Friday, May 31, 2024

Santo Yustinus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 27 Agustus 2013 Diperbaharui: 31 Mei 2014 Hits: 11986

  • Perayaan
    01 Juni
  •  
  • Lahir
    Hidup pada Abad ke-2
  •  
  • Kota asal
    Samaria - Israel
  •  
  • Wafat
  •  
  • Sekitar tahun 165 - 166 di kota Roma | Martir. Dipancung
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

St. Yustinus berasal dari kota Nablus (Israael). Ia hidup pada abad kedua. Ayahnya membesarkannya tanpa pengenalan akan Tuhan. Ketika masih kanak-kanak, Yustinus membaca puisi, sejarah dan ilmu pengetahuan. Sementara tumbuh dewasa, ia terus belajar. Tujuan utamanya dalam belajar adalah untuk menemukan kebenaran akan Tuhan.

Suatu hari, ketika sedang berjalan menyusuri tepi pantai, Yustinus bertemu dengan seorang tua. Mereka berbincang-bincang. Karena Yustinus kelihatan gelisah, orang tua itu bertanya apa yang menggelisahkan hatinya. Yustinus menjawab bahwa ia bersedih karena tidak menemukan kepastian tentang Tuhan dalam semua buku yang telah dibacanya. Orang tua itu bercerita kepadanya tentang Yesus, Sang Juruselamat. Ia mendorong Yustinus untuk berdoa agar dapat memahami kebenaran Tuhan.

St. Yustinus mulai berdoa dan membaca Sabda Tuhan, yaitu Kitab Suci. Ia jatuh cinta padanya. Ia juga amat terkesan mengetahui betapa beraninya umat Kristiani yang bersedia mati demi iman serta cinta mereka kepada Yesus. Setelah memperdalam pengenalannya tentang agama Kristen, Yustinus menjadi seorang Kristen pula. Kemudian, ia mempergunakan pengetahuannya yang luas itu untuk menjelaskan serta mempertahankan iman dengan banyak tulisannya.

Di kota Roma, St. Yustinus ditangkap karena menjadi seorang pengikut Kristus. Hakim bertanya padanya, “Apakah kamu pikir dengan mati, maka kamu akan masuk surga dan memperoleh ganjaranmu?”

“Bukan saja aku berpikir demikian,” orang kudus itu menjawab, “Tetapi aku yakin mengenainya.”  "Buat apa saja yang kalian suka terhadap kami; tapi kami orang Kristen tidak akan pernah menyembah berhala..."  dan ia pun wafat sebagai martir dengan cara dipancung sekitar tahun 166.

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Yustinus, Martir

Sabtu, 1 Juni 2024

Markus 11:27-33

27 Lalu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, 28 dan bertanya kepada-Nya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?" 29 Jawab Yesus kepada mereka: "Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. 30 Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!" 31 Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? 32 Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!" Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi. 33 Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Maka kata Yesus kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, untuk mencari kebenaran orang dapat mengadakan penyelidikan. Dia akan bertanya ke sana-sini yang berkaitan dengan hal yang diteliti.
  • Tampaknya, untuk mencari kebenaran orang juga akan membandingkan dengan yang ada dalam peristiwa lain. Itu menjadi referensi memperdalam hal yang diteliti.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun sudah membantu memberikan referensi untuk mengurai kebenaran dari pihak lain, orang yang tampaknya mencari kebenaran hanya akan tetap mencari kesalahan kalau isi hatinya hanya permusuhan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sulit menghadirkan kebenaran di hadapan sosok atau kelompok yang selalu memusuhi. 

Ah, dengan musuh orang harus menjauh memutus hubungan.

Thursday, May 30, 2024

Sumbangan Konsumsi Mei 2024

Bagaimanapun juga para rama di Domus Pacis memiliki latarbelakang masa lalu yang ada bersama umat. Bahkan pada umumnya mereka berkarya di paroki yang segalanya banyak berasal dari umat. Momen-momen khusus hidup mereka, misalnya ulang tahun kelahiran dan tahbisan, biasa dirayakan oleh umat. Tetapi kini mereka hidup di rumah tua dan sudah meninggalkan karya sehingga keseharian bersama umat sudah tak ada. Meskipun demikian, para rama Domus Pacis Santo Petrus sungguh bersyukur karena masih boleh merasakan kegembiraan dengan kehadiran umat. Sejak September 2021 ada kiriman snak dari umat untuk 15 hari setiap bulan. Para rama juga bisa mengundang keluarga dan umat pada setiap ulang tahun tahbisan. Bahkan, karena beberapa penghuni telah menghadap Bapa di keabadian, peringatan-peringatan arwah juga menjadi peristiwa hadirnya umat. Tentu saja semua itu membutuhkan pembeayaan. Memang, Rm. Bambang berusaha menjual kain batik untuk mengumpulkan dana. Tetapi untuk penyediaan kosumsi, itu hanya bisa menjadi masukan 25% pembeayaan. Puji Tuhan!! Banyak umat memberikan sumbangan uang untuk pembeayaan konsumsi. Dalam catatan Rm. Bambang selama bulan Mei para penyumbang snak dan dana pembeayaan konsumsi adalah sebagai berikut :

