Tuesday, February 28, 2023

Sumbangan Dana Tambahan Honorarium Februari 2023

Almarhum Rm. Suryo Nugroho pernah berkata bahwa Domus Pacis Santo Petrus sebenarnya bukan rumah para romo sepuh. "Jan-jane Domus ki rumah untuk romo-romo sakit" (Sebetulnya Domus Pacis adalah rumah untuk para romo yang sakit). Pernyataan beliau memang berdasarkan realita yang terjadi di Domus Pacis Santo Petrus. Banyak romo sepuh tidak bersedia tinggal di situ. Ada romo sepuh yang marah ketika ada umat bertanya "Mengapa romo tidak tinggal di Domus Pacis?" Bahkan ada yang sudah mendapatkan SK Uskup menjadi penghuni Domus, tetapi sedetikpun belum pernah menginjakkan kaki di Domus Pacis Santo Petrus. Dan kalau kemudian ada yang bersedia tinggal, ternyata mereka sudah membutuhkan banyak bantuan tenaga karena kondisi fisik yang menderita sakit.


Dari banyak pengalaman orang yang dijumpai oleh Rm. Bambang, ternyata melayani atau mendampingi kaum lansia dapat menimbulkan ketidakmudahan. Selain harus memiliki kesiagaan fisik, orang juga harus memiliki ketahanan perasaan menghadapi sikap yang bisa tidak mengenakkan. Apalagi kalau yang didampingi menderita sakit. Selain Rm. Hartanta, Direktur Domus yang berusia 42 tahun, 12 orang romo lain di Domus sudah mengalami penyakit-penyakit yang ngendon di badannya. Dari 12 romo hanya seorang yang dalam banyak hal masih dapat melayani dirinya sendiri. Kesebelas romo lain membutuhkan penjagaan dan pendampingan. Bahkan ada 8 orang yang harus mendapatkan penjagaan khusus. Selain untuk menjaga pemeliharaan gedung, kesebelas romo sungguh membutuhkan tenaga-tenaga yang komitmen siaga kerjaan fisik dan ketahanan batin berhadapan dengan beberapa yang sering seperti menunjukkan sikap marah. Lima romo sudah membutuhkan penjagaan 24 jam selain harus ada berjaga untuk lain-lainnya di malam hari. Maka 14 orang tenaga tidak bisa semua masuk setiap hari. Selalu ada yang libur. Kalau ada yang libur, selalu ada yang harus lembur. Hal ini tentu membutuhkan beaya yang cukup besar. Anggaran yang diterima dari Keuskupan ternyata belum cukup. Untunglah tidak sedikit warga umat yang bersedia memberi sumbangan sejak Juli 2021. Besaran sumbangan setiap bulan sungguh bisa amat meringankan Direktur dalam melaksanakan tugas. 

Dalam catatan Rm. Bambang, pada Februari 2023 ada 39 sumbangan yang berasal dari 4 kelompok dan 35 orang. Besaran uang yang terkumpul adalah Rp. 30.075.000. Di antara para penyumbang ada 1 warga Muslim yang ikut berkepedulisan, yaitu Ibu Unik Kusumastuti sehingga ada bagian sumbangan yang dibagi ekstra untuk karyawan dan beberapa romo. Para penyumbang mengirimkan uang lewat rekening bank. Mereka yang masuk dalam catatan Rm. Bambang adalah :

1. PUPIP Ungaran, 2. Ibu Dicky, 3. Ibu Haryono, 4. Ibu Ida, 5. Bapak Siswoto, 6. Ibu Anna Maria (Ibu-ibu Bernardus), 7. Bapak Jono, 8. Ibu Wartini, 9. Ibu Dewi Anggraeni, 10. Ibu Maria Kristina Dannie, 11. Ibu Christine, 12. Ibu Tri Nor Prasetyawan, 13. Ibu Yenyen, 14. Ibu Malya, 15. Ibu Lucy, 16. Ibu Mamik, 17. Bapak Bambang Triono Cahyadi, 18. Ibu dr. Nor, 19. Ibu Evy, 20. Klg Pak Gatot, 21. Ibu Harno, 22. Ibu Sugono, 23. Ibu Melly, 24. Ibu Wellanda, 25. Ibu Maedy Santanu, 26. Klg Frans, 27. Bp Dwidjosusanto, 28. Ibu Chatarina Gunarti, 29. ML Setiyani Indrawati Ibu, 30. Ibu Bernadet Suwarni, 31. Devosan Kerahiman Ilahi Mungkid, 32. Ibu Endang W, 33. Ibu Astrid, 34. Ibu Drg. Yuristianti, 35. Ibu Lili Herawati, 36. Ibu Unik Kusumastuti, 37. Kelompok Yosefin, 38. Ibu Tini, 39. Ibu Eny Bernadet.

Santo David dari Wales

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 01 Maret 2015 Diperbaharui: 27 Februari 2020 Hits: 8349

  • Perayaan
    1 Maret
  •  
  • Lahir
    Sekitar tahun 542
  •  
  • Kota asal
    Menevia (Sekarang St.David's) Wales
  •  
  • Wafat
  •  
  • Sekitar tahun 601 di Biara Menevia Wales - oleh sebab alamiah
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Tahun 1120 oleh Paus Kalistus II

Santo David dari Wales adalah seorang uskup di Wales Inggris pada abad ke-6. Ia lahir pada sekitar tahun 542 di Menevia dalam sebuah keluarga bangsawan yang sangat berpengaruh. Setelah dewasa David terpanggil untuk masuk biara dan menjadi seorang imam. Kesalehan dan kesucian hidupnya membuat ia kemudian ditunjuk menjadi seorang uskup.

