Saturday, May 11, 2024

Makan Yang Dicuwil

Dulu, tak hanya sekali dua kali saya menjumpai orang ketika menyantap makanan yang berbentuk lebar atau besar. Dia selalu mencuwil makanan itu dan baru kemudian memasukkan ke dalam mulut. Padahal yang lain orang menggigit dan langsung mengunyah dalam mulut. Pada waktu saya berbikir "Apakah itu dimaksudkan untuk menyantap dengan sopan santun?" Eeeeee, kini saya juga melakukan hal sama. Untuk makan kerupuk atau bakwan atau tempe tepung goreng atau menu lain yang lebar atau besar, saya mencuwilnya baru kemiudian saya masukkan mulut. Dalam usia 73 tahun gigi depan saya sudah tanggal satu. Tetapi sejatinya ompong saya masih tambah beberapa geraham. Padahal dua gigi depan bagian bawah sudah ogak. Sementara gigi-gigi depan lain atas bawah tampaknya sudah melemah. Macam-macam menu di atas sudah sulit saya gigit langsung. Sadar atau tidak sadar, saya terbantu oleh pengalaman dahulu menjumpai sosok kalau makan dicuwil lebih dahulu. Kini saya berpikir mungkin beberapa orang yang saya jumpai dulu juga punya masalah gigi seperti saya sekarang. Dan kini, sadar atau tidak sadar, saya dulu sudah mendapatkan bekal untuk menghadapi masalah gigi di usia lansia ketika menghadapi menu-menu tertentu. Memang saya membutuhkan sedikit kesabaran bahkan sering sedikit kesusahan untuk menjalaninya. Tetapi kata-kata Santo Paulus sungguh menguatkan batin saya: "Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin." (Rom 8:22) Ketika proses melahirkan seorang ibu sungguh menderita. Tetapi sesudah melahirkan yang ada adalah kebahagiaan dan lupa penderitaan. Maka derita kecil soal gigi pasti juga menghadirkan pengharapan akan kebahagiaan.

No comments:

Post a Comment

Rm. Vikjen Menginap Domus

Pagi itu, ketika waktu makan Sabtu 14 September 2024, suasana makan sungguh terisi banyak tawa. "Alatnya benar atau salah?" tanya ...