  • Penyumbang Snak : 1. Ibu Tita, 2. Ibu Emma, 3. Kelompok Chatarina, 4. Ibu Atik Nugroho, 5. Ibu Kanti, 6. Ibu Titik Waluyanti, 7. Ibu Topo, 8. Ibu Rini, 9. Ibu Ismawan, 10. Ibu Sintari, 11. Ibu Wahyu, 12. Ibu Debby, 13. Ibu Chandra, 14. Sdri. Lusi, 15. Ibu Kris, 16. Ibu Joni, 17. Ibu Septi, 18. Ibu Sri Wahyuni, 19. Ibu Anna Jatmiko, 20. Ibu Lucinda, 21. Ibu Yuni, 22. Ibu Yudi, 23. Ibu Oksis.
  • Penyumbang Konsumsi Hajatan : 1. Ibu Ambar, 2, Ibu Nadya, Patuk (5 org), 3. Ibu Happy Rianawati, 4. Ibu Umi, 5. Ibu Ratmi, 6. Ibu Mardanu, 7. Bapak Blasius Chasto, 8. Ibu Sri Purwaningsih, 9. Ibu Agnes Kadyartini, 10. Ibu Yucha, 12. Ibu Primitiva, 13. Ibu Rini Wahyudi, 14. Ibu Ambar, 15. Ibu Lucy, 16. Ibu Nike, 17. Ibu Retha, 18. Ibu Eni, 19. Ibu Ratih, 20. Ibu Arni, 21. Ibu Marie Yanti, 22. Keluarga Rm. Supriyanta, 23. Ibu Retno.

Santo Felix dari Nicosia

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 11 Jun 2014 Diperbaharui: 14 Maret 2017 Hits: 8912

  • Perayaan
    31 Mei
  •  
  • Lahir
    5 November 1715
  •  
  • Kota asal
    Nicosia, Sisilia Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 31 Mei 1787 di Nikosia, Italia - Oleh sebab alamiah
    Makamnya dipindahkan ke Kathedral Nikosia pada tahun 1891
  •  
  • Venerasi
    4 Maret 1862 oleh Paus Pius IX
  •  
  • Beatifikasi
    12 Februari 1888 oleh Paus Leo XIII
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 23 Oktober 2005 oleh Paus Benediktus XVI

Santo Felix dari Nicosia, O.F.M. Cap, (Italia: Felice di Nicosia) adalah seorang biarawan Fransiskan Kapusin yang kudus dan penuh dengan karunia ajaib.  Ia dilahirkan di Nicosia, Pulau Sisilia Italia pada tanggal 5 November 1715, dan dibabtis dengan nama Fillipo Giacomo Amoroso. Filippo kecil selalu bekerja membantu ayahnya yang adalah seorang pembuat sepatu. Toko sepatu ayahnya terletak didekat sebuah biara Kapusin;  karena itu sejak kecil, ia sudah mengenal para biarawan dan mengagumi cara hidup mereka.

Pada usia 20 tahun, ia meminta pada superior biara Kapusin di Nikosia untuk menyampaikan permohonannya kepada Provinsial biara di Messina agar bisa diterima sebagai seorang Bruder. Permohonannya ditolak karena ia adalah seorang buta huruf yang tidak bisa membaca dan menulis. Namun Fillipo tidak patah arang. Setiap tahun Ia kembali lagi mengajukan permohonan. Setelah delapan tahun, melihat kesetiaannya mengajukan permohonan dan kesungguhannya untuk menjadi seorang biarawan, akhirnya ia diterima juga dan dikirim untuk menjalani novisiat di Mistretta.

Fillipo masuk novisiat Kapusin pada tanggal 19 Oktober 1743 dan diberi nama Bruder Felix. Ia mengucapkan kaulnya sebagai seorang biarawan Ordo Fransiskan Kapusin setahun kemudian.

Tidak seperti biasanya, Provinsial biara Kapusin menugaskan Bruder Felix di Kota kelahirannya. Ini sangat bertentangan dengan norma umum yang berlaku dalam biara Kapusin pada saat itu,  di mana seorang biarawan muda  biasanya akan ditempatkan jauh dari tempat asal mereka. Kehadiran keluarga dan teman-teman lama dianggap dapat menjadi godaan untuk kembali menjalani kehidupan duniawi dan mengganggu perkembangan rohani mereka. Namun karena kehidupan rohani  Bruder Felix yang begitu kudus, para atasannya membuat sebuah pengecualian baginya.

Di kota kelahirannya, Bruder Felix ditugaskan menjadi seorang quaestor, yaitu sebagai biarawan pengemis yang tugasnya berkeliling di wilayah sekitar biara untuk meminta-minta dan mengumpulkan sedekah bagi kelangsungan hidup biara.  Setiap hari ia akan berkeliling kampung halamannya dan mengetuk pintu rumah para kerabat dan sahabatnya untuk meminta-minta sedekah. Tugas ini sungguh sangat berat untuk dijalani. Hinaan dan ejekan dari orang-orang yang mengenalnya akan selalu diterimanya di sepanjang perjalanan. Namun apapun yang diterimanya; Bruder Felix akan tetap tersenyum.  Kelembutan hatinya sedemikian rupa sehingga ia akan selalu berkata “Terima kasih”.  Bahkan ketika ia diperlakukan dengan sangat kasar,  ia akan berseru : “Biarkanlah ini terjadi demi cinta kepada Tuhan.”

Ia memiliki devosi yang sangat mendalam kepada Yesus dan Bunda Maria. Setiap hari Jumat, ia akan berpuasa merenungkan sengsara dan wafat Kristus dan pada setiap hari Jumat dalam masa Prapaskah,  ia akan berpuasa berat dengan hanya makan sekerat roti dan segelas air. Ia juga memiliki rasa hormat dan cinta yang mendalam kepada Sakramen Mahakudus.  Sering menghabiskan waktu selama berjam-jam untuk berdoa di depan tabernakel,  bahkan setelah mengalami cobaan yang keras setiap hari.

Kekudusannya membuat ia diberkahi Tuhan dengan karunia penyembuhan bagi berbagai macam penyakit,  fisik maupun rohani.  Dia juga dianugerahi kemampuan untuk bisa hadir di dua tempat berbeda pada saat yang bersamaan (bilokasi);  sama seperti penerusnya seorang biarawan Kapusin di zaman modern, Santo Padre Pio.

