Monday, September 19, 2022

Santo Eustachius

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 27 Agustus 2014 Diperbaharui: 01 November 2016 Hits: 11171

  • Perayaan
    20 September (Gereja Barat)
    2 November (Gereja Timur)
  •  
  • Lahir
    Hidup pada abad ke-2 (tanggal dan tahun lahir tidak diketahui)
  •  
  • Kota asal
    Roma
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir - Dipanggang sampai mati dalam banteng perunggu (Brazen Bull) pada tahun 188 di Roma, Italia
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation
Menurut legenda, sebelum dibabtis menjadi seorang Kristen, Eustachius adalah seorang jenderal Romawi bernama Placidus. Ia adalah seorang jendral yang cakap dan disegani, serta menjadi orang kepercayaan kaisar.
 
Suatu hari, saat ia sementara berburu rusa di Tivoli dekat kota Roma, Placidus melihat sebuah salib yang bercahaya terang di antara tanduk rusa yang hendak dipanahnya. Penglihatan ini mengubah dirinya. Ia kemudian memberikan dirinya untuk dibaptis bersama istrinya, Santa Theopistes dari Roma, dan dua orang putranya, Santo Agapitus dan Santo Theopistus. Placidus sendiri mengganti namanya menjadi Eustachius.
 
Setelah menjadi seorang pengikut Kristus, serangkaian bencana datang untuk menguji imannya. Ketika ketahuan sebagai seorang Kristen, ia bersama istri dan anak-anaknya ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara; dan segala harta miliknya disita. Namun, karena ia adalah seorang jenderal yang cakap, ia dipanggil kembali ke dinas militer oleh Kaisar Trajan untuk membantu mengusir pasukan barbar yang hendak mengepung kota Roma.
 
Eustachius menjalankan tugasnya ini dengan baik, karena itu kaisar kemudian membebaskan beserta seluruh anggota keluarganya yang ditahan. Kaisar berharap mereka akan mempersembahkan korban bakaran kepada berhala sebagai ucapan terima kasih bagi kemenangan militer tersebut.
 
Namun keluarga ini dengan tegas menolak untuk melakukan kejijikan tersebut. Hal ini membuat kaisar marah dan memerintahkan agar mereka dilemparkan ke dalam kandang singa. Namun kucing besar itu sama sekali tidak menyentuh mereka, malah bermain seperti anak kucing di antara kaki-kaki mereka. Melihat itu, para algojo kemudian memanggang mereka sampai mati di dalam sebuah patung banteng yang terbuat dari perunggu (Hukuman mati Brazen-bull).

Santo Eustachius, Santa Theopistes,  Santo Agapitus dan Santo Theopistus menerima mahkota kemartiran mareka pada tahun  188 di Kota Roma, Italia.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...