan kejahatannya.

Ah, bagaimanapun juga dalam berpolitik orang harus mampu mengalahkan bahkan menyingkirkan lawan politiknya.

Santo Petrus Krisologus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 07 September 2013 Diperbaharui: 09 Juli 2015 Hits: 5107

  • Perayaan
    30 Juli
  •  
  • Lahir
    Tahun 380
  •  
  • Kota asal
    Imola, Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 02 December 450 di Imola, Italia - Oleh sebab alamiah
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Petrus dilahirkan di sebuah kota kecil di Imola, Italia. Ia hidup pada abad kelima. Uskup Kornelius dari Imola membimbingnya dan mentahbiskannya sebagai seorang diakon. Bahkan sejak masih kanak-kanak, Petrus mengerti bahwa seseorang sungguh adalah seorang yang besar hanya jika ia dapat mengendalikan emosinya dan mengenakan semangat Kristus.

Ketika Uskup Agung Ravenna, Italia, wafat, Petrus ditunjuk oleh Paus St. Leo Agung untuk menggantikannya. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 433. Sebagai seorang imam dan uskup, St. Petrus berkarya secara efektif. Ia berjuang keras untuk menghapuskan kekafiran yang masih ada dalam keuskupannya. Ia membantu umatnya bertumbuh dalam iman.

Uskup Petrus menjadi terkenal sebagai seorang pengkhotbah. Sungguh, “Krisologus” artinya “perkataan emas”. Namun demikian, semua khotbah ataupun homilinya singkat saja. Ia khawatir para pendengarnya menjadi bosan. Di samping itu, khotbah-khotbahnya pun bukanlah sesuatu yang luar biasa istimewa ataupun indah. Namun, pesan-pesan yang disampaikannya jauh lebih berharga daripada emas. Ia berkhotbah dengan semangat begitu rupa hingga mampu menggugah hati para pendengar yang mendengarkannya dengan terpukau.

Dalam khotbah-khotbahnya, Uskup Petrus mendesak setiap orang untuk menerima Yesus sesering mungkin dalam Komuni Kudus. Ia ingin agar semua orang menyadari bahwa Tubuh Tuhan haruslah menjadi santapan setiap hari bagi jiwa. Uskup yang baik ini juga berjuang demi persatuan segenap anggota Gereja Katolik. Ia berusaha mengatasi segala kebingungan yang ada dalam umat tentang iman Katolik. Ia juga senantiasa mengusahakan damai.

St. Petrus Krisologus wafat pada tanggal 2 Desember 450 di kota kelahirannya, Imola, Italia. Oleh karena khotbah-khotbahnya yang mengagumkan, yang begitu kaya akan pengajaran, pada tahun 1729 Paus Benediktus XIII memaklumkan St. Petrus sebagai Doktor Gereja.

Thursday, July 29, 2021

Sudah Bermimpi?

Selain para rama yang berasal dari Domus Pacis Puren, yang mendapatkan SK Keuskupan Agung Semarang menjadi penghuni Domus Pacis St. Petrus, Kentungan sejak 20 Mei 2021 ada 5 orang rama lain. Mereka adalah Rm. Budyopranoto, Rm. Heru Purnomo, Mgr. Blasius Pujoraharja, Rm. Chr. Sugiyono, dan Rm. BYL Bagyo. Yang sudah masuk sejak Juni, selain yang berasal dari Puren adalah Mgr. Blasius Pujo. Rm. Budyo bilang akan datang di Domus sesudah perayaan emas imamatnya pada Agustus 2021. Beliau tinggal di Pastoran Sambiroto, Semarang. Rm. Heru, yang ada di Pastoran Mertoyudan, juga mengatakan akan masuk Domus pada Agustus 2021. Sementara itu Rm. Bagyo dan Rm. Giyono tinggal di Domus Pacis St. Albertus, Semarang. Tetapi pada Jumat 23 Juli 2021 lalu Rm. Bagyo telah menghadap Tuhan dan dimakamkan di Makam UNIO KAS di kompleks Seminari Tinggi Kentungan depan bangunan rumah para rama sepuh Domus Pacis St. Petrus.