Pada saat wabah penyakit menyerang kota Cerami di bulan Maret 1777; Bruder Kudus ini dimintai pertolongan untuk dapat membantu menyembuhkan para korban. Dengan penuh semangat Bruder Felix datang dan membantu para pasien. Ia menghibur para korban dan melakukan banyak penyembuhan ajaib bagi mereka.

Selama 33 tahun Bruder Felix hidup di bawah seorang wali yang merasa bahwa adalah tugasnya untuk membuat Felix menjadi seorang Kudus. Wali ini membuat Felix harus menjalani kehidupan yang sangat keras dan penuh dengan penghinaan; namun semuanya itu dengan penuh kerendahan hati dapat dijalani dengan baik olehnya.

Pada bulan Mei tahun 1787 Bruder yang kudus ini terserang demam tinggi secara tiba-tiba saat sedang bekerja di kebun. Ia berkata kepada dokter yang memeriksanya bahwa obat-obatan tidak akan bisa menyembuhkannya, karena ini adalah penyakitnya yang terakhir. Dia begitu menghormati kaul ketaatan pada Ordonya, karena itu ia masih sempat meminta kepada walinya  izin untuk mati.

Bruder Felix tutup usia pada tanggal 31 Mei 1787 pada jam dua pagi.  Ia dibeatifikasi pada tanggal 12 Februari 1888 oleh Paus Leo XIII dan dikanonisasi pada tanggal 23 Oktober tahun 2005 oleh Paus Benediktus XVI.

Lamunan Pesta

Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabet

Jumat, 31 Mei 2024

Lukas 1:39-56

39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.  40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. 41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, 42 lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. 43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. 45 Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."

46 Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, 47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, 48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, 49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. 50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. 51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; 52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; 53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; 54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, 55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." 56 Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, sebuah sapaan untuk perjumpaan adalah hal biasa. Itu merupakan adat kultural di semua bangsa.
  • Tampaknya, sapaan dengan ucapan salam bisa diucapkan ketika orang tampil di muka publik. Tetapi itu juga bisa terjadi ketika ada perjumpaan perorangan bahkan ketika orang bertamu.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun ucapan salam adalah sebuah adat kebiasaan, kalau itu muncul dengan landasan kebiasaan mesra dengan relung hati, salam sungguh bisa menggetarkan hati pendengarnya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati ucapan salam yang muncul dari kasih mendalam akan membuat kegembiraan tiada tara. 

Ah, bagaimanapun juga ucapan salam hanyalah basa-basi pergaulan.

Wednesday, May 29, 2024

Ditinggal Yang Sebaya

Ada seorang bapa tua, mungkin berusia 70an tahun lebih, mengeluh ketika ikut kumpul umat di Lingkungannya. "Kanca-kanca sapantaran kula pun telas. Sing onten enem-enem" (Teman-teman sebaya saya sudah menghadap Tuhan. Kini yang ada adalah muda-muda). Ketika merenungkan keadaan bapak itu saya teringat ketika tahun pertama tinggal di rumah tua Domus Pacis. Dengan tinggal di rumah tua saya meninggalkan lingkungan kerja yang saya hayati selama 27 tahun. Saya biasa hidup bersama teman-teman kerja yang sudah menjadi tim bertahun-tahun. Semua itu hilang dalam hidup saya. Dari sini saya menemukan keadaan bahwa ketika masuk golongan lansia orang akan mudah berganti teman. Berganti teman karena pensiun kerja dan karena hidup kehabisan teman sebaya dalam pergaulan.


Dari situ saya merasa bahwa tantangan untuk lansia adalah bagaimana berhadapan dengan orang-orang yang lebih muda dan memiliki latar belakang pembentukan zaman yang berbeda. Saya yang lansia memiliki pandangan bentukan zaman dulu sehingga bisa gagap berhadapan dengan orang-orang yang relatif masih muda. Saya teringat beberapa ibu usia 30an dan 40an membicarakan saya. Mereka termasuk yang biasa menerima renungan saya setiap hari lewat WA. Ternyata mereka kerap merasa kesulitan memahami kata-kata saya. Padahal saya biasa menulis tanpa singkatan. Sebenarnya saya juga kerap mengalami kesulitan memahami kata dan atau istilah yang mereka tulis dalam WA. Apalagi kalau mereka menulis dengan singkatan-singkatan. Saya makin kerap tidak memahami. Dalam keadaan seperti ini saya tetap tidak menutup berjumpa dengan mereka. Saya akan tetapi menjalin hubungan dan bahkan omong-omong dengan yang muda. Kalau di rumah tua Domus, saya akan tetap menjalin hubungan dengan Rm. Hartanta yang berumur 43 tahun sementara saya 73 tahun. Kalau ada kata-kata yang tak saya ketahui saya akan langsung bertanya artinya, misalnya : "akamsi" yang ternyata singkatan anak kampung sini, "kepo" yang maksudnya selalu ingin ikut camput tangan. Sekalipun ada omongan yang bagi saya tak jelas, saya bisa diam saja. Saya akan berusaha seperti Bunda Maria yang biasa memasukkan segalanya dalam hati dan merenungkannya. Ternyata paham atau tak paham tidak jadi soal. Perjumpaan sediri sudah menghadirkan kebahagiaan.

Santa Joan of Arc

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 23 Agustus 2013 Diperbaharui: 27 September 2020 Hits: 19719

  • Perayaan
    30 Mei
  •  
  • Lahir
    6 January 1412
  •  
  • Kota asal
    Greux-Domremy, Lorraine, Perancis
  •  
  • Wafat
  •  
  • 30 Mei 1431; Martir. Dibakar hidup-hidup di Rouen, Perancis
  •  
  • Beatifikasi
    11 April 1905 oleh Paus Santo Pius X
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 16 Mei 1920 oleh Paus Benediktus XV

Joan Of Arc (jeanne d’Arc) lahir di Greux-Domremy, Lorraine, sebuah desa kecil di Perancis. Jacques d'Arc, ayahnya, adalah seorang petani yang memiliki tanah yang cukup luas dan ibunya bernama Isabelle Romee, seorang wanita yang lembut dan penuh kasih.  

