Minggu, 11 Februari 2023
Markus 1:40-45
40 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." 41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir." 42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. 43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: 44 "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka." 45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
Butir-butir Permenungan
· Tampaknya, setiap kebersamaan selalu ada tatanan
sesederhana apapun. Apalagi di dalam hidup bermasyarakat, di situ ada tata
hukumnya.
· Tampaknya, menjalani tatanan merupakan wujud orang
menunjukkan sosialitasnya. Itu justru menjadi tanggungjawab sosial.
· Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun kewajiban menjalani tatanan bisa menghadirkan rasa tertekan sesedikit apapun, tetapi kalau dipenuhi orang sungguh mengalami kebebasan yang sungguh membahagiakan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa ketidaktaatan pada tatanan akan menghadirkan kekacauan tak hanya bagi pelaku tetapi juga bagi orang lain.
Ah, bagaimanapun juga yang namanya tatanan itu membuat orang tidak bebas.
No comments:
Post a Comment