Uskup David segera menjadi terkenal sebagai seorang uskup yang saleh dan aktif mendirikan banyak biara. Kurang lebih ada 12 biara yang didirikannya selama hidupnya. Dari antara biara-biara itu, biara Menevia di bagian barat daya Wales adalah biara pusat sekaligus menjadi tempat tinggalnya.

Bapa uskup menulis sendiri regula (peraturan hidup membiara) untuk biara-biara yang didirikannya. Ia berusaha agar para biarawan senantiasa hidup dalam kekudusan. Mereka harus membajak tanah sendiri tanpa boleh menggunakan hewan. Harus minum hanya air dan makan hanya roti dengan garam; serta menghabiskan malam-malam dalam biara dalam doa yang khusuk. Tidak ada harta pribadi yang diizinkan; bahkan mengatakan "buku saya" sudah dianggap sebagai pelanggaran. David sendiri memberikan teladan dengan menjalani semua aturan hidup biara dengan sangat ketat. Ia selalu hidup sederhana dan mempraktekkan asketisme dengan keras. Ia mengajar para pengikutnya untuk menahan diri dari makan daging dan minum bir.

Uskup David memainkan peranan besar dalam perkembangan Gereja Celtic. Banyak perintis gereja Irlandia dididik di biara-biara yang didirikannya. Santo Finnianus dari Clonard, seorang kudus yang dijuluki sebagai bapa para pertapa Monastik di Irlandia adalah seorang anak didiknya di biara Menevia. Ketenaran namanya pada zaman itu dapat dilihat dari begitu banyaknya gereja kuno (lebih dari 50 buah gereja) di bagian selatan Wales yang memilih dia sebagai pelindungnya.

Uskup yang penuh dengan mujizat ini tutup usia dengan tenang pada tahun 601 dan dimakamkan di Katedral St. David di Menevia (Sekarang kota ini bernama St. David) Pembrokeshire Wales Inggris. Ia dikanonisasi pada tahun 1120 oleh Paus Kalistus II dan diangkat sebagai pelindung Wales.

Lamunan Pekan Prapaskah I

Rabu, 1 Maret 2023

Lukas 11:29-32

29 Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. 30 Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. 31 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! 32 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang dapat merasa sudah baik karena rajin berdoa. Bahkan orang dapat merasa amat religious karena banyak melakukan doa di tempat-tempat peziarahan.
  • Tampaknya, orang dapat merasa sungguh ber-Tuhan karena tidak pernah pergi ke paranormal. Setiap keinginan selalu menjadi soa permohonan kepada-Nya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun selalu mengarahkan diri kepada Tuhan dalam setiap permohonan, orang dapat jatuh ke kejahatan serius kalau sadar atau tidak sadar mendesak-desak Tuhan memberikan apa yang diingini untuk memuaskan diri. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan sadar bahwa keinginan mendapatkan pengalaman spektakuler dalam beragama membuatnya jahat karena berjiwa serakah.

Ah, asal tak pernah murtad orang sudah baik hidup rohaninya.

Monday, February 27, 2023

Peduli Konsumsi Domus Februari 2023

Pada Senin 27 Februari 2023 Rm. Bambang mengirimkan jadual penyediaan masakan makan malam dari para pemeduli. Ternyata semua memberikan tanggapan atau jawaban lewat WA. Yang bagi Rm. Bambang mengherankan adalah bahwa pada umumnya mengucapkan "Matur nuwun" (Terima kasih). Dari yang akan mengantar masakan 4 kali, muncul pernyataan "Berusaha divariasi supaya gak bosen juga". Pernyataan terima kasih ada juga yang disertai kata-kata "diberi kesempatan masakin terus". Selain adanya para warga Katolik yang peduli masakan makan malam, Domus Pacis Santo Petrus juga menerima kepedulian dari para warga lain yang menghadirkan snak untuk pagi dan sore. Dalam hal peduli snak, Rm. Bambang hanya mengirim hari dan tanggal kepada Bu Titik Waluyanti dan Bu Rini Kusparwati, 2 orang relawan Domus Pacis. Kedua relawan ini membuat jadual untuk orang-orang yang menjadi jaringannya yang kemudian dikirimkan ke Rm. Bambang. Kepedulian snak hanya untuk 15 hari dalam setiap bulan.


Adanya nuansa gembira dari para pemeduli snak dan masakan makan malam sungguh membuat Rm. Bambang bersyukur pada Tuhan. Mereka adalah para warga yang sungguh mengasihi para romo sepuh Domus termasuk para tenaga pendampingnya. Lewat sajian konsumsi setiap bulan para romo merasakan kasih umat yang sungguh memiliki keterbukaan hati pada bimbingan Roh Kudus. Secara khusus Rm. Bambang di bulan Februari 2023 merasa bahagia atas hadirnya uluran dari sosok-sosok sebagai berikut :