Sudah lebih seminggu Rm. Giyono harus opname di RS Elisabet Semarang. Pada Rabu 28 Juli 2021 jam 22.42 Bapak Uskup Agung Semarang mengirim pengumuman dalam WA UNIO KAS "Para Romo. Mohon doa untuk Rm. Christinus Sugiyono yang malam ini, 28 Juli, harus pindah ke ICU RSE. Semoga dikuatkan dan disembuhkan." Pada pagi 29 Juli 2021 jam 07.57 Rm. Bambang mengirim WA ke Bu Toro, teman Sekolah Rakyat (kini SD) Rm. Giyono, "Nyuwun doa kangge Rm. Sugiyono ingkang mlebet ICU RS Elisabet" (Mohon doa untuk Rm. Sugiyono yang masuk ICU RS Elisabet). Dalam jawabannya Bu Toro juga memberi kata-kata Rm. Sugiyono ke Bu Toro pada tanggal 25 Juli 2021 lewat WA: "Tadi malam aku bermimpi seolah-olah sudah di wisma Petrus Yogya". Tiba-tiba pada pagi itu, Kamis 29 Juli 2021 jam 09.41, ada pengumuman dari Bapak Uskup :

Berita Duka

Telah dipanggil menghadap Tuhan, Rm. Christianus Sugiyono Pr di Rumah Sakit St. Elizabeth Semarang, pada hari Kamis 29 Juli 2021, pukul 08.00.

Pemakaman di Makam Romo-romo Unio di Kentungan Yogyakarta dengan protokol covid-19, pada hari Kamis 29 Juli 2021, pukul 16.00 (bisa lebih awal atau mundur).

Mohon doanya untuk kebahagiaan abadi Rm. Chr. Sugiyono Pr di surga.

Terimakasih dan berkah Dalem.

Lamunan Pekan Biasa XVII

Jumat, 30 Juli 2021

Matius 13:54-58

54 Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? 55 Bukankah Ia ini anak tukang kayu?  Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya:  Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? 56 Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?" 57 Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.  Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya." 58 Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, hormat orang biasa diarahkan kepada kaum berkedudukan. Orang berkedudukan memiliki kekuasaan untuk berbuat apapun.
  • Tampaknya, orang biasa yang tak memiliki jabatan sosial bisa dipandang sebelah mata. Sekalipun mampu berbuat baik demi banyak orang, orang biasa bisa mendapat cibiran karena hanya berasal dari rakyat jelata.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun hanya orang biasa tanpa jabatan dan berpendidikan rendah, orang bisa memiliki kewibawaan lebih besar dari para pejabat kalau memiliki kesejatian kuasa, yaitu keterbukaan terhadap daya ilahi yang selalu membawa hidup bermakna bagi banyak orang. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menghayati percikan daya-Nya yang membuat mampu menghadirkan kebaikan bagi banyak orang.

Ah, semengagumkan apapun kehebatan orang biasa, itu tidak bisa dipertanggungjawabkan karena tanpa landasan pendidikan formal.

Santa Marta

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 07 September 2013 Diperbaharui: 01 Juni 2014 Hits: 9524

  • Perayaan
    29 Juli
  •  
  • Lahir
    Hidup abad pertama
  •  
  • Kota asal
    Bethany - Yerusalem - Israel
  •  
  • Wafat
  •  
  • Sekitar Tahun 80 - Sebab alamiah
    Makam diyakini berada di Tarascon Perancis
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Marta adalah saudari Maria dan Lazarus. Mereka tinggal di sebuah kota kecil bernama Betania, dekat Yerusalem. Ketiga bersaudara itu adalah sahabat-sahabat Yesus. Yesus seringkali datang mengunjungi mereka. Sesungguhnya, dalam Injil dikatakan: Yesus mengasihi Marta, dan saudaranya Maria dan Lazarus.