Joan muda suka sekali berdoa, terutama pada tempat-tempat suci bagi Bunda Maria. Dalam doanya, gadis petani kecil yang jujur ini sering menerima penglihatan (Vision) dari para kudus seperti Santa Margaret dari Antiokhia, Santa Catherine dari Alexandria, dan yang paling sering ia sebutkan adalah penampakan dari Malaikat Agung Michael.  Suatu hari ketika dia sedang menonton domba-dombanya, St Michael Malaikat Agung, menampakkan diri kepadanya dan berkata, "Putri Allah, pergilah selamatkanlah Perancis!"

Setelah selama tiga tahun Joan terus-menerus mendengar suara orang-orang kudus memanggilnya untuk bertindak; ketika ia berumur enam belas tahun, Joan memulai misinya. Ia menghadap raja dan meminta agar diberikan pasukan untuk membebaskan tanah Perancis yang sudah dikuasai Inggris.

Pada waktu itu, terjadi peperangan antara Perancis dan Inggris yang berlangsung selama seratus tahun. Karena itu, peperangan ini disebut dengan Perang Seratus Tahun. Inggris telah memenangkan banyak wilayah Perancis. Begitu banyaknya sampai-sampai raja Inggris juga menyebut dirinya sebagai raja Perancis.

Awalnya tidak mudah bagi Joan untuk menyakinkan Raja agar memberinya pasukan. Ia hanyalah seorang gadis petani, berasal desa terpencil dan buta huruf pula. Namun Joan tidak menyerah. Ia mengatakan pada raja bahwa Tuhan telah mengutusnya untuk memimpin pasukan Perancis di medan perang. Agar raja percaya kepadanya, Joan meramalkan bahwa peperangan yang saat itu sedang terjadi di Herrings akan berakhir dengan kekalahan Perancis. Ramalan Joan kemudian terbukti benar. Dan raja Charles VII pun mulai percaya pada kata-kata Joan.

Dengan izin Raja, Joan memimpin pasukan Perancis ke kota Orleans, di mana ia sendiri berdiri paling depan menghadapi musuh.  Dalam baju zirah yang putih berkilau, gadis remaja ini berkuda menerjang pasukan inggris dengan panji kebesaran yang berkibar di atas dirinya. Pada panji kebesarannya tertera nama-nama YESUS dan MARIA.  Dia terkena anak panah dalam pertempuran itu, tapi dia terus maju bertempur dan menyemangati anak buahnya untuk tidak menyerah. Ia berkata kepada mereka bahwa Tuhan menghendaki agar Inggris keluar dari tanah Perancis. Prajurit Perancis mendengarkan kata-kata panglima wanita ini dan bertempur dengan penuh semangat. Akhirnya setelah bertempur mati-matian mereka berhasil menghancurkan sebagian besar pasukan Inggris. Pasukan yang tersisa mundur dari medan pertempuran lalu melarikan diri.  Kemenangan ini disambut dengan penuh sukacita karena selama ini mereka selalu saja kalah oleh bala tentara Inggris.

Kemenangan demi kemenangan kemudian diraih pasukan Perancis dibawah kepemimpinan St. Joan.  Ia  memimpin pasukannya menghancurkan pos-pos pertahan pasukan Inggris,  lalu merebut  sebuah benteng Inggris yang sangat kuat di les Tourelles. Pada pertempuran di les Tourelles Joan terkena anak panah dibahunya; namun seperti tidak merasakan apa-apa, Joan mencabut panah tersebut lalu diiringi pekikan yang menyemangati pasukannya, ia kembali maju bertempur.

Satu demi satu kota-kota Perancis yang dikuasai Inggris direbut kembali oleh Joan. Kota Jargeau direbut Joan pada tanggal 12 Juni 1429. Tiga hari kemudian, tanggal 15 Juni,  Joan menghancurkan pasukan Inggris di Meung-sur-Loire dan merebut kota itu. Dua hari selanjutnya Joan menuju Beaugency dan merebut kota tersebut tanpa perlawanan berarti dari pasukan Inggris.

Ketika pihak Inggris mengirimkan pasukan bantuan dalam jumlah besar; Joan segera menyongsong  pasukan tersebut. Pertempuran dahsyat terjadi. Di-kemudian hari pertempuran ini dikenal dengan nama pertempuran Patay. Joan memerintahkan Pasukan perintis (vanguard) Perancis untuk secepatnya menyergap pasukan Inggris sebelum pasukan panah mereka dapat menyiapkan pertahanan. Serbuan mendadak ini membuat Pasukan Inggris yang dipimpin oleh Jendral Sir John Fastolf kocar-kacir. Sebagian besar pasukan dan para komandannya tewas. Pasukan yang tersisa lari pontang-panting menyelamatkan diri, termasuk juga Jendral Sir John Fastolf.

Nama Joan of Arc kemudian menjadi momok bagi pasukan Inggris. Kenyataan tentang seorang perawan suci yang memimpin pasukan Perancis dibawah panji bertuliskan YESUS dan MARIA, membuat nyali pasukan Inggris ciut.  

Setelah pertempuran Patay, St. Joan memimpin Pasukan Perancis berbaris menuju Reims dari Gien-sur-Loire pada tanggal 29 Juni. Semua kota yang dikuasai Inggris disepanjang jalan menuju Reims menyerah tanpa syarat kepada pasukan Perancis. Di kota Troyes, Pasukan Inggris takluk setelah dikepung selama empat hari, tanpa adanya pertumpahan darah.