  • Pemeduli Snak : Ibu Atik, Ibu Ieneke, Ibu Emma, Ibu Kanti, Ibu Joni, Ibu Anna Jatmiko, Ibu Rini, Ibu Endang Prayitno, Sdri. Lusi, Ibu Shinta, Ibu Yuni, Ibu Eko Anita, Ibu Septi, Ibu Tutik, Ibu Titik, Ibu Is, Ibu Dono, Ibu Tini, Ibu Made Bambang, Ibu Daniek, Ibu Gita.
  • Pemeduli Masakan Makan Malam : Eyang Wikuntoro, Ibu Ratih, Ibu Regina Eli, Ibu Eni, Ibu Eni, Ibu Retno Willy, Ibu Sumarah, Ibu Rachel, Ibu Titik Waluyanti, Ibu Daruniah, Ibu Wiwit, Ibu Yuli, Ibu Rini, Ibu Evy, Ibu Ning Miduk, Ibu Radi Mastu, Ibu Yoh Priyono, Ibu Emi, Ibu Melly, Ibu Stephani, Ibu Ninik Saut, Kelompok Pak Joko, Ibu Nadya, Ibu Ambar, Ibu Ratmi, Ibu Mardanu, Ibu Yucha, Ibu Umi, Bapak Blasius Chasto, Ibu Lucy, Ibu M Retha/Marco, Ibu Sri Purwaningsih, Ibu Agnes Kadyartini.

Santo Romanus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 28 Juli 2013 Diperbaharui: 31 Mei 2014 Hits: 6942

  • Perayaan
    28 Februari
  •  
  • Lahir
    Tahun 390
  •  
  • Kota asal
    Upper Bugey, Perancis
  •  
  • Wafat
  •  
  • Tahun 465 | Oleh sebab alamiah.
    Dimakamkan di the abbey of Beaume
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Sebagai seorang pemuda, Romanus dikagumi semua orang oleh karena kebaikan hatinya. Ia memiliki hasrat yang kuat untuk menjadi seorang kudus. Karena ia melihat bahwa di dunia amatlah mudah orang melupakan Tuhan, maka Romanus memutuskan untuk hidup sebagai seorang pertapa. Terlebih dahulu, ia meminta nasehat dari seorang rahib yang kudus dan kemudian berangkat.

Ia membawa sebuah buku bersamanya, yaitu Hidup Para Bapa dari Padang Gurun tulisan Cassian. Ia juga membawa serta benih-benih tanaman dan beberapa peralatan. Dengan perlengkapan tersebut, Romanus masuk ke dalam hutan di pegunungan Jura antara Swiss dan Perancis. Ia menemukan sebuah pohon yang amat besar dan tinggal di bawahnya. Romanus melewatkan waktunya dengan berdoa dan membaca bukunya. Ia juga menanami serta merawat kebunnya, dengan tenang menikmati alam sekitarnya.

Tak lama kemudian, adiknya - Santo Lupicinus - bergabung dengannya. Romanus dan Lupicinus amat berbeda kepribadiannya. Romanus keras terhadap dirinya sendiri. Tetapi, ia lemah lembut dan penuh pengertian terhadap orang lain. Lupicinus keras serta kasar terhadap dirinya sendiri dan biasanya demikian juga ia menghadapi orang lain. Namun demikian, maksudnya baik. Kedua bersaudara itu saling mengerti satu sama lain dan hidup rukun bersama.

Banyak orang kemudian datang untuk bergabung dengan mereka. Orang-orang itu pun juga ingin menjadi rahib, maka mereka mendirikan dua buah biara. Romanus menjadi pemimpin di biara yang satu dan Lupicinus menjadi pemimpin di biara yang lainnya. Para rahib itu hidup sederhana dan keras. Mereka banyak berdoa dan mempersembahkan kurban-kurban mereka dengan sukacita. Mereka melakukan silih untuk mempererat panggilan hidup mereka. Mereka bekerja keras menanami serta memelihara kebun mereka dan senantiasa hening sepanjang waktu. Mereka memilih untuk hidup demikian oleh sebab perhatian utama mereka adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. Cara hidup mereka membantu mereka untuk mencapai tujuan rohani mereka.

Lamunan Pekan Prapaskah I

Selasa, 28 Februari 2023

Matius 6:7-15

7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. 8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. 9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, 10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. 11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya 12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; 13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.) 14 Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. 15 Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang akan disebut baik kalau hidupnya dilandasi kebiasaan berdoa. Dia akan dekat Tuhan.
  • Tampaknya, orang akan disebut baik kalau dalam hidupnya punya kesadaran diri sehingga bisa mengakui kekurangan, kesalahan, dan dosa. Dia bisa minta maaf.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun mengakui kesalahan dan minta maaf bisa menjadi tanda kebaikan, orang baru sungguh baik kalau dalam hidupnya memiliki kebiasaan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mudah memaafkan kesalahan orang lain dan sikap seperti ini menjadi anugrah Tuhan mengampuni kesalahan dan dosanya sendiri.

Ah, pengampunan itu datangnya ya hanya dari Tuhan.

Sunday, February 26, 2023

Ibu-ibu Menghibur Romo-romo Sepuh


Ini kisah hari Sabtu 25 Februari 2023. Ketika jam mendekati angka 09.00 seorang karyawan memberi tahu Rm. Bambang bahwa rombongan tamu sudah datang. Rm. Bambang tidak merasa harus segera ikut menemui. Tetapi ketika keluar kamar, dia melihat para ibu berseragam biru sudah duduk di bagian barat ruang besar. Ketika mendekat dia langsung disambut berdirinya para tamu untuk menyalaminya. Ternyata Rm. Harto, Rm. Ria, dan Mgr. Blasius sudah berada di situ. Ketika sudah duduk di tempat masing-masing, dari para tamu ada yang bertanya tentang salah satu romo "Kok belum tampak?" Beliau pernah berkarya di paroki asal para tamu. "Yen makaten, sadaya kula aturi sowan panjenenganipun rumiyin" (Kalau begitu silahkan datang ke beliau lebih dahulu) kata Rm. Bambang. Rm. Bambang mengatakan bahwa beliau harus dikunjungi secara tersendiri. Ternyata hanya sekitar separo tamu yang pergi ke romo itu.

Sebenarnya ketika makan pagi Rm. Hartanta, Direktur Domus Pacis Santo Petrus, sudah memberi tahu bahwa tamu dari Sala akan berkunjung ke romo yang tadi ditanyakan. Kepada Rm. Bambang Rm. Hartanta bilang bahwa sesudah itu mereka juga ingin berjumpa dengan para romo lain yang bisa menemui. Tetapi ketika datang, seorang karyawan langsung membawa semua tamu masuk ruang besar. Itulah sebabnya Rm. Bambang meminta para tamu berkunjung ke romo tersebut. Karena ada sekitar separo masih tertinggal, maka yang serparo itu kemudian omong-omong dengan Mgr. Blasius, Rm. Harto, Rm. Ria, dan Rm. Bambang. Omongan tentang keadaan Domus dan isinya ternyara amat menarik bagi para tamu. Ketika separo lain datang, omong-omong diteruskan. Kemudian datang pula Rm. Yadi yang pernah ikut membantu Paroki Purbowardayan. Semua tamu, yang datang sebagai Wanita Katolik RI Paroki Purbowardayan, sudah mengenal beliau. Tanya jawab lebih seru. Ternyata para tamu bilang datang juga untuk menghibur para romo. Mereka menyiapkan lembar-lembar yang berisi nyanyian. Dua buah lagu dinyanyikan bersama oleh para tamu. Seusai nyanyian Rm. Bambang bilang kepada para romo "Kita kedatangan perempuan-perempuan penghibur"yang membuat para tamu ngakak tertawa.

Santa Anna Line

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 23 Maret 2017 Diperbaharui: 27 Oktober 2019 Hits: 8964

  • Perayaan
    27 Februari
  •  
  • Lahir
    Sekitar tahun 1563
  •  
  • Kota asal
    Dunmow Essex Inggris
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir | Digantung di Tyburn London Inggris pada tanggal 27 Februari 1601
  •  
  • Venerasi
    8 Desember 1929 oleh Paus Pius XI (decree of martyrdom)
  •  
  • Beatifikasi
    15 December 1929 oleh Paus Pius XI
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 25 Oktober 1970 oleh Paus Paulus VI

Santa Anna Line hidup di Inggris pada masa Reformasi Anglikan, saat di mana agama Katolik dinyatakan terlarang dan para penganutnya akan dihukum mati. Ia lahir pada sekitar tahun 1563 di Dunmow Essex Inggris sebagai putri sulung dari William Higham of Jenkyn Maldon, seorang Calvinist Puritan (para pengikut fanatik tokoh reformasi Protestan; John Clavin) yang makmur dan berpengaruh. Nama kecilnya adalah  Alice Higham.

Disekitar tahun 1580 Alice dan adiknya William Higham, dalam terang Roh Kudus, mengambil keputusan berani untuk menjadi anggota gereja Katolik.  Akibat keputusan ini, mereka diusir dari rumah dan dicabut hak waris-nya. Namun semua itu sama sekali tidak menggoyahkan iman kedua bersaudara ini.  Alice dan William Higham telah menemukan Mutiara Surgawi dan mereka tidak akan melepaskannya lagi.

Di kalangan umat katolik Inggris yang sedang teraniaya, nama Alice Higham disamarkan menjadi “Anna”, untuk melindunginya dari kejaran polisi dan mata-mata keluarganya. Pada tahun 1583, Alice menikah dengan Roger Line, seorang pemuda Katolik Inggris yang saleh. Sejak saat itulah ia dikenal sebagai Anna Line, sesuai nama suaminya.

Roger Line bersama William Higham ditangkap saat sedang mengikuti misa hari minggu. Mereka berdua lalu disiksa dan dipenjarakan karena iman mereka. William Higham dapat dibebaskan dengan membayar uang jaminan, sementara Roger Line dibuang ke Flanders Belgia. Ia meninggal sebagai seorang martir Kristus di pengasingan tersebut pada tahun 1594.

Sejak suaminya dibuang ke Flanders, Anna membaktikan hidupnya untuk membantu para imam Katolik yang dikejar-kejar oleh polisi kerajaan. Ketika pater John Gerard,SJ membuka sebuah rumah perlindungan untuk menyembunyikan para imam Jesuit di Inggris, Anna menawarkan diri untuk mengelola rumah perlindungan tersebut. Walau ia sering sakit-sakitan, namun Anna Line mampu mengelola rumah perlindungan ini selama tiga tahun, dan telah menyelamatkan banyak imam Jesuit dari kejaran mata-mata kerajaan.

Ketika pater John Gerard, SJ tertangkap, Anna berkeras untuk tidak menutup rumah perlindungan tersebut.  Ia bahkan mengatur upaya pembebasan Jesuit tersebut dari penjara Tower of London yang terkenal itu.  Upayanya sukses dan pater John Gerard selamat dari hukuman mati. Di kemudian hari, John Gerard SJ menulis dalam biografinya :

Peristiwa penangkapan ini terjadi pada tanggal 2 Februari 1601. Saat polisi datang, pater Fransiskus Page, imam yang memimpin misa berhasil meloloskan diri dengan bersembunyi di ruangan rahasia yang sudah disiapkan. Anna bersama rekannya Margareth Gage ditahan. Margareth kemudian dibebaskan dengan uang jaminan sedangkan Anna dipenjarakan di Newgate.

Anna Line lalu disidang dengan dakwaan menampung seorang imam Katolik dan dijatuhi hukuman mati.  Saat berada di tempat pelaksanaan hukuman mati, Anna diminta untuk mengucapkan kata-kata terakhir didepan rakyat Inggris.  Dengan lantang wanita pemberani ini mengulangi apa yang telah ia katakan di depan pengadilan :

Hari itu tanggal 27 Februari 1601, darah para martir Kristus kembali tumpah di tanah Inggris. Santa Anna Line, bersama seorang imam Jesuit, Beato Roger Filcock SJ, dan seorang imam Ordo BenediktinBeato Mark Barkworth OSB, tewas di atas tiang gantungan sebagai saksi iman yang tidak tergoyahkan.

Anna Line dibeatifikasi bersama Mark Barkworth OSB pada tanggal 15 Desember 1929 oleh Paus Pius XI, sedangkan Roger Filcock SJ dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada 22 November 1987. Anna kemudian dikanonisasi pada tanggal 25 Oktober 1970 oleh Paus Paulus VI.(qq)

Lamunan Pekan Prapaskah I

Senin, 27 Februari 2023

Matius 25:31-46

31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. 32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, 33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. 34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. 35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; 36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. 37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? 38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? 39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? 40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. 41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. 42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; 43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. 44 Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? 45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. 46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, ada gambaran orang Kristiani sudah melayani Tuhan kalau aktif dalam kegiatan Gereja. Orang dapat memilih akan menjalani pelayanan apa dalam Gereja.
  • Tampaknya, ada bidang-bidang dalam pelayanan Gereja. Ada kegiatan-kegiatan kongkret dalam bidang-bidang Gereja, yaitu liturgi dan peribadatan, pelajaran agama dan pendalaman iman, keorganisasian dan paguyuban, sosial kemasyarakatan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, seaktif apapun orang berkegiatan baik dalam Gereja maupun di tengah masyarakat, orang belum tentu menjadi pelayan hidup sejati kalau tidak mengutamakan yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa di dunia ini Tuhan hadir secara ragawi di alam orang-orang yang paling tak terpandang dan diperhitungan secara individual.

Ah, hadirat Tuhan itu paling jelas ya di rumah ibadat dan dalam peribadatan.

Saturday, February 25, 2023

Kunjungan Monika

"Ooooo, kelompok buron" kata-kata Rm. Bambang membuat 14 orang ibu tertawa dan muncul seruan kor dari beberapa ibu "Betuuuuul". Pada mulanya Rm. Bambang mengira bahwa yang datang adalah Ibu-ibu Paroki Delanggu. Ketika dia bertanya "Ini ibu-ibu paroki ya", salah seorang ibu langsung menjawab "Bukan, romo. Kami dari Kelompok Monika". Inilah yang membuat Rm. Bambang mengatakan  seperti 3 kata terdepan dalam alinea ini. Ternyata istilah "buron" ditangkap artinya oleh para tamu yang merupakan kependekan dari "Ibu-ibu rondo (janda)". Dari 5 orang romo yang ada (Rm. Yadi, Mgr. Blasius, Rm. Ria, Rm. Harto, dan Rm. Bambang), hanya R. Harto dan Mgr. Blasius yang belum dikenal oleh para tamu. Rm. Yadi dulu berada di Sala dan sering berjumpa dengan beberapa orang tamu. Rm. Ria pernah berkarya menjadi Pastor Paroki Delanggu. Sedang Rm. Bambang dulu selama 27 tahun biasa berkeliling ke sana-sini dalam ambil bagian program pengembangan jemaat.


Suasana jumpa dengan romo-romo sepuh ternyata kerap menimbulkan gelak tawa. Apalagi para tamu juga masuk golongan lansia. Dari beberapa pertanyaan, ternyata ada pertanyaan yang tampaknya sederhana. Tetapi ternyata ada 3 orang romo yang dinilai "ngawur" oleh Rm. Bambang. Tetapi ucapan kata "ngawur" dari Rm. Bambang diarahkan ke para tamu dengan gerakan mulut tanpa suara. Menurut Rm. Bambang yang menjawab dengan benar hanya 1 orang romo. Beliau memang langsung masuk Domus Pacis St. Petrus, Kentungan. Sedang yang lain adalah pindahan dari Domus Pacis Puren, Pringwulung. Salah satu romo bilang "Saya masuk Domus pada tahun delapan puluh". Maksudnya tahun 1980. Padahal Domus Pacis Puren diberkati pada tahun 2001. Satu yang lain bilang "Aku wis telung taun" (Aku sudah tiga tahun), padahal romo ini sudah lebih 2 tahun sebelum pandemi Covid-19. Dan yang terakhir berkata "Saya masuk Domus tahun 1997" yang langsung disergap oleh Rm. Bambang "Wah, kowe ya ngawur. Kowe mlebu taun rong ewu pitu" (Ternyata kamu juga ngawur. Kamu masuk tahun 2007). Semua jawaban yang dipandu oleh Rm. Bambang setiap kali membuat para tamu tertawa terkekeh-kekeh.

