Selain dari perorangan dan
kelompok-kelompok kecil, rumah tua yang saya huni kerap mendapatkan kunjungan
dari kelompok-kelompok yang beranggotakan cukup banyak. Sebelum pelaksanaan
kunjungan, terutama dari kelompok besar, biasanya ada pembicaraan pendahuluan
antara wakil kelompok dan saya sebagai pengurus rumah. Pembicaraan dapat lewat
telepon atau WA atau SMS. Tetapi tidak jarang ada yang datang langsung.
Pada suatu hari ada beberapa orang
datang untuk membicarakan acara kunjungan kelompoknya. Mereka juga bertanya
tentang apa saja yang dibutuhkan. Hal ini penting agar barang benda yang akan
jadi oleh-oleh sungguh relevan sesuai kondisi para penghuni. Mereka juga
bertanya tentang pantangan-pantangan dalam hal makanan.
“Maaf, saya mau bertanya. Kalau sudah
tidak menjalani dinas dan sudah tidak berada di tengah-tengah umat, bagaimana
kehidupan para rama di sini?” salah seorang dari tamu-tamu ini bertanya. Para
penghuni rumah tua ini memang terdiri dari para pastor yang sudah bebas dinas
karena lansia dan kondisi tubuh memang sudah tidak memungkinkan memanggul
tanggungjawab mengurus umat. Kedifabelan juga mewarnai semua penghuni sehingga
dalam mobilitas menggunakan kursi roda. Terhadap pertanyaan itu saya memberi
gambaran umum kehidupan kami sehari-hari. Dalam memberikan gambaran ini kemudian
saya berkata dengan serius “Ada satu hal yang barangkali jadi kejutan untuk
orang umum yang tahu tentang pastor”. Para tamu tampak jadi tertegun. Salah
satu bertanya “Apa itu?” “Ini of the
record, jangan bilang-bilang. Kalau sudah tinggal di rumah ini, seorang
pastor boleh tidur 24 jam bersama perempuan” jawab saya membuat mereka amat
terkejut. “Sungguhkah?” tanya salah satu yang langsung saya jawab “Sungguh.
Tetapi ada syaratnya. Mari saya ajak ke orangnya”.
Para tamu mengikuti saya yang dengan kursi roda menuju salah satu kamar. Di dalam kamar itu ada perempuan yang di dekatnya duduk salah seorang penghuni di kursi rodanya. Perempuan di dalam kamar itu menjelaskan bahwa rama itu menderita beberapa kali stroke dan penglihatan jadi korban diabetes. Daya komunikasi tinggal 0,0000001%. Perempuan itu adalah perawat jaga yang aplusan dengan teman lain untuk jaga malam. Saya berbisik kepada para tamu “Asal sudah seperti dia, boleh satu kamar dengan perempuan 24 jam”. Dan wajah para tamu tampak tegang penuh kelucuan menahan tawa yang dihalang oleh katupan mulut.
No comments:
Post a Comment