Sebuah kisah mukjizat menyertai St. Joan saat ia merebut Troyes. Pasukan Perancis menderita krisis logistik pada saat mencapai Troyes. Tapi sungguh ajaib;  beberapa bulan sebelum kedatangan mereka, seorang biarawan pengelana bernama Richard telah berkhotbah akan datangnya akhir dunia di Troyes. Ia berhasil meyakinkan penduduk Troyes untuk menanam kacang-kacangan yang memiliki masa panen pendek. Pasukan St. Joan tiba tepat pada saat panen tiba dan ribuan anggota pasukannya tidak menderita kelaparan. Mujizat ini membuat pasukan Perancis dan masyarakat kota itu percaya bahwa Joan of Arc adalah seorang utusan Tuhan. Bahkan para sejarawan saat ini juga menyimpulkan bahwa Joan of Arc sepertinya bukanlah seorang pemimpin militer yang cakap. Ia lebih tepat disebut sebagai seorang yang “diberkati”.

Setelah kemenangan demi kemenangan diraih, waktu penderitaan Joan dimulai. Dalam satu pertempuran dia ditangkap oleh Pasukan Burgundi. Kemudian ia dijual ke Inggris.  Charles VII  Raja Perancis yang tidak tahu berterima kasih itu bahkan tidak pernah berusaha untuk menyelamatkannya. Raja pengecut itu ternyata takut akan popularitas Joan yang bisa menjadi ancaman bagi tahtanya. Joan dimasukkan ke dalam penjara dan setelah melalui sebuah persidangan yang penuh intrik politik dan ketidak-adilan ia dijatuhi hukuman mati.

Catatan di pengadilan menunjukkan bukti kecerdasan Joan yang luar biasa. Ia mampu memberi jawaban yang briliant pada pertanyaan jebakan yang disusun dengan sangat teliti oleh para pendakwanya yang sangat terpelajar. Seperti sewaktu ditanya :  “Apakah anda tahu bahwa anda berada dalam berkat Tuhan (God's grace)..?”. Pertanyaan ini adalah jebakan. Jika Joan menjawab iya, maka ia akan dituduh bidaah karena mengganggap dirinya sebagai seorang nabi atau seorang utusan Tuhan. Tapi jika menjawab tidak, maka dengan sendirinya Joan telah mengakui kesalahannya. Jawaban Joan sungguh diluar dugaan.  Gadis desa yang buta huruf ini berkata : “Jika tidak, semoga Tuhan menempatkan saya di sana; dan jika iya, semoga Tuhan tetap memberkati saya." Mendengar jawaban ini mereka yang menginterogasinya menjadi takjub dan langsung menunda interogasi pada hari itu.  (jadi ingat kisah di Mat 22:15-22).

Saat dihukum mati Joan bahkan belum mencapai umur dua puluh tahun. Namun dia dengan gagah  berani menyambut kematiannya pada tanggal 29 Mei 1431. Ia diikat pada sebuah tiang yang tinggi dan dibakar sampai mati. Kata-kata terakhirnya adalah "Yesus."

Setelah perang berakhir Paus Kallixtus III mengesahkan proses pengadilan ulang atas Joan of Arc. Proses ini melibatkan banyak pihak dari seluruh Eropa dan mengikuti prosedur standar pengadilan saat itu. Para ahli teologi menganalisis kesaksian dari 115 saksi mata. Kesimpulan akhir diumumkan pada bulan Juni 1456, yang menyatakan bahwa Joan adalah seorang martir yang tidak bersalah. Pengadilan ini juga menyimpulkan bahwa hakim yang memutuskan hukuman bagi Joan telah menjatuhkan hukuman mati kepada seorang wanita yang tak berdosa demi balas dendam politik. Pengadilan secara resmi memutuskan Joan of Arc tak bersalah pada tanggal 7 Juli 1456.

Empat ratus delapan puluh sembilan tahun kemudian, pada tanggal 16 Mei 1920, Paus Benediktus XV mengumumkan Joan sebagai seorang Kudus.

Lamunan Pekan Biasa VIII

Kamis, 30 Mei 2024

Markus 10:46-52

46 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. 47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" 49 Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" 49 Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau." 50 Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. 51 Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" 52 Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang dapat bergembira merasa selamat dari marabahaya. Biasanya penyakit berat dipandang sebagai bahaya besar.
  • Tampaknya, orang dapat mengadakan syukuran karena terbebas dari yang dipandang mencelakakan. Ancaman dan tantangan bisa dipandang sebagai penyebab hidup celaka.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun terbebasnya orang dari hidup celaka penuh derita karena pertolongan orang dan atau santapan obat tertentu, yang sungguh mendasari keselamatan adalah sikap batin seseorang terbuka dan mempercayakan diri pada suara dalam relung hati. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati adanya keyakinan batin adalah kekuatan terbesar orang bebas dari marabahaya. 

Ah, yang namanya selamat itu ya kalau kalau tak ada kesusahan.

Saya Memanjakan Chrissel?

Ada yang bilang bahwa ada bahaya seorang anak kecil ada bersama kakek atau neneknya. Seseorang yang sudah masuk golongan lansia memang bisa amat gembira kalau boleh ikut mengasuh cucu. Katanya seorang cucu bisa menjadi manja karena sikap kakek atau nenek. Dalam hal ini saya memiliki pengalaman bertindak sebagai kakek. Keluarga muda Tian-Rachel memiliki anak usia 3 tahun lebih. Nama anak itu Chrissel. Sejak masih bayi Chrissel memang sudah didekatkan ke saya oleh orangtuanya. Maklumlah, keyika masih lajang, Mas Tian dan MBak Rachel adalah relawan aktif dan selalu siaga membantu kebutuhan para rama sepuh di Domus Pacis Puren. Chrissel terbiasa menyebut saya Yangmo (Eyang Rama yang berarti Kakek Rama). Di dalam perkembangan Chrissel amat senang makan permen jenis tertentu. Tahu hal itu saya selalu berusaha menyediakan kesukaan itu di lemari es. Chrissel, kalau datang di Domus Pacis, akan segera menuju lemarui es di kamar saya. Tangannya langsung membuka pintu lemari es dan kemudian mengambil permen itu dan langsung dikulum dinikmati. Mbak Rachel amat membatasi konsumsi permen itu demi kesehatan. Sehabis makan permen itu Chrissel pasti segera diminta minum air putih. Sebetulnya Chrissel masih minta lebih permen itu. Tetapi larangan ibunya membuatnya terdiam. Melihat wajahnya saya sering merasa kasihan. Dia tampak murung. Sering kali Chrissel berbisik di telinga saya "Nanti dikasih lagi, ya Yangmo". Ketika saya mengangguk, dia tampak ceria penuh kegembiraan. Tetapi Mbak Rachel sungguh tegas. Itu terbukti dengan hilangnya permen simpanan saya. Bahkan tantenya Mas Tian pada kesempatan lain juga ikut membuat permen saya tak tampak. Ternyata Chrissel tahu hal itu. Ketika ibunya menyita permen di kamar saya, Chrissel bilang pada saya "Diambil mami, Yangmo".

Tuesday, May 28, 2024

Santo Sirilus dari Kaisarea

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 10 Mei 2014 Diperbaharui: 11 Mei 2017 Hits: 7296

  • Perayaan
    29 Mei
  •  
  • Lahir
    Hidup pada abad ke-3
  •  
  • Kota asal
    Cappadocia - Turki
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir - Dipancung pada tahun 251 di Caesarea Cappadocia Turki
  •  
  • Venerasi
    -
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Sirilus lahir di Kapadokia, Asia Kecil (Sekarang wilayah Turki) pada pertengahan abad ke-3. Ia masih berusia remaja saat dibabtis menjadi seorang Kristen. Karena imannya ini; ia harus meninggalkan segala miliknya, meninggalkan keluarganya, dan mengorbankan nyawanya sebagai seorang saksi Kristus.  

Ayah Sirilus adalah seorang penyembah berhala. Ia menjadi sangat marah ketika mendengar bahwa anaknya telah dibabtis menjadi seorang kristen. Ia berusaha dengan berbagai cara agar Sirilus meninggalkan iman barunya. Ia menganiaya dan menyiksa putranya untuk memaksanya murtad. Karena Sirilus tetap teguh memeluk imannya; ia diusir dari rumah dan dijebloskannya kedalam penjara.  Sirilus sedih; namun bukan karena perlakuan kejam ayahnya; tapi karena ayah dan keluarganya tidak mau mengerti akan keputusannya. Satu-satunya yang menguatkan hatinya adalah kata-kata Kristus dalam kitab suci :

“Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; ....... ”  (Mat 10:37)

Ketika dihadapkan ke pengadilan, Sirilus sedikitpun tidak takut ketika diancam oleh hakim. Karena itu sang hakim mencoba untuk membujuknya. Ia mengatakan bahwa Sirlilus akan diberi pengampunan dan tidak akan dihukum jika ia membenci dan menghujat nama Yesus. Sirilus juga akan memperoleh bagian yang besar dari harta warisan ayahnya bila ia berbaikan dengan sang ayah.  

Tetapi dengan tegas remaja ini menjawab :  “Karena iman, aku telah diusir dari rumah. Namun aku pergi dengan gembira, sebab aku mempunyai tempat tinggal lain yang lebih mulia yang sedang menantikanku.”  

Hakim lalu mencoba menakut-nakuti pikiran remaja ini. Ia memerintahkan agar Sirilus dibawa ke sebuah api unggun besar, seakan-akan hendak dibakar hidup-hidup. Ketika mereka kembali, sang hakim berkata membujuknya :  "Anakku, engkau telah melihat api yang akan membakarmu dan pedang yang akan memenggal kepalamu. Segera tinggalkan Yesus, dan kembalilah ke rumah ayahmu.  Engkau akan sangat beruntung dan akan memperoleh harta warisan dari ayahmu."

Namun dengan gagah martir belia ini menjawab, "Tuan hakim, anda telah berbuat kesalahan dengan membawa saya kembali kesini. Saya tidak takut pada api atau pedang sebab Yesus akan menerima saya.  Seharusnya anda tidak menunda waktu lagi. Segera jatuhkanlah hukumanmu, supaya saya cepat pergi kepada-NYA".

Mendengar kata-kata remaja ini, sang hakim menjadi sangat marah. Ia lalu menyuruh para serdadu untuk segera memenggal kepala Sirilus. 

Santo Sirilus dari Kaisarea menerima mahkota kemartirannya sekitar tahun 251.

Lamunan Pekan Biasa VIII

Rabu, 29 Mei 2024

Markus 10:32-45

32 Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya, 33 kata-Nya: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, 34 dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit."

35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!" 36 Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?" 37 Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu." 38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?" 39 Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. 40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan." 41 Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. 42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 43 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. 45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, karena jumlah golongan pemimpin kecil, maka ada pemilihan umum dan banyak pihak saling berebut. Meskipun demikian golongan berjumlah kecil itu disebut orang-orang besar karena status tinggi dan kuasanya.
  • Tampaknya, kaum kecil di kalangan masyarakat adalah rakyat biasa dan sering disebut kaum jelata. Meskipun berjumlah amat besar dan mayoritas dalam masyarakat, golongan ini disebut kecil karena status rendah dan tampa kuasanya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun masuk kaum berjumlah sedikit namun disebut besar karena status kekuasaannya, orang akan mampu jadi golongan pemimpin sejati kalau mampu menjadi bagian rakyat biasa dengan taat tatanan seperti orang umum. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa untuk menjadi golongan besar atau pemimpin sejati, orang harus berproses dari penghayatan jadi kaum kecil atau rakyat umum. 

Ah, asal dari keluarga besar jelas punya kesempatan langsung masuk jadi calon pemimpin.

Monday, May 27, 2024

Rama-rama Domus Petrus

Domus Pacis Santo Petrus adalah Komunitas Rama Sepuh. Barangkali kalau omong tentang komunitas, hal itu bisa dibandingkan dengan keluarga. Keluarga adalah ikatan suami istri dan juga anak-anak bahkan siapapun kalau hidup serumah. Apapun acara yang terjadi pada salah satu anggota diketahui oleh anggota lainnya. Begitu juga Komunitas para rama. Di Domus ada 11 orang rama dan tinggal serumah. Sebagai komunitas setiap rama tak layak kalau punya acara tak diketahui oleh para rama lain.  Setiap rama tak dapat pergi keluar Domus diam-diam tanpa sepengetahuan paling tidak oleh pemimpin rumah. Rm. Hartanta sebagai pemimpin rumah akan memfasilitasi kalau acaranya membutuhkan bantuan misalnya mobil dan karyawan pendamping. Rm. Hartanta pun kalau pergi juga biasa berpamitan biasanya ke Rm. Bambang. Maka biasa terjadi rama yang akan punya acara, terutama kalau pergi meninggalkan Domus, akan bilang lebih dahulu ke Rm. Hartanta. Informasi acara termasuk kapan akan terjadi biasa diketahui di kamar makan. Sebagai contoh, Rm. Bambang biasa melaporkan diri ke Rm. Hartanta kalau akan ada acara keluar. Dalam catatan Rm. Hartanta sudah ada tulisan setiap Selasa keempat dalam bulan Rm. Bambang sore hari ke Pringgolayan mendampingi kelompok lansia. Ini seperti Rm. Yadi yang setiap malam Minggu pertama ke Kapel Kleben, Paroki Klepu, untuk melayani Misa. Bahkan Rm. Bambang juga sudah melaporkan kemungkinan pergi ke Paroki Danan ikut merayakan 25 tahun imamat Rm. Agoeng. Memang, Rm. Bambang baru diberitahu oleh Bu Rini tentang acara itu dan Rm. Agoeng akan memberitahu langsung secara pribadi.

Beata Margareta Pole

diambil dari katakombr.org/para-kudus Diterbitkan: 23 Agustus 2013 Diperbaharui: 22 Januari 2019 Hits: 9165

  • Perayaan
    28 Mei
  •  
  • Lahir
    14 Agustus 1473
  •  
  • Kota asal
    Somerset, Wilshire, Inggris
  •  
  • Wafat
  •  
  • 28 Mei 1541 | Martir; dipenggal kepalanya di Tower Hill, London, England
    Dimakamkan di Saint Peter ad Vincula, Tower of London
  •  
  • Beatifikasi
    29 Desember 1886 oleh Paus Leo XIII
  •  
  • Kanonisasi

Raja Inggris Henry VIII  mengangkat dirinya sendiri sebagai kepala Gereja di Inggris dan melepaskan segala hubungan Gereja Inggris dengan Tahta Suci di Roma. Henry berbuat begitu hanya beberapa saat setelah Paus sebagai Kepala Gereja menolak keinginannya untuk menceraikan Istri sahnya yaitu Ratu Katarina. Henry ingin menceraikan Katarina supaya ia dapat menikahi seorang gundiknya yang juga bekas pelayan isterinya yaitu Anne Boleyn; wanita yang telah membuatnya tergila-gila. 

Raja Henry kemudian menyatakan bahwa Gereja Khatolik adalah terlarang diseluruh Inggris. Ia kemudian menguasai Gereja, menghancurkan banyak biara dan mengeksekusi para biarawan serta semua orang yang menentang keinginannya. Beata Margaretha Pole adalah salah satu martir dalam Reformasi Anglikan ini.

Margareta Pole dilahirkan pada tahun 1471. Ia adalah kemenakan dua orang raja Inggris, Edward IV dan Richard III. Henry VII mengatur pernikahannya dengan Sir Reginald Pole. Sir Pole adalah seorang prajurit gagah, sahabat keluarga kerajaan.

Pada saat Raja Henry VIII naik tahta, Margareta telah menjadi janda dengan lima orang anak. Raja Henry VIII masih muda dan belum berpengalaman dalam hal mengendalikan kerajaan dan kekuasaan. Ia menyebut Margareta sebagai wanita paling kudus di seluruh Inggris. Ia begitu terkesan pada Margareta hingga ia mengembalikan sebagian harta keluarganya yang hilang di masa lampau. Raja juga memberinya gelar kerajaan.

Raja Henry VIII amat mempercayainya hingga Margareta diberi kepercayaan untuk mendidik Puteri Maria, putri raja dan Ratu Katarina. Tetapi kemudian, Henry VIII berusaha menikahi Anne Boleyn, meskipun ia sudah beristeri. Margareta tidak menyetujui perilaku raja. Karena itu, raja mengusirnya dari istana.

Raja menunjukkan bagaimana ia sangat tidak suka kepadanya. Raja bertambah murka ketika seorang putera Margareta, seorang imam, menulis sebuah artikel panjang menentang tuntutan Henry untuk menjadi kepala gereja Inggris (Putera Margareta itu kelak menjadi Kardinal Reginald Pole yang terkenal). Henry VIII tidak dapat mengendalikan diri lagi. Ia menjadi seorang yang kejam serta penuh rasa dengki. Ia mengancam akan membinasakan seluruh keluarga Margareta.

Henry VIII mengutus orang-orangnya untuk menginterogasi Margareta. Mereka harus dapat membuktikan bahwa Margareta adalah seorang pengkhianat. Mereka menginterogasinya mulai pagi hingga petang. Tetapi, tidak pernah sekali pun Margareta berbuat kesalahan. Tidak ada yang disembunyikan olehnya.

