Sunday, January 29, 2023

Akrab Ber-Paguyuban


Memang ada yang bertanya ke Rm. Bambang "Tidak makai Misa ta?".  Tetapi acara sore itu, Minggu 29 Januari 2023 berjalan dengan lancar dan menggembirakan. Yang mengadakan hajatan adalah keluarga Mas Tian dan ibunya, yaitu Bu Rini. Mas Tian adalah relawan para romo sepuh ketika masih di Domus Pacis Puren. Dia mengikuti jejak Bu Rini, ibunya, yang menjadi relawan sejak tahun 2012. Mbak Rachel, yang kemudian menjadi pacar Mas Tian, ikut bergabung menjadi relawan juga. Kini Mas Tian dan Mbak Rachel sudah berkeluarga dan mempunyai anak perempuan usia 2 tahun 7 bulan. Pada Minggu itu di sore hari keluarga Mas Tian mengadakan perayaan 42 tahun imamat Rm. Bambang yang ditahbiskan pada 22 Januari 1981. Tamu-tamu pada umumnya merupakan teman-teman Bu Rini. Mereka datang dari lansia Paroki Medari, umat Lingkungan Yohana Sleman Timur, Kor Yosefin, Seyegan, Lansia Pringgolayan, Pringwulung, Warak, Brayut, Bonoharjo, dan masih ada lainnya termasuk beberapa orang sanak-saudara Mas Tian. Sementara itu Rm. Bambang didampingi oleh Rm. Hartanta, Direktur Domus Pacis St. Petrus.

Pak Sriyanto dari Bonoharjo ditodong Bu Rini menjadi penata acara. Beliau membuka acara dengan singkat. Kemudian mempersilahkan Bapak Dukuh Dusun Beteng, Ketua Lingkungan Santa Yohana, dan Rm. Hartanta untuk menyampaikan sambutan. Kemudian Pak Sriyanto menyerahkan kepada Rm. Bambang untuk memimpin acara puncak. Kor melantunkan satu lagu disambung dengan tanda salib dan salam oleh Rm. Bambang. Ketika menyampaikan kata pengantar, Rm. Bambang mengetengahkan 4 macam bidang kegiatan Gereja : 1) Liturgi dan peribadatan; 2) Pengajaran agama dan pendalaman iman; 3) Organisasi dan paguyuban; 4) Sosial kemasyarakatan. Bagian pembuka diteruskan dengan persiapan hening lalu ucapan tobat, mohon pengampunan, Tuhan kasihanilah kami, dan doa pembuka.

Sesudah bagian pembuka Rm. Bambang mengatakan bahwa telah menerima beberapa pertanyaan tentang penghayatan menjadi imam. Pertanyaan-pertanyaan itu diminta oleh Rm. Bambang dari Kelompok Warak dan Kelompok Pringgolayan. Umat yang lain dapat secara spontan menanggapi entah dengan sharing entah dengan pertanyaan. Sebelum membacakan pertanyaan Rm. Bambang berkata kepada Rm. Hartanta "Mangke yen pertanyaan bersifat umum njenengan mangsuli, Yen terarah teng kula, kula sing mangsuli" (Kalau pertanyaan bersifat umum, Anda yang menjawab. Saya menjawab yang terarah ke saya). Ternyata dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dan dari jawaban kedua romo, suasana menjadi sungguh hangat. Umat tampak antusias sehingga ada yang menyela menyisipi pertanyaan spontan. Bahkan jawaban-jawaban kedua romo selalu ada yang membuat terharu ada pula yang memunculkan gelak tawa. Pertanyaan-pertanyaan banyak yang ada di sekitar pengalaman suka dan duka dalam penghayatan imamat, dan juga di sekitar hubungan dengan keluarga. Dalam hal peranan orang tua dalam membuat tertarik menjadi imam, terjadi perbedaan di antara Rm. Hartanta dan Rm Bambang :

  • Rm, Hartanta. Beliau merasa diperosokkan oleh ayahnya. Ketika masih kecil dan kemudian ada yang bertanya "Suk pengin dadi apa?" (Besok ingin jadi apa?). Yang menjawab "Romo" pasti ayahnya. Untuk seterusnya beliau mengambil alih menjawab pertanyaan itu mendahului ayahnya dengan kata "Romo" walau tak tahu artinya.
  • Rm. Bambang. Dia dipermandikan ketika sudah dibangku SMA. Rm. Bambang mengalami keluarga tidak harminis. Dia mengalami beberapa kali ibu tiri. Ketika diejek salah satu kerabatnya bahwa besok pasti meniru ayahnya, dia bertekad untuk jadi romo. Tetapi kehidupannya memang tetap dalam topangan keluarga Katolik yang amat dekat dengannya. Itu dari keluarga Pak Kaslan ketika remaja, keluarga Pak Tukiman ketika mulai berkarya, hingga kini dengan keluarga Katolik yang memasukkannya sebagai bagian dari keluarganya.
Satu lagu menutup bagian kedua romo menjawab pertanyaan dan mensharingkan imamatnya. Kemudian ada doa Aku Percaya. Setelah itu Rm. Bambang mengajak umat berdoa SYUKUR ATAS 42 TAHUN IMAMAT bergantian antara Rm. Bambang (RB) dan semua (S). Doa ini diakhiri dengan Bapa Kami yang dilantunkan kor. Sesudah itu bagian penutup berisi doa, berkat, perutusan, dan lagu. Doa syukur 42 tahun imamat itu adalah sebagai berikut :

RB    Mahakudus nama-Mu, ya Tuhan. Curahkanlah Roh Kudus dalam hati kami semua, agar daya-Mu makin menggerakkan umat menjadi mitra bagi para imam dalam menghayati kehidupannya.

 

S       Perkenanlah kami makin terbuka pada kehidupan kami menjadi saksi iman di tengah dunia sebagai pancaran kehidupan Gereja yang dipersekutukan dalam tugas para imam.

 

RB    Dalam kesempatan merayakan 42 tahun imamat, saya sungguh bersyukur kepada-Mu yang membuat saya sungguh merasakan persaudaraan sejati dalam Putra-Mu Tuhan Yesus Kristus. Ketika saya mengalami kehampaan keluarga

         ENGKAU MENGANUGERAHKAN KELUARGA BAPAK KASLAN SEBAGAI LANDASAN LABUHAN HIDUP SEBAGAI ORANG TUA.

 

S       Kami menyadari bahwa keluarga dalam Tuhan kami Yesus Kristus telah menjadi Gereja Rumah dan basis hidup beriman. Perkenankanlah keluarga-keluarga kami boleh menjadi landasan bagi pengembangan kami sebagai saksi-saksi iman di tengah-tengah kehidupan kongkret.

 

RB    Saya juga bersyukur karena peran keluarga Pak Kaslan bisa menemukan persaudaraan Injili

         DALAM LINGKUNGAN UMAT AMBARRUKMO YANG MEMBERI KESEMPATAN UNTUK IKUT BERPERAN INTERN DALAM KEHIDUPAN LINGKUNGAN DAN EKSTERN KEGIATAN STASI MRICAN DAN PAROKI BACIRO, SEHINGGA SAYA BOLEH MENGALAMI CAKRAWALA KEHIDUPAN GEREJA KATOLIK SECARA LEBIH LUAS.

 

S       Kami sungguh bersyukur akan adanya paguyuban umat Lingkungan. Di situ kami boleh mengalami bagian Gereja kongkret. Ada kemacamragaman keluarga dan warga tetapi dapat terikat menjadi persaudaraan berdasarkan Injil. Sebagai warga Lingkungan kami boleh Kauanugrahi posisi langsung untuk menjadi terang dan garam di tengah masyarakat.

 

RB    Saya juga boleh bersyukur karena cakrawala beriman meluas

         KARENA KAMI BOLEH MENGENAL ADANYA WARGA UMAT YANG MENJADI AWAM, MENJADI ANGGOTA BIARA, DAN MENJADI IMAM. DAN DARI SITU KAUKETUK HATI SAYA UNTUK MENITI PROSES MENJADI IMAM HINGGA TAHBISAN PADA TANGGAL 22 JANUARI 1981 DAN BOLEH HINGGA KINI MENGALAMI TOPANGAN KEUSKUPAN DAN BANYAK KELUARGA UMAT SEBAGAI IMAM LANSIA DI DOMUS PACIS SANTO PETRUS. INI SEMUA SAYA SYUKURI SEBAGAI ANUGRAHMU DENGAN PENGANTARAAN KRISTUS TUHAN KAMI.

S        Ami, amin, amin.

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...