Pada Minggu pagi jam 09.48 Rm. Bambang mengirim WA ke Rm. Agoeng pastor Paroki Wates yang berasal dari Klaten. WA itu berisi pertanyaan "Romo, punapa leres bapak sowan Gusti?' (romo, apa benar Bapak Tukiman menghadap Tuhan?). Empat menit kemudian ada jawaban yang mengiyakan. Pertanyaan Rm. Bambang itu berkaitan dengan WA dari Mas Sony dari Klaten yang dikirim ke Rm. Bambang. Isi pesan WA Mas Sony adalah demikian :
"BERITA KELUARGA RIP: Telah meninggal dunia baru saja: bapak Ignatius Tukiman Ayahanda : 1. Bapak Ibu Triasmoro (Loyola 3) 2. Rama Petrus Noegroho Agung Sriwidodo (Ketua UNIO KAS). Alamat: Tegal Blateran Klaten. Berita selanjutnya menyusul. Mohon doa Bapak Ibu🙏🙏🌹🌹⚘⚘"Rm. Agoeng pernah menjadi pengurus rumah para romo sepuh di Domus Pacis Puren, Pringwulung. Rm. Bambang mengalami serumah dengan beliau di Domus tahun 2010-2017. Tetapi benak Rm. Bambang menuju bayangan ketika menjadi imam tahbisan baru dan bertugas menjadi pastor pembantu di Paroki Maria Assumpta Klaten pada tahun 1981-1982. Kemudian sejak pindah menjadi pastor Paroki Salam pada tahun 1983 hingga berhenti dinas resmi dan masuk rumah tua Domus Pacis Puren tahun 2010, Rm. Bambang berkecimpung dalam tugas pengembangan paroki dengan upaya pengembangan keterlibatan umat baik dari jajaran Dewan Paroki, kader calon Dewan,. kanak-kanak, dan remaja. Wafat Pak Tukiman ternyata menghadirkan kesadaran Rm. Bambang bahwa karya pengembangan keterlibatan umat itu mulai mendapatkan landasan dalam kegiatan ketika berada di Klaten.
Rm. Bambang memulai dengan kegiatan-kegiatan yang entah bagimana disertai seorang teman awam, yaitu Pak Tukiman. Pada waktu itu beliau bukan sosok elite Paroki. Pak Tukiman adalah pegawai tata usaha SMP Pangudi Luhur Klaten. Tetapi dengan ambilbagiannya Pak Tukiman, Rm. Bambang mendapatkan banyak teman dan pendukung orang-orang biasa yang tak terpandang sebagai aktivis agama. Bahkan banyak dari mereka adalah buruh dan pekerja rendahan serta ibu rumah tangga biasa. Bersama mereka Rm. Bambang, dengan dukungan almarhum Rm. Gito sebagai Pastor Kepala, membuka kursus-kursus petugas kepengurusan dan kegiatan paroki. Bahkan percobaan-percobaan sistem pengelolaan Paroki yang berbasis umat Lingkungan juga dilakukan. Tentu saja Lingkungan Blateran, di mana Pak Tukiman berperan, menjadi
pilot project utama. Dengan mengingat Pak Tukiman, yang menjadi teman Rm. Bambang hingga sakit tak bisa kemana-mana, Rm. Bambang menyadari bahwa Pak Tukiman sungguh ikut memasang fondamen karya Rm. Bambang selama 27 tahun dalam Karya Misioner dan Karya Kepausan Indonesia Keuskupan Agung Semarang yang kemudian menggunakan Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner sebagai sarana perutusan. Pak Tukiman ikut memasang fondamen mencari bentuk karya dan olah kerohanian model awam.
Pada jam 11.22 Minggu itu Rm. Agoeng menelpon Rm. Bambang. Beliau bertanya apakah Rm. Bambang bisa ikut Misa Tuguran jam 19.00. Langsung saja Rm. Bambang menyanggupi. Dia menghubungi Bu Rini untuk mencarikan sopir mengantar ke Klaten. Ternyata Bu Rini, salah satu relawan Domus, mau ikut. Kebetulan Mas Handoko dan Mbak Sri, istrinya, juga ikut. Suami-istri ini dulu relawan harian Domus Pacis Puren. Bahkan Bu Eni salah satu relawan masak makan malam Domus Pacis St. Petrus juga datang ke Domus ikut. Kebetulan, ketika menelpon ke Rm. Bambang, neliau memintanya untuk sharing dalam Misa Tuguran. Maka ingatan tentang Pak Tukiran sebagai teman yang ikut mengolah dasar karya Rm Bambang selama 27 tahun menjadi peristiwa yang di sharingkan ke para pelayat.
No comments:
Post a Comment