Kemudian Margareta dikenai tahanan rumah di sebuah kastil seorang bangsawan. Lalu, ia dipindahkan ke sebuah menara besar di London. Ia bahkan tidak diadili sebelum dipenjarakan. Selama musim dingin yang panjang, Margareta menderita kedinginan yang hebat. Tidak ada api dan tidak cukup pakaian hangat baginya.

Akhirnya, pada tanggal 28 Mei 1541, Beata Margereta dihantar keluar dari menara menuju tempat pelaksanaan hukuman mati. Ia lelah dan sakit, tetapi ia berdiri tegak dan gagah untuk mati demi imannya. “Aku bukan seorang pengkhianat,” demikian katanya dengan berani. Margareta dipenggal kepalanya. Usianya saat itu tujuh puluh tahun.

Gereja Inggris kemudian disebut Gereja Khatolik Anglikan dan sampai hari ini tidak lagi mengakui Paus sebagai Kepala Gereja.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

Lamunan Pekan Biasa VIII

Selasa, 28 Mei 2024

Markus 10:28-31

28 Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" 29 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, 30 orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. 31 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang bangga kalau mampu berjasa bagi banyak orang. Dia bisa menjadi sosok terkenal.
  • Tampaknya, orang bisa merasa hebat kalau mampu berkorban demi kepentingan banyak orang. Banyak orang akan berterima kasih dan menyanjung.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun mampu membuat banyak jasa demi kepentingan banyak orang, orang sadar kalau membusungkan diri dia berada di jalan keterpurukan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang memiliki keyakinan bahwa yang sombong akan ompong. 

Ah, kalau terkenal harus tetap lakukan promosi agar tetap bertahan dalam popularitas.

Ketika Tak Mengirim Status

Ini tentang hal rutin yang ada dalam hidup. Ada yang bilang bahwa "Rutinitas adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang terus menerus setiap hari yang bertujuan untuk memanfaatkan waktu secara efesien." (https://brainly.co.id/tugas/3413157) Karena selalu berulang terus menerus ada yang mengalami sebagai hal menjemukan. Namun demikian hal itu justru membuat hidup selalu terisi yang bahkan menghadirkan makna bagi diri dan orang lain. Apalagi di era digital dengan maraknya penggunaan media sosial. Kemanfaatan itu sungguh mudah tersebar luas dan itu ternyata juga makin bermakna untuk diri sendiri. 


Dalam hal itu Rm. Bambang sungguh ikut mengalami. Berbekal WA, FB, Blog, TikTok, dan Email, dia bisa makin banyak sambung dengan baik yang kenal face to face maupun yang maya. Dari sini dia dapat ikut ambil bagian berbuat yang menghadirkan signifikansi dan relevansi bagi Domus Pacis Santo Petrus. Bahkan bagi kehidupannya sendiri Rm. Bambang sungguh merasakan makna rutinitas dalam ber-medsos. Dia biasa menayangkan Renungan Harian pada sekitar jam 04.00 pagi. Kemudian, sesudah makan pagi, kisah Santo-santa ikut masuk jejaringnya. Pada sekitar jam 14.00 kisah tentang peristiwa Domus atau kehidupan lansia mendapatkan giliran penayangan. Ini sudah berjalan selama 10 tahunan. Kalau pada suatu ketika tak ada tayangan, tak sedikit yang bertanya ada apa dengan Rm. Bambang. Tentu saja hal itu juga terjadi pada Minggu 26 Mei 2024. Pada jam 05.30 Mas Abas, karyawan Domus, masuk kamarnya dan menemukan Rm. Bambang terbaring di tempat tidurnya. Beberapa saat kemudian karyawan lain, Mas Fallah, juga menengok. Pada waktu itu persis Rm. Bambang sedang berada dalam keadaan akan muntah. Maka Mas Fallah melayani kemuntahan Rm. Bambang dan kemudian membersihkannya. Setelah itu Mas Fallah mengelap badan Rm. Bambang dan menggantikan pakaian. Pada hari itu Rm. Bambang memang sedang terus berbaring di tempat tidur dan kalau membuka mata terasa pusing. Dia tak dapat mengontak karyawan karena tak bunya bel panggil seperti para rama lain. HP pun berada di meja tulis tak dapat diraih dari tempat tidur. Ternyata Bu Rini, salah satu relawan, mengontak Mas Abas dan Mas Fallah, karena tak menemukan tayangan dan kontak di HP Rm. Bambang. Maka, Rm. Bambang kemudian terurus kondisinya selama sehari bahkan semalam juga. Kebetulan tantenya hari itu menengok bersama anak dan menantu serta cucu dan pacarnya. Rm. Bambang menemui sambil berbaring.

Sunday, May 26, 2024

Santo Julius

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 11 Oktober 2014 Diperbaharui: 23 Mei 2016 Hits: 15740

  • Perayaan
    27 Mei
  •  
  • Lahir
    Tahun 255
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir - dipenggal di Dorostorum (sekarang wilayah Bulgaria) pada tahun 302
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santo Julius adalah seorang perwira tentara kekaisaran Romawi. Sampai saat kemartirannya, Yulius telah berdinas selama 27 tahun dan pernah bertempur bagi Kekaisaran Romawi dalam tujuh perang besar.

Tidak diketahui kapan dan bagaimana ia dibabtis menjadi Kristen; namun karena ia adalah seorang perwira senior yang sangat disegani, maka kekristenannya tidak pernah dipermasalahkan.

Ketika Kaisar Diocletianus mulai menganiaya orang Kristen, Yulius ditangkap dan dipenjarakan di Dorostorum (sekarang Bulgaria). Sahabatnya, seorang walikota bernama Maximus, menjenguknya di penjara dan berusaha membujuknya agar meninggalkan imannya, namun Julius menolak.

Santo Julius bersama Santo Hesikius (P: 15 Juni) dan llima orang martir Kristus lainnya yang tidak tercatat namanya dihukum penggal kepala di Dorostorum pada sekitar tahun 302.

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...