Sunday, April 16, 2023

Mungkin Kecil, Tapi Itu Mukjizat


Ketika memimpin Misa Sabtu sore, Rm. Bambang dalam hati berkata "Wah, isa kaco iki mengko" (Aduh, nanti bisa kacau). Baru kali itu, ketika Rm. Hartanta pergi, tak ada satu karyawan Katolik yang ikut Misa. Kecuali Mbak Sari, semua yang Katolik libur dan tugas malam. Sekalipun Katolik, mbak Sari harus berjaga kalau ada romo-romo yang di kamar membunyikan bel minta tolong melayani sesuatu. Padahal setiap Sabtu sore Misa di Domus dijalankan dengan Liturgi Hari Minggu. Ini berarti masing-masing romo harus memegang bu Tata Perayaan Ekaristi hasil pengetikan Rm. Hartanto. Dalam bagian Doa Syukur Agung tercantum nama-nama para romo untuk ambil bagian mengucapkan bagian-bagian tertentu. Dalam hal ini, dari pengalaman kalau sampai Rm. Ria kerap ada hambatan. Beliau sering bingung menemukan bagiannya. Walaupun ketika memulai Doa Syukur Agung sudah dibantu dengan dibukakan halamannya, buku sering dibolak-balik sehingga harus ditunjukkan lagi bagian beliau. Kalau tak ada Rm. Hartanta, salah satu karyawan akan mendampingi untuk menunjuk bagian Rm. Ria.

Pada waktu sudah masuk Doa Syukur Agung, Rm. Bambang siap berhadapan dengan masalah. Rm. Ria akan terhenti bingung tak bisa mencari bagiannya. Kalau nanti diberi kesempatan mencari halaman, ada romo lain yang akan ngomel-ngomel marah. Ketika ada yang menunjukkan tetapi agak tersendat, romo itu juga biasa marah. Maka pada Sabtu sore itu Rm. Bambang siap mendengarkan omelan. Dia berencana akan mengambil alih mengucapkan bagian Rm. Ria. Eeeee, ternyata saat itu ketika masuk bagiannya Rm. Ria langsung mengucapkan dengan benar dan lancar. Tetapi masalah lain muncul ketika akan masuk bagian membagi Komuni. Untuk membagi Komuni Rm. Bambang biasa ditolong karyawan mendorongnya dengan kursi roda. Karena tak ada karyawan, dia bersiap untuk menggeser-geserkan kaki kanannya menuju ke masing-masing romo. Eeeee, tiba-tiba Rm. Suntoro berdiri dan tertatih-tatih maju ke altar dan langsung memegang stang kursi roda yang diduduki Rm. Bambang. Rm. Suntara, yang juga kalau jalan juga tidak sigap lagi sehingga selalu didorong dengan kursi roda, mendorong dengan napas yang agak ngos-ngosan. Ketika makan malam dia omong ke Rm. Bambang "Kowe abot tenan" (Ternyata kamu berat). Ketika teringat pengalaman Sabtu sore itu dan merenungkannya di dini hari, Rm. Bambang berkata "Matur nuwun Gusti. Panjenengan paring mukjizat. Romo Ria ingkang biasa bingung saget lancar. Romo Suntara panjenengan paringi dorongan ngadeg mlampah lan nyurung kula" (Terima kasih, Tuhan. Kau beri kami mukjizat. Rm. Ria yang biasa bingung bisa lancar. Rm. Suntara Kaudorong untuk berdiri dan berjalan serta mendorong saya).

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...