Marta dengan senang hati melayani Yesus apabila Ia datang mengunjungi mereka. Suatu hari, Marta sedang menyiapkan makanan bagi Yesus dan para murid-Nya. Marta yakin bahwa tugasnya akan lebih ringan apabila saudarinya datang membantu. Ia melihat Maria duduk tenang dekat kaki Yesus, asyik mendengarkan Dia. “Tuhan, suruhlah dia membantu aku,” pinta Marta kepada Yesus. Yesus amat senang dengan semua layanan kasih sayang Marta. Tetapi, Ia ingin Marta tahu bahwa mendengarkan Sabda Tuhan dan berdoa jauh lebih penting. Jadi dengan lembut Yesus berkata kepadanya, “Marta, Marta engkau khawatir akan banyak hal, namun hanya satu saja yang perlu. Maria telah memilih bagian yang terbaik.”

Iman Marta yang mendalam kepada Yesus tampak nyata ketika saudaranya, Lazarus, meninggal. Begitu ia mendengar bahwa Yesus sedang dalam perjalanan menuju Betania, Marta pergi menyongsong-Nya. Ia percaya kepada Yesus dan dengan terus terang berkata: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” Kemudian Yesus mengatakan kepadanya bahwa Lazarus akan bangkit. Kata-Nya, “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati. Percayakah engkau akan hal ini?" Dan Marta menjawab, “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkau-lah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” Yesus mengadakan suatu mukjizat besar dengan membangkitkan Lazarus dari antara orang mati!

Sesudah kejadian itu, Yesus datang lagi dan makan bersama dengan Lazarus, Marta dan Maria. Seperti biasanya, Marta melayani mereka. Namun demikian, kali ini Marta melayani dengan sikap yang lebih tulus serta penuh kasih. Ia melayani dengan hati yang penuh sukacita. Cinta tulus kakak beradik ini kepada Yesus mereka buktikan sampai di puncak bukit Golgota, menunggui detik-detik terakhir wafat Yesus.

Ada beberapa legenda dan tradisi yang simpang-siur tentang kehidupan Marta dan saudara nya setelah kenaikan Yesus ke surga. Salah satu yang paling populer adalah legenda tentang makam St. Marta di Tarascon Perancis. Dikatakan bahwa Marta meninggalkan Yudea dan pergi ke Tarascon, Perancis. Ia melalui hari-harinya di desa tersebut dengan berdoa dan berpuasa sampai pada akhir hidupnya. Masih menurut legenda; Marta meninggal di Tarascon, dan dimakamkan di ruang bawah tanah Gereja Collegiate di Tarascon.

Wednesday, July 28, 2021

Kartu Identitas Domus

"Nyuwun pamit, rama" (Mohon pamit akan pulang, rama) kata Bu Rini dan Bu Titik hampir bersamaan ketika para rama Domus Pacis St. Petrus, Kentungan, sudah siaga di meja makan masing-masing pada Rabu malam 28 Juli 2021. Kata-kata itu biasa muncul ketika mereka akan pulang. Bu Rini dan Bu Titik adalah relawan Domus Petrus yang biasa siaga untuk membantu keperluan para rama Domus. Mereka berdua sudah menjadi relawan sejak di Domus Pacis Puren, Pringwulung. Dalam keseharian Bu Rini biasa datang di Domus Petrus pada sekitar jam 15.00. Sedang Bu Titik biasa datang 2 atau 3 kali dalam seminggu pada sekitar jam 17.00. Tegtapi dalam peristiwa khusus mereka berdua bisa sehari berada di Domus. Tetapi pada Rabu malam itu, ketika mereka berdua sudah berpamitan dan melangkah akan keluar dari Domus, Rm. Hartanta berkata "Mangke riyin. Enten sesuatu bar sembahyang dhahar" (Sebentar. Tunggu sesudah doa pembuka makan).

