Thursday, August 10, 2023

Piknik Sudah Tak Ada

Ketika duduk-duduk bersama karyawan, Rm. Bambang menghadapi omongan tentang kenangan "piknik" masa lalu. Itu adalah masa ketika karyawan yang omong sudah bersama Rm. Bambang tinggal di rumah romo sepuh Domus Pacis Puren, Pringwulung. Pada waktu itu kata "piknik" berarti keluar bersama dari Domus untuk jajan makan bersama. Yang tidak bisa berjalan sendiri hanya Rm. Harto dan Rm. Tri Wahyono. Sementara itu romo-romo lain, sekalipun Rm. Yadi dan Rm. Bambang memakai krug atau tongkat penyangga, masih bisa berjalan. Relawan seperti Mas Tian, Mbak Rachel, dan Bu Rini biasa ikut membantu dengan membawa mobilnya. Mas Handoko juga ikut dengan pegang stir mobil. Jumlah romo baru 7 orang dan karyawan 5 orang. 


Tetapi kini setelah tinggal di Domus Pacis St. Petrus keadaannya amat berbeda. Jumlah romo ada 13 orang. Sedang karyawan ada 14 orang. Kondisi romo-romo juga sudah berbeda sama sekali. Rm. Sari memang bisa berjalan. Tetapi beliau juga kerap dilayani dengan kursi roda. Maka selain Rm. Hartanta, direktur Domus, semua romo sudah berkursi roda, Dalam hal makan, tinggal 3 orang romo (Rm. Hartanta, Rm. Harto, dan Rm. Bambang) relatif bisa bebas. Yang lain sudah harus diet ketat.  Tetapi kalau omong semua, itu berarti 7 orang. Sedang yang 5 orang sudah harus selalu berada di kamar karena kondisi penyakit. Mereka yang  harus dilayani dalam segalanya adalah : 

  1. Rm. Jayasewaya. Selain sudah menderita kepikunan beliau sudah tak dapat berjalan. Semenjak jatuh dan menderita retak tulang, Rm. Jaya sudah tak dapat kembali seperti semula. Kini beliau biasa berbaