Begitu bangun tidur pada jam 02.30 Minggu 16 April 2023, Rm. Bambang langsung meminum salah satu pil yang harus disantap sesaat sebelum makan. Setelah itu satu buah apel dimakan termasuk satu pil ketika mulai santap. Sesudah itu sebuah roti dengan 1 butir telur dihabiskan. Airpun diminum dengan 3 macam pil lain. Hari itu dia harus santap makan pagi pada dini hari. Hal itu biasa dilakukan oleh Rm. Bambang kalau ada program bepergian pada pagi hari. Dia mempunyai ritme mudah buang air besar 2 atau 3 jam sesudah makan pagi. Hari itu dia harus pergi ke gereja Paroki Sumber. Mas Fallah mengantar dengan mobil pada jam 07.45 menuju rumah Bu Rini di Sleman. Bu Rini akan mendampingi dengan mobilnya ke Sumber hingga pulang kembali ke Domus Pacis Kentungan. Di Paroki Sumber Rm. Bambang diminta memimpin Rekoleksi Lansia 2 jam diteruskan dengan Misa Minggu.
Ketika sampai di Sumber tampaklah orang-orang lansia merubung meja seorang pencatat kehadiran. Mereka datang untuk mengikuti Rekoleksi Lansia yang diprogramkan oleh Tim Kerja PIUL (Pendampingan Iman Usia Lanjut). Dalam hal ini Kelompok Devosan Kerahiman Ilahi membantu sebagai panitia kerja. Menutut daftar hadir ada 169 peserta lansia. Tepat pada jam 10.00 dimulai dengan beberapa nyanyian. Sesudah doa pembukaan, sambutan panitia dan Rm. Darisman sebagai Pastor Paroki, waktu diserahkan kepada Rm. Bambang. Rm. Bambang memulai dengan pertanyaan "Perasaan apa yang paling menonjol sesudah menjadi lansia?" Ketika dibuka kesempatan untuk berbicara, ternyata ada cukup banyak yang menujukkan jari menyampaikan pengalamannya. Dari berbagai pengalaman yang muncul, Rm. Bambang menyimpulkan ada beberapa pokok :
- Masalah fisik : kemerosotan daya tubuh (mis. beser, blabur, tuli), mudah capek.
- Masalah pikiran : mudah lupa.
- Masalah kejiwaan : merasa sakit hati kalau diberi tahu anak sehingga emosi, hidup merasa tak ada gunanya.
- Masalah kerohanian : ingin dekat Tuhan, bertanya-tanya mengapa belum dipanggil oleh Tuhan.
Menanggapi pengalaman-pengalaman itu Rm. Bambang juga menyampaikan pengalamannya sendiri bersama para romo sepuh sesama yang tinggal di rumah Domus Pacis St. Petrus Kentungan, Jogja. Dalam hal ini Rm. Bambang menekankan bahwa begitu menginjak usia tua dan lanjut orang harus siaga mengalami kesendirian. Kesendirian tidak akan menjadi kesepian asal punya kegiatan rutin dan doa. Berkaitan hidup bersama Rm. Bambang mengetengahkan kata-kata Tuhan Yesus kepada Petrus dalam Yoh 21:18 yang disampaikan dalam Kidung Macapat mijil :
Nalika maksih enom sireki
Sabukmu waton
Lan lumaku sakarepmu dhewe
Yen mbesuk sira wis tuwa kaki
Sira disabuki
Ginawa tinuntun.
(Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.)
No comments:
Post a Comment