Ternyata pada malam itu Rm. Hartanta, Direktur Domus Pacis St. Petrus, dibantu oleh Mas Hari sedang mengaitkan kalung-kalung plastik ke kartu-kartu khusus. Pada setiap kartu tergambar logo Domus Pacis Santo Petrus dan alamat Domus di satu sisi, dan di sisi lain terdapat tulisan "Domus Pacis St Petrus Kentungan dan nama". Itu menjadi semacam kartu identitas warga Domus Pacis St. Petrus. Semua rama penghuni Domus Petrus dan karyawannya mendapatkan satu per satu. Bu Rini dan Bu Titik, sekalipun bukan karyawan tetapi menjadi relawan tetap, juga diperhitungkan menjadi warga Domus Petrus. Maka pada malam itu Rm. Hartanta memberi kartu identitas itu yang berisi nama mereka masing-masing.

Pembuatan kartu itu dipandang penting karena Domus Pacis berhadapan dengan realita jalan masuk dari Jalan Kaliurang harus melewati pintu gerbang Seminari Tinggi Kentungan yang dijaga Satpam. Peristiwa wafat Rm. Bagya pada Jumat 23 Juli 2021 membuat Seminari menjaga terjadinya kerumunan yang akan berbahaya di masa pandemi covid-19. Seminari untuk sementara waktu menolak kehadiran tamu dan siapapun orang luar masuk kompleks Seminari termasuk Domus Pacis. Bahkan pengantar tambahan lauk dan snak setiap siang dari Hotel Tentrem ke Domus juga tak dapat masuk. Para dermawan Domus yang menyumbang beberapa kebutuhan juga harus menitipkannya di pos Satpam Seminari. Suami karyawan Domus yang setiap hari mengantar dan menjemput istri yang bekerja di Domus juga tidak bisa melewati gerbang masuk. Karena kondisi ini belum jelas sampai kapan, apalagi PPKM juga diperpanjang bahkan Keuskupan Agung Semarang memperpanjang hingga 15 Agustus 2021, Rm. Hartanta berinisiatif membuat kartu identitas itu untuk mempermudah masuk keluarnya warga Domus lewat gerbang Seminari.

Lamunan Peringatan Wajib

Santa Marta

Kamis, 29 Juli 2021

Yohanes 11:19-27

19 Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. 20 Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. 21 Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. 22 Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." 23 Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit." 24 Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman." 25 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup;  barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, 26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" 27 Jawab Mata: “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia hyang akan datang ke dalam dunia.”

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, untuk berpisah dari lingkungan sehari-hari karena pindah tempat, orang sudah dapat merasa susah. Terhadap peristiwa perpisahan memang ada yang mengatakan “perpisahan itu adalah kematian kecil”.
  • Tampaknya, kalau perpisahan saja dapat membuat susah bagaikan mencicipi kematian, apalagi kalau harus berpisah karena memang ditinggal meninggal dunia. Kematian sungguh menghapus apapun yang sudah berjalan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun yang sehari-hari sudah dihayati dengan enak, tetapi sadar bahwa di dunia ini orang akan selalu dihadapkan pada hal-hal baru dan diperbarui, dia juga akan mengalami kematian sebagai saat kesejatian hidup baru yang membahagiakan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menghayati kehidupan dunia ini sebagai perjalanan dan latihan mengalami hadirnya hal-hal baru dan yakin di keabadian ada kebaruan definitif.

Ah, bagaimanapun juga kematian itu menakutkan.

Santo Nazarius

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 03 Agustus 2017 Diperbaharui: 12 Agustus 2017 Hits: 3498

  • Perayaan
    28 Juli
  •  
  • Lahir
    Hidup pada abad pertama
  •  
  • Kota asal
    Roma, Italia
  •  
  • Wilayah karya
    Gaul (Perancis), Jerman, Swiss
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir | dihukum penggal bersama Santo Celsus pada sekitar tahun 68 M
    Legenda menuturkan bahwa saat Relikwi-nya ditemukan oleh Santo Ambrosius di tahun 395 M, Darah Nazarius belum mengering
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santo Nazarius adalah warga kota Roma. Ayahnya adalah seorang perwira tentara Romawi dan ibunya adalah Santa Perpetua. Ibunya dibabtis oleh Santo Petrus dan ayahnya yang semula kafir, akhirnya dibabtis atas upaya ibunya. Nazarius menjadi murid Santo Petrus dan dibaptis oleh Santo LinusPaus kita yang kedua penerus Santo Petrus.

Ketika Kaisar Nero mulai menganiaya umat Tuhan, Nazarius menyelamatkan diri ke Lombardi, mengunjungi Piacenza dan Milan. Ia kemudian tertangkap, dihukum cambuk dan diasingkan ke Gaul (sekarang Perancis).

Di Gaul, Nazarius bertemu dengan Santo Celsus yang saat itu masih berusia 9 tahun. Ibunda Celsus telah meminta Nazarius untuk mengajari mereka iman Kristiani. Nazarius lalu mendidik dan membabtis Celsus serta menjadikannya rekan seperjalanan dalam mewartakan iman Kristiani di Gaul.

Bertahun-tahun Nazarius dan Celsus berkarya dan membawa banyak jiwa di Gaul menjadi umat Tuhan. Hal ini membuat otoritas Romawi murka. Keduanya ditangkap, disiksa, dan dipenjarakan.  Mereka baru dibebaskan setelah bersedia untuk tidak lagi berkhotbah di wilayah Gaul.

Nazarius dan Celsus lalu berkarya di wilayah sekitar Pegunungan Alpen dan membangun sebuah kapel di Embrun. Mereka melanjutkan perjalanan kerasulan mereka ke Jenewa, lalu ke Trier. Mereka tinggal cukup lama di Trier, dan membawa banyak orang ke dalam pelukan gereja.

Nazarius dan Celsus disebutkan meninggalkan Trier menuju Italia. Mereka tiba di Genoa, lalu ke Milan. Mereka tertangkap disana dan dihukum mati dengan cara dipenggal.

Tuesday, July 27, 2021

Beriman Mendalam? (Pengalaman Lampau di Puren)

 

Dari https://wow.tribunnews.com/2018/08/27 saya mendapatkan 10 macam makanan yang harus dihindari orang yang mengidap sakit gula darah: 1. Minuman manis; 2. Lemak trans; 3. Roti putih, pasta dan nasi; 4. Yoghurt rasa buah; 5. Sereal manis; 6. Minuman kopi; 7. Madu, sirup agave, dan sirup maple; 8. Buah kering; 9. Makanan ringan dalam kemasan; 10. Jus buah. Secara lengkap itu diedit oleh Wulan Kurnia Putri. Tentu saja biskuit dan roti-roti manis termasuk dalam deretan yang menyuburkan penyakit gula darah.

 

Kebanyakan rama yang tinggal di rumah tua masuk dalam golongan pengidap penyakit gula darah atau diabetes. Ada salah satu di antara rama pengidap diabetes yang biasa menempati rangking tertinggi bila perawat home care rumah sakit memeriksa seminggu sekali. Angka 300 plus sudah masuk rasa rendah bagi rama tersebut. Tidak jarang dia kena angka diatas 400 bahkan 500. Di rumah tua itu pernah ada pengurus yang begitu peduli dan berprihatin atas kondisi rama tersebut. Dia kerap melakukan rasia makanan di kamar sang rama. Makanan-makanan yang berbahaya bagi diabetes disita. Tetapi setiap kali ada saja muncul yang baru di kamar sesudah penyitaan. Bukankah dia adalah seorang rama? Bukankah ada saja warga Gereja yang akan melayani keinginan ramanya.

 

Pada suatu saat datanglah hari pemeriksaan. Dari pemeriksaan darah diketahuilah bahwa angka yang muncul berada di atas 520. Perawat yang memeriksa melihat ada beberapa kaleng biskuit di meja rama. Bahkan roti-roti manis juga tersedia. Maka perawat itu berkata “Rama, semua ini harus disingkirkan. Gula darah rama tinggi”. Ternyata, kata perawat itu, rama dengan enak dan santai menjawab “Wis bèn neng kono. Engko nèk  pas cendhèk rak isa takpangan” (Biar saja di situ. Nanti ketika gula darahku rendah kan bisa saya makan).

