Min kali min adalah plus.
Jika sudah plus itulah makna kebangkitan.Pewartaan Kebangkitan disampaikan kepada para wanita yang mendatangi makam YesusWanita dalam kitab suci adalah kelompok marginal, kaum tersisih. Kubur adalah tempat sunyi dan ada gemanya saat disambangi.Aplikasinya kita yang paskahan di Domus, adalah umat yang di paroki nya tidak dianggap, hahahaha di domus kita menyanyi tanpa tehnik, dengan nada yang mlorotpun itu sah2 saja.Karena kita bukan mengutamakan teori apalagi teknik. Namun lebih menonjolkan kebersamaan. Bahkan kitapun harus bersabar ketika mulai upacara cahaya ada gangguan kecil dari anak disabilitas, krn diapun ingin berperan aktif dalam misa ini.Inilah makna sesungguhnya dari #kebangkitan*.
Kalau beliau menulis nada nyanyian melorot, itu memang terjadi pada saya. Meskipun demikian suasana Malam Paskah terasa menggembirakan bernuansa semarak membahagiakan. Dalam status itu saya amat tertarik pada narasi alinea 3 : "kitapun harus bersabar ketika mulai upacara cahaya ada gangguan kecil dari anak disabilitas, krn diapun ingin berperan aktif dalam misa ini."
Saya Mengesan pada 3 Anak
Dalam Perayaan Malam Paskah itu sebenarnya ada 3 anak yang masuk menghadirkan kesan mendalam dalam hati saya.
- Yang berkebutuhan khusus. Dalam status FB di atas penulis FB menyebutnya anak disabilitas. Anak ini tampil ketika permulaan upacara Malam Paskah dimulai. Itu terjadi ketika saya ada dalam proses pemberkatan Lilin Paskah. Anak itu berdiri di samping kiri saya yang duduk di kursi roda. Dia sering ikut mengucapkan kata-kata, yang bagi saya tidak jelas berbicara apa, mengikuti kata-kata saya. Ketika sampai pada bagian menancapkan 5 dupa pada Lilin Paskah, anak itu mau ambil satu. Tetapi dengan lembut telapak tangannya saya pegang. Pemberkatan Lilin Paskah hingga upacara cahaya tidak ada kekacauan sedikitpun.
- Yang tertawa kegirangan. Saya didorong dengan kursi roda mengelilingi posisi deretan peserta umat untuk mereciki air suci. Ada suami-isteri muda dari duduknya kemudian berdiri untuk menerima recikan air. Bersamanya ada anaknya yang masih kecil belum 3 tahun. Anak itu berdiri dan saya reciki dengan air suci. Menerima recikan si anak tertawa terkekeh-kekeh kegirangan. Barangkali anak itu mengira saya mengajak main-main air.
- Yang tanya Rm. Bambang "Dhe". Seusai Misa saya keluar dari Kapel bersama-sama umat lain. Tiba-tiba seorang anak kecil bertanya pada orangtuanya "Endi Romo Bambang Dhe?" (Yang mana yang bernama Romo Bambang Dhe?). Mendengar pertanyaan itu, sementara orangtuanya tampak salah tingkah, saya menjawab "Saiki Romo Bambang wis orang dheglog. Saiki wis orang pincang" (Kini Rm. Bambang sudah tidak timpang. Sekarang dia sudah tidak pincang). Maklumlah, dulu saya kerap mendapatkan sebutan "Romo Bambang Dhe". Sebetulnya bunyi huruf "D" adalah singkatan nama baptis "Dominicus". Tetapi kata bunyi "D" dibelokkan dengan bunyi bahasa Jawa "Dhe" singkatan kata "dheglog" yang berarti timpang atau pincang. Maklumlah sejak kecil saya pincang kaki kiri. Tetapi sekarang dengan mobilitas berkursi roda, saya sudah tidak pincang lagi. Maka anak yang bertanya itu barangkali selama Misa mencari romo yang berkaki pincang.
Tanda Khusus Ilahi
Tampaknya kehadiran anak-anak kecil, dan kiranya juga yang berkebutuhan khusus, dalam pertemuan umum sering bisa dianggap sebagai pengganggu oleh kaum dewasa dan tua. Apalagi di dalam peristiwa seremonial, mereka kerap tidak dilibatkan atau dijauhkan. Para murid Tuhan Yesus juga pernah menujukkan sikap seperti ini. Ketika ada yang datang membawa anak-anak kecil untuk meminta berkat dari Tuhan Yesus "murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu" (Mat 19:13). Tetapi Tuhan berkata "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga" (Mat 19:14).
Dengan pengalaman Malam Paskah 2023 di Domus Pacis, saya sungguh berterima kasih karena boleh mendapatkan kado khusus dari Tuhan. Hadirnya anak-anak kecil adalah kado khusus untuk mengingatkan tanda-tanda khusus jalon tol menuju sorga. Bukankah sikap anak-anak adalah rambu istimewa petunjuk arah menuju sorga. Sebagai bagian kaum lansia, sadar atau tidak sadar saya berada dalam periode hidup di depan keabadian. Maka layaklah kalau saya tidak terganggu oleh hadirnya anak-anak kecil baik yang tertawa kegiarangan mengira diajak main air maupun yang mungkin diberi informasi tentang Romo Bambang "Dhe". Apalagi dengan yang berkebutuhan khusus, saya merasa dihadapkan pada salah satu tekanan pastoral Keuskupan Agung Semarang. Keuskupan Agung Semarang mengajak mengutamakan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel (KLMTD). Anak yang berkebutuhan khusus atau cacad sering direndahkan. Ada yang malu kalau memiliki keluarga cacad. Orangtua yang membawa anak berkebutuhan khusus dalam Malam Paskah sungguh mengagumkan. Dia tidak malu di hadapan banyak umat lain. Seandainya ada yang menghinakan, selayaknya kita ingat kata-kata Tuhan Yesus "sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Mat 25:40)
Domus Pacis, 10 April 2023
D Bambang Sutrisno
Catatan : Ilustrasi ambil dari olahan gambar lain.
No comments:
Post a Comment