Friday, May 17, 2024

Ibu-ibu Sengkan

BERSYUKUR adalah nuansa relung hati yang diwarnai rasa bahagia mendalam. Kalau kebahagiaan adalah kerinduan utama hidup manusia, maka BERSYUKUR merupakan dambaan derap hati. Di dalam iman Kristiani BERSYUKUR menjadi landasan utama orang terbuka pada Tuhan yang selalu menyertai dan melindungi manusia dalam keadaan apapun. Orang Katolik menghayati Sakramen Mahakudus yang disebut Ekaristi. "Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa Ekaristi adalah “sumber dan puncak seluruh kehidupan Kristiani” (KGK 1324) dan “hakikat dan rangkuman iman kita” (KGK 1327)." (https://www.katolisitas.org/sudahkah-kita-pahami-pengertian-ekaristi). Dari https://www.google.com dapat dimengerti bahwa "Istilah "Ekaristi" berasal dari bahasa Yunani ευχαριστω, yang artinya berterima kasih atau bersyukur". Di dalam Misa selalu ada Doa Syukur Agung. Yang menjadi soal adalah bagaimana dalam kehidupan kongkret orang bisa BERSYUKUR. Ternyata para rama sepuh Domus Pacis Santo Petrus juga mendapatkan pertanyaan itu. Ini terjadi pada Senin 13 Mei 2024 ketika menerima kunjungan rombongan tamu ibu-ibu Katolik dari Wilayah Sengkan, Paroki Banteng. Pertanyaan berasal dari seorang ibu yang relatif belum lama ditinggal pasangan. Sebenarnya dalam kunjungan itu ada banyak pertanyaan yang dijawab oleh para rama. Tetapi di sini Rm. Bambang hanya mencatat yang berkaitan dengan BERSYUKUR, karena tampaknya itu baru sekali terumus dalam istilah BERSYUKUR. Biasanya yang muncul adalah istilah "merasa senang, gembira, dan bahagia". Terhadap pertanyaan ini dari jawaban-jawaban yang muncul dapat disimpulkan sebagai berikut :
  • Menerima hidup apa adanya.
  • Bisa berpasrah pada Tuhan apa adanya.
  • Membiasakan diri menghindari sikap "kudune" (harusnya) dan berprinsip "nyatane" (pegang realita yang dihadapi). Dengan diri sediri menjalani realita kini di sini. Terhadap teman lain menerima kondisi jiwani dan ragawi. Maka harus menghindari "positive thingking" dan memegang "reality thingking". Dan yang harus dibangun adalah membiasakan diri omong segalanya dengan relung hati. Ini bisa seperti Bunda Maria yang memasukkan segalanya dalam hati dan merenungkannya. Di sini orang bisa mengembangkan diri untuk tindak menuntut "yang kuhendaki" tetapi menerima dan menjalani "kehendak-Nya".

No comments:

Post a Comment

Rm. Vikjen Menginap Domus

Pagi itu, ketika waktu makan Sabtu 14 September 2024, suasana makan sungguh terisi banyak tawa. "Alatnya benar atau salah?" tanya ...