 

Ketika perawat itu menceriterakan ke saya, saya hanya bisa tertawa. Tiba-tiba dalam benak saya terbayang kata-kata Yesus “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: .....  mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka;.....” (Mrk 16:17a.18.a). “Rama ini gimana? Kok malah tertawa. Bukankah rama-rama lain dapat menjalani diet?” perawat itu tampak jengkel melihat reaksi saya. Sayapun menjawab dengan santai “Barangkali beliau beriman mendalam dan rama-rama lain kurang percaya”. Dan dahi perawat itu mengerinyit disertai mata menyipit dan mulut nyungir.

Lamunan Pekan Biasa XVII

Rabu, 28 Juli 2021

Matius 13:44-46

44 "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. 45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. 46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, tak sedikit orang merindukan sesuatu yang dianggap dapat menghadirkan kebanggaan hidup. Kalau menjumpainya, orang dapat membelanjakan amat banyak uang untuk memilikinya.
  • Tampaknya, tak sedikit orang merindukan kedudukan tinggi dan lebih tinggi lagi di tengah masyarakat. Untuk mendapatkannya orang dapat mengabaikan harta untuk meraihnya karena dengan kedudukan itu ada harapan kembalinya harta bahkan dengan tambahan berlimpah.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun berani melepas amat banyak harta untuk meraih yang dirindukan, orang baru akan sungguh mendapat kepuasan relung hati kalau mengalami belaian kasih dan penjagaan ilahi yang membuatnya lepas bebas dari berbagai macam harta duniawi yang ada padanya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sudah dapat menghayati kebahagiaan amat mendalam kalau menemukan keintiman hubungan dengan Tuhan dan keterbukaan terhadap siapapun dan apapun yang secara nyata ada dalam hidupnya.

Ah, orang akan merasa sungguh puas kalau punya uang berlimpah untuk memenuhi apapun yang diinginkan.

Santo Pantaleon

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 7 September 2013 Diperbaharui: 20 Juli 2016 Hits: 4568

  • Perayaan
    27 Juli
  •  
  • Lahir
    Hidup pada Abad ke-4
  •  
  • Kota asal
    Nicomedia - Asia Tengah
  •  
  • Wilayah karya
    Roma - Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • Tahun 305 di Roma. Martir -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Pantaleon hidup pada abad keempat. Ia berasal dari Nicomedia, dekat Laut Hitam di Asia.  Ia merupakan seorang dokter yang amat terkenal hingga Kaisar Galerius Maximianus memilihnya untuk menjadi dokter Istana.

Di sana, di istana yang jahat dan kafir, Pantaleon terjerumus ke dalam masalah. Ia adalah seorang Kristiani, namun sedikit demi sedikit, ia membiarkan teladan buruk sekelilingnya merusak imannya. Ia mulai sependapat dengan kebijaksanaan palsu yang dipuja orang-orang kafir. Ahirnya, ia melakukan dosa berat dengan sepenuhnya meninggalkan iman Kristiani.

Seorang imam yang kudus bernama Hermolaos teramat sedih melihat dokter yang temashyur ini meninggalkan Yesus. Ia datang menemuinya. Dengan kata-kata yang bijaksana dan lemah lembut, sang imam berhasil menyadarkan Pantaleon akan dosa yang telah dilakukannya. Pantaleon mendengarkan nasehatnya dan mengakui bahwa ia telah sungguh keliru. Ia mengaku dosa dan bergabung kembali dengan Gereja. Sebagai laku silih, Pantaleon giat merawat orang-orang miskin yang sakit tanpa memungut bayaran. Ia kini hidup dalam doa, dan memiliki kerinduan yang berkobar untuk menderita bagi Yesus.

Ketika Kaisar Diocletianus mulai menganiaya umat Kristiani, Pantaleon segera bersiap untuk meninggalkan istana. Ia lalu membagi-bagikan segala yang ia miliki kepada orang-orang miskin. Ia tahu bahwa sewaktu-waktu ia bisa ditangkap. Dan ia benar.

Beberapa dokter yang iri hati mengadukannya sebagai seorang Kristiani. Kepada dokter istana ini, Kaisar memberikan pilihan untuk menyangkal iman atau dihukum mati. Pantaleon tidak mau menyangkal imannya dan tak ada suatu aniayapun yang dapat memaksanya untuk melakukan hal itu.  Ia kemudian dianiaya sampai wafat sebagari martir pada tahun 305.

Di masa lampau terdapat suatu devosi yang kuat kepada orang kudus ini. Di Gereja Timur, ia disebut sebagai “martir besar dan pekerja ajaib”.

Monday, July 26, 2021

Kisah di Balik Kue Sagon, Jajanan Lawas yang Enaknya Abadi

diambil dari https://travelingyuk.com

Rizky Nusantara
Rabu, Agustus 22, 2018 14.00

Bicara mengenai Indonesia tidak akan pernah ada habisnya. Tidak hanya soal alamnya yang begitu menggiurkan, juga tentang kebudayaan dan kuliner yang sangat sayang untuk dilewatkan. Sebut saja nasi goreng dan rendang yang pernah masuk dalam daftar makanan terenak di dunia. Ada juga kue lawas yang tetap memiliki penggemar hingga kini. Berikut adalah penuturan Kontributor Travelingyuk, Rizky Nusantara tentang kisah kue sagon, jajanan jadul jaman kakek dan nenek kita.

Mulai Jarang Ditemukan

Kue Sagon (C) Rizky Nusantara/Travelingyuk

Di antara banyaknya kuliner yang disajikan, ada salah satu kuliner yang semakin ditinggalkan. Beberapa orang mulai enggan untuk mencari atau bahkan menjual makanan yang memiliki cita rasa yang cukup khas yaitu adalah rasa manisnya. Makanan tersebut bernama Kue Sagon.

Kuliner yang juga terbuat dari kelapa ini sangat mudah dicari di wilayah Pulau jawa dan Sumatra. Hanya saja, kemudahan dalam mencari itu tidak bisa dilakukan saat ini. Pasar yang biasa menjajakan makanan ini pun mulai jarang terlihat. Satu per satu penjual mulai berpaling ke kuliner yang lebih banyak diminati oleh para wisatawan semua. Biasanya sagon menggunakan tepung ketan. Tetapi, tepung ketan ini bisa diganti dengan tepung sagu atau tepung kanji bila tepung ketan susah untuk dicari.

Asal Usul Nama Kue Sagon

Pedagang kue sagon (C) Rizky Nusantara/Travelingyuk

Pada zaman dahulu, orang-orang memberikan sebuah nama dengan begitu mudah. Dilihat dari bahan dasar yang digunakan atau nama penemunya. Begitupula dengan Kue Sagon, masih belum terlalu jelas siapakah yang menemukannya. Banyak yang bilang, nama Kue Sagon diambil dari bahan bakunya yang menggunakan tepung sagu.

Cita Rasa Kue

Kue sagon (C) Rizky Nusantara/Travelingyuk

Saat pertama kali mencoba akan muncul rasa yang cukup unik yang akan membuat para wisatawan ketagihan. Tidak hanya akan pecah di lidah, cita rasa Kue Sagon yang paling mencolok adalah manis dan gurihnya. Aromanya pun juga berbeda dengan kuliner lainnya. Aromanya juga begitu harum dan wangi.

Sekilas Cara Pembuatannya

Pembuatan Kue Sagon (C) Rizky Nusantara/Travelingyuk

Bahan yang digunakan sudah pasti adalah tepung ketan dan gula pasir yang dibasahi dengan sedikit air lalu, diaduk secara merat hingga gula mampu menyampur dengan baik bersama tepung ketan. Kemudian, ambil cetakan adonan dan taruh di dalam Loyang. Panaskan di dalam suhu 150 derajat selama kurang lebih 25 menit. Kue Sagon bisa untuk dinikmati.

Kue Sagon adalah salah satu kuliner Nusantara yang mungkin sudah punah. Kerinduan akan kue ini akan selalu hadir bersama dengan cita rasa yang selalu melekat dan enggan untuk pergi. Cobalah untuk mencari kue ini atau membuatnya sendiri, dan rasakan sensasi dari kue ini. Bagaimana, apakah Teman Traveler salah satu penggemarnya?


Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...