Pada Selasa malam tanggal 8 Agustus 2023 saya diminta mengisi peretemuan komunitas medsos yang kerap saya ikuti. Pada waktu itu saya menyanyikan lagu lama karya Trio Bimbi: Balada Peminta-minta, Dengan Puisi, dan Tuhan. Saya ingat di tahun 1970an. Itu adalah tahun-tahun jaya-jayanya Koes Plus dan kemudian juga datangnya Pambers. Tetapi entah bagaimana saya terpikatnya pada Trio Bimbo. Katanya, lagu-lagu pertamanya direkam di Singapura karena produser Indonesia takut tak laku. Hingga kini aku memang masih "ngeh" dengan Trio Bimbo dengan lagu-lagu balada tempo dulu. Ketika usai menyanyikan lagu-lagu di Selasa malam itu, ada yang memberi komentar "Lagunya sedih ya".
Ketika mendengar kata "sedih" saya cukup terkejut. Padahal dalam hati saya merasa senang bahkan saya biasa dikenal sebagai orang yang selalu tampak gembira. Hati saya memang lebih terisi oleh dominasi rasa ceria. Pada waktu saya merenungkan hal ini di pagi berikutnya, saya teringat pada teori temperamen dan psikologi. Ini adalah tentang watak atau karakter. Di situ dinyatakan ada 4 macam temperamen, yaitu sanguinis, flekmatik, kolerik, dan melankolik. Dulu pada tahun 1990an saya menemukan diri memiliki temperamen campuran sangunis dan melankolik. Dulu saya juga mengajak tim kerja merefleksikan temperamen yang ada dalam diri masing-masing. Dengan kesadaran temperamen yang dimiliki, saya berharap bisa mengembangkan diri terutama dalam rangka ikut menjadi penghayat iman. Ketika saya membuka artikel lewat google, saya menemukan tulisan Muhammad Aditya pada 16 Juni 2023 yang berjudul "Teori Empat Temperamen dalam Psikologi: Menggambarkan Karakter Manusia" (https://inisumedang.com). Barangkali tulisan itu bisa menjadi sedikit acuan untuk merefleksi pola jiwani terutama kaum lansia dalam menghadapi realita kelansiaan. Tulisn itu adalah sebagai berikut :"INISUMEDANG.COM – Teori empat temperamen dalam psikologi telah dikenal selama ratusan tahun dan merupakan cara untuk menggambarkan karakter manusia. Teori ini mengaitkan temperamen individu dengan jenis cairan yang dikatakan mendominasi tubuhnya. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan empat jenis temperamen yang dijelaskan dalam teori ini, yaitu sanguinis, plegmatis, koleris, dan melankolis.
Sanguinis adalah tipe temperamen yang cenderung optimis dan antusias. Mereka memiliki energi yang tinggi dan sangat sosial. Orang-orang dengan temperamen ini seringkali mudah bergaul dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Mereka juga cenderung menjadi pusat perhatian dalam suatu kelompok. Sanguinis dikenal sebagai tipe orang yang mudah beradaptasi dan ceria dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan.
Plegmatis, di sisi lain, adalah orang yang mencari kedamaian dan keakraban. Mereka cenderung tenang, santai, dan jarang terlibat dalam konflik. Plegmatis memiliki kemampuan untuk mengatasi stres dengan baik dan cenderung menjadi pendengar yang baik. Mereka mengutamakan kenyamanan dan keharmonisan dalam hubungan sosial mereka.
Koleris adalah tipe orang yang agresif dan berorientasi pada tujuan. Mereka memiliki energi yang kuat dan sangat antusias dalam mengejar tujuan mereka. Koleris cenderung memiliki sifat pemimpin dan selalu mencari tantangan baru. Mereka memiliki motivasi tinggi dan berani mengambil risiko. Namun, koleris juga dapat menjadi terlalu dominan dan kurang sabar dalam situasi tertentu.
Terakhir, ada melankolis yang sensitif dan kreatif. Mereka cenderung memiliki kepekaan emosional yang tinggi dan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Melankolis memiliki imajinasi yang kaya dan biasanya terlibat dalam seni atau kegiatan kreatif lainnya. Mereka juga cenderung introvert dan sering kali memiliki sifat perfeksionis.
Namun, penting untuk diingat bahwa teori temperamen ini hanyalah gambaran umum tentang karakter manusia. Setiap individu memiliki keunikan dan kompleksitasnya sendiri. Seseorang mungkin memiliki campuran sifat-sifat dari beberapa jenis temperamen atau mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan salah satu tipe yang dijelaskan.
Jangan menganggap teori temperamen sebagai penilaian mutlak terhadap seseorang. Ini hanya alat yang digunakan untuk memahami karakter manusia secara umum. Penting untuk mempertimbangkan konteks dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku individu."
No comments:
Post a Comment