Santo Porphyrius

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 28 Juli 2013 Diperbaharui: 31 Mei 2014 Hits: 5988

  • Perayaan
    26 Februari
  •  
  • Lahir
    Hidup pada abad ke-5
  •  
  • Kota asal
    Tesalonika - Yunani
  •  
  • Wafat
  •  
  • Tahun 420 | Oleh sebab alamiah
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Porphyrius dilahirkan pada abad kelima dalam keluarga bangsawan yang kaya. Ia meninggalkan keluarganya ketika ia berusia duapuluh lima tahun. Porphyrius pergi ke Mesir untuk menggabungkan diri dalam sebuah pertapaan. Setelah lima tahun, ia mengadakan perjalanan ke Yerusalem. Ia ingin mengunjungi tempat-tempat di mana Yesus pernah berada semasa hidup-Nya di dunia.

Porphyrius amat terkesan dengan Tanah Suci. Kasihnya kepada Yesus membuatnya semakin sadar akan penderitaan kaum miskin. Di rumahnya di Tesalonika, ia tak pernah tahu bagaimana rasanya menjadi miskin. Ia masih memiliki segala yang diwariskan orangtuanya kepadanya, tapi tidak untuk jangka waktu yang lama. Ia meminta temannya - Markus - untuk pergi ke Tesalonika dan menjual segala harta miliknya. Setelah tiga bulan, Markus kembali dengan uang. Porphyrius lalu membagi-bagikannya kepada mereka yang sungguh membutuhkannya.

Pada usia empatpuluh tahun Porphyrius ditahbiskan sebagai imam dan kepadanya diberikan tanggung jawab untuk memelihara relikwi Salib asli Yesus. Porphyrius selanjutnya ditahbiskan sebagai Uskup Gaza. Ia bekerja giat untuk menghantar banyak orang percaya kepada Yesus dan menerima iman. Tetapi, kerja kerasnya menghasilkan buah amat lambat dan membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Mayoritas penduduk pada waktu itu bertaut pada praktek-praktek kafir dan takhayul.

Meski Porphyrius dapat mengakhiri banyak dari praktek-praktek ini, ia juga mendapat banyak musuh yang membuatnya banyak menderita. Yang lain, yang adalah umat Kristiani, amat mengasihi dan mengagumi Porphyrius. Mereka berdoa dan bermatiraga untuknya. Mereka memohon Tuhan untuk menjaga dan melindunginya. Uskup Porphyrius menghabiskan bertahun-tahun lamanya guna memperkuat komunitas Kristiani di Palestina. Ia memaklumkan dengan tegas segala yang diyakini teguh umat Kristiani. St. Porphyrius wafat pada tahun 420.

Lamunan Pekan Prapaskah I

Minggu, 26 Februari 2023

Matius 4:1-11

1 Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. 2 Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. 3 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." 4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." 5 Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, 6 lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." 7 Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" 8 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, 9 dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." 10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" 11 Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, ada gambaran bahwa dekat Tuhan membuat orang dijauhi setan. Orang bebas dari godaan keburukan.
  • Tampaknya, ada gambaran bahwa dekat Tuhan membuat hidup jadi tenang. Orang bebas dari pikiran, perasaan, dan kehendak jahat.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul mesra dengan kedalaman batin, meskipun kedekatan dengan Tuhan membuat tahu harus menjauhi kejahatan, orang sadar bahwa di dunia ini bimbingan Tuhan justru terjadi di tengah-tengah berbagai godaan tawaran yang bisa menyelewengan dari hidup baik, benar, dan mulia. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan selalu ingat firman kebaikan sebagai cahaya dalam hidup di tengah keburukan bahkan kejahatan yang bisa bersembunyi dalam tawaran hal-hal duniawi yang menggiurkan.

Ah, bagaimanapun juga orang butuh enak dan popular.

Friday, February 24, 2023

Prapaskah : Wajib Berdoa


“Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (6:5-6)

 

a.     Bukan eksposisi

Ternyata doa juga dapat menjadi kemunafikan. Kalau sikap munafik adalah nafsu penonjolan diri, kemunafikan doa menjadi tindakan menunjukkan diri kepada khalayak bahwa seseorang adalah pendoa bahkan pendoa hebat. Untuk saat ini mungkin kemunafikan doa tidak terjadi “dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya”. Tetapi orang dapat saja berlama-lama berada di gedung Gereja atau kapel dengan niatan agar dilihat sedang berdoa. Sehingga di situ hanya sekedar duduk-duduk atau sebagai orang yang sudah berlanjut usia bosan dengan keadaan rumah. Bisa saja di situ orang hanya ber-HP-ria asyik sana-sini jumpa dengan banyak orang di dunia maya. Barangkali dengan HP dia tetap berada dalam kesibukan doa, yaitu dengan menuliskannya. Dan kemudian ditayangkan lewat dunia media sosial. Bahkan mungkin orang menyampaikan keberhasilannya lewat doa-doa tertentu.

Sebenarnya doa di dalam tempat ibadat dan menuliskannya sebagai sharing dalam media sosial bukan hal yang tidak terpuji. Di sini yang perlu dicermati dalam hati adalah dorongan batin dari yang dilakukan. Kalau itu sungguh untuk ungkapan relasi dengan Tuhan tentu saja menjadi keutamaan. Tetapi kalau untuk mengekspos diri agar dilihat atau diketahui orang sebagai “Nih, aku berdoa”, itulah yang dilarang oleh Tuhan Yesus. Kewajiban keagamaan bukan untuk mencari untung duniawi sekalipun itu berupa sanjungan atau pengakuan yang dapat menaikkan gengsi dalam hidup bersama.

 

b.     Jalan tol doa lanjut usia

Dalam kesendirian

Orang sering begitu saja menyamakan doa dengan ibadat. Ibadat itu menyangkut kebersamaan dalam mengungkapkan hubungan denganTuhan. Karena menjadi tindakan bersama, dalam ibadat biasa ada panduan atau doa-doa tradisi agar semua dapat terlibat. Lain halnya dengan doa. Doa adalah hubungan personal orang dengan Tuhan. Ini adalah relasi yang sungguh pribadi antara “aku insani” dengan “Aku ilahi”. Hubungan pribadi dengan Allah akan mendasari segala kebaikan dalam hidup termasuk dalam hidup keagamaan. Peribadatan akan sungguh bermakna kalau dilandasi oleh masing-masing peserta yang memiliki kebiasaan kontak personal dengan Allah. Bahkan doa tradisi, yang diucapkan dalam doa pribadi, akan sungguh bermakna karena adanya kebiasaan kontak personal dengan Allah.

Karena doa pada dasarnya merupakan hubungan personal dengan Allah, layaklah bila Tuhan Yesus berkata “jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi.” Hubungan pribadi dengan Allah mengkondisikan orang berhubungan dengan Allah seperti dengan orang tua atau sosok yang mencinta dan jadi topangan jiwani. Ini adalah tindakan yang dihayati dalam kesendirian. Yesus menggambarkan doa sejati ada di tempat tersembunyi yang tidak diketahui oleh orang lain. Bagi kaum lanjut usia untuk masuk dalam kesendirian adalah hal yang amat leluasa dapat dialami. Pada umumnya orang yang masuk lanjut usia sudah tidak banyak aktif dalam kebersamaan. Hidupnya sudah banyak berada dalam kesendirian. Bila tinggal di rumah tua, dia akan berjumpa dengan orang serumah hanya dalam jam-jam tertentu dalam acara bersama seperti makan atau ibadat. Bila hidup serumah dengan anak cucu, orang lanjut usia banyak ditinggal sendiri karena mereka memiliki kesibukan sendiri-sendiri. Apalagi kalau berada di rumah sementara anak cucu tidak tinggal bersama, dia akan berjumpa dengan orang lain bila masih dapat ikut aktif dalam pertemuan-pertemuan. Kaum lanjut usia yang beriman akan menghayati kondisi kesendirian itu justru menjadi anugerah istimewa sehingga bisa mendapatkan jalan leluasa memesrakan hidup berhubungan dengan Allah.

Sendiri berhening diri

Doa sebagai perjumpaan dengan Allah di tempat tersembunyi mengarahkan orang dalam kesendiriannya masuk dalam hubungan dengan relung hati. Di dalam relung hati orang tidak berjumpa dengan dirinya tetapi dengan Allah sendiri karena setiap orang adalah “bait dari Allah yang hidup” (2Kor 6:16). Sekalipun hati hanyalah bagian dari unsur jasmaniah tetapi tubuh manusia adalah “bait Roh Kudus” (1Kor 6:19).

Satu hal yang bisa menjadi soal adalah kenyataan kesendirian kaum lanjut usia membuat orang mengalami suasana sepi yang bisa membuat kesepian. Dari sini kaum lanjut usia memang harus mengolah suasana sepi sendiri menjadi kesempatan leluasa untuk berhening diri. Ketika ada liburan Hari Raya Nyepi Selasa 12 Maret 2013 saya teringat ketika mengalami Hari Raya itu di Bali pada tahun 2006. Dengan ingatan itu saya membuat catatan berkaitan dengan kenyataan kaum lanjut usia. “Bukankah kaum tua pada umumnya banyak mengalami kesendirian? Bukankah kaum tua banyak mengalami suasana sepi karena sendiri? Kalau begitu, bukankah Hari Raya Nyepi dapat menyadarkan kaum tua akan ANUGERAH SUASANA SEPI yang dimiliki secara berlebihan?” Yang saya sebut anugerah suasana sepi adalah kesempatan berhening diri. Santa Theresa dari Calcuta mengatakan bahwa keheningan adalah as atau poros kekudusan karena lewat keheningan orang akan selalu tersambung secara personal dengan Allah. Secara umum pola dinamika olah rohani Santa Theresa adalah “Dengan hening aku berdoa; Dengan doa aku beriman; Dengan iman aku mengasih; Dengan kasih kualami kedamaian”. Kedamaian adalah suasana orang yang selalu mengalami keheningan dalam dirinya. Di dalam catatan itu saya mengetengahkan olah rohani mencapai keheningan dengan merujuk pada religiusitas Jawa.

 

Berkaitan dengan kemampuan hening diri, hal ini mudah terjadi kalau orang dapat mengalami suasana sepi sendiri. Dalam suasana seperti ini orang akan meNeng (diam). Kalau suasana diam ini dijalani, orang dapat mengalami suasana weNing (hening, jernih) sehingga dapat menyadari banyak hal yang terjadi dalam kehidupannya dengan jernih atau jelas. Kejernihan diri akan membuat orang duNung (paham) apa yang sebaiknya dilakukan untuk pengembangan dan kalau perlu perubahan diri. Proses ini membuat orang meNang (mampu bersusah payah melakukan yang bermakna untuk dirinya). Suasana sepi kalau diterima dan dijalani secara alami akan membawa orang berbudi pekerti luhur karena proses Neng, Ning, Nung, Nang. Dalam hidup keagamaan, ini semua membawa orang berproses menjadi orang kerabat ilahi.

Lamunan iman

Sebetulnya keheningan berkaitan dengan suasana hati. Hati hening dapat dialami dalam keadaan apapun termasuk dalam kesibukan maupun dalam pertemuan-pertemuan. Dan karena hati hening orang tetap dapat membangun sambung batin dengan Tuhan lewat omongan-omongan singkat dalam hati seperti dalam ber-SMS-an. Tetapi dalam kesendirian, yang pada umumnya menjadi anugerah berlimpah bagi kaum lanjut usia, orang dapat makin memperdalam kemesraan dengan Tuhan. Dengan memanfaatkan proses rohani dalam religiusitas Jawa, hal itu dapat berada dalam kisaran sebagai berikut:

·       NENG. Karena banyak berada dalam kesendirian kaum lanjut usia sungguh mendapatkan keleluasaan untuk meneng (diam). Di dalam diam kita bisa mengulang-ulang kata-kata yang membuat hati kita terbukan pada Tuhan. Selayaknya kita memiliki kata-kata keagamaan yang bisa kita ucapkan seperti mantra. Kata-kata itu misalnya “Tuhan ... Tuhan ...” atau “Ya Tuhan, aku datang melakukan kehendak-Mu” atau kata-kata lain yang kita ketemukan dalam khasanah hidup beragama.

·       NING. Dari proses diam, kita dapat menyadari apa yang kita pikir, apa yang kita rasakan, dan apa yang kita kehendaki. Itu semua menjadi jelas dalam kesadaran diri. Di sinilah kita mengalami yang disebut wening (jernih bagaikan air kolam tak tercemar). Inilah keheningan. Dalam keadaan hening inilah segalanya menjadi seperti bayangan yang tampak jelas dalam benak. Dan dalam keheningan ini kita omongkan apapun yang terpikir atau terasa atau terkehendaki dengan Tuhan dalam hati. Dalam hati hening kita dapat asyik ngobrol dengan Dia.

·       NUNG. Dalam omongan asyik dengan Tuhan dalam hati, sadar atau tidak sadar kita mengalami bimbingan Roh. Dalam bimbingan Roh kita akan dunung (memahami) apa dan mengapa kita punya pikiran atau perasaan atau kehendak atau campuran (entah keduanya entah ketiganya) seperti itu. Di dalam bimbingan Roh kita dapat menimbang-nimbang banyak hal.

·       NANG. Karena memahami semua bayangan yang muncul dari pikiran, perasaan, dan kehendak, orang dapat menang. Kata menang memang ada konotasi dengan peristiwa mengalahkan. Sebagai murid Tuhan Yesus kita memang harus berjuang mengalahkan diri. Tuhan berkata “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk 9:23) Kita mampu menyangkal pikiran, perasaan, dan kehendak yang hanya membuat kita tak dapat menerima keadaan nyata lanjut usia. Dengan bimbingan Roh kita mampu dan menerima dengan ceria salib atau keadaan tidak enak harian karena kondisi lanjut usia. Ini semua terjadi karena kita orang yang ada dalam kuasa ilahi dan menang berhadapan dengan yang membuat kita berpaling dari Allah. Dengan demikian kita akan mengalami keceriaan batin (dalam religiusitas Jawa ada istilah pamudaran yang bermakna pencerahan) karena mempercayakan diri pada Injil, yaitu warta sukacita yang diamanatkan Kristus. Kita dapat menjalani warta utama Tuhan Yesus “Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:15)

Doa dalam sendiri berhening diri memang seperti peristiwa melamun. Tetapi ini adalah lamunan iman. Ini bukan lamunan yang membuat orang masuk dalam rimba aneka pikiran, perasaan, dan kehendak yang bisa menyesatkan. Ini adalah lamunan yang membawa kita untuk menghayati diri sebagai “bait Roh Kudus” (1Kor 6:19)

 

c.      Penghalang utama

Karena doa pribadi, yang sejatinya masuk dalam kesendirian mengalami kemesraan hubungan batin dengan Tuhan, penghalang utama adalah kalau orang tak mampu menghayati kesendirian. Untuk murid Kristus pada umumnya kesendirian iman dapat terjadi dalam kesempatan misalnya rekoleksi dan retret. Kalau orang tak tahan untuk masuk dalam diam sendiri, orang amat terhalang untuk sungguh berdoa. Ketidakmampuan diam sendiri ini dalam diri kaum lanjut usia akan membuat hidup kacau bukan main. Kaum lanjut usia yang sulit mengalami kesendirian akan mudah sangat diwarnai oleh keinginan banyak bepergian atau ikut banyak kumpulan. Dia dapat berdalih no man is an island (manusia itu bukan sebuah pulau yang terpisah dengan pulau-pulau lain). Atau yang lebih populer orang dapat berkata “manusia itu makhluk sosial”. Tetapi dalih atau alasan seperti itu, kalau melupakan bahwa manusia itu pribadi, justru hanya jadi hambatan dalam hidup bersama. Kaum lanjut usia seperti ini dalam kumpulan mudah tampil mengganggu orang-orang lain. Anak cucu yang tinggal serumah pun akan berusaha menyingkir. Dalam dirinya orang lanjut usia demikian jauh dari sambung batin dengan Allah. Dan kalau “Allah adalah kasih” (1Yoh 4:8), dia adalah orang lanjut usia yang kosong menghayatan kasih dan penuh dengan nafsu-nafsu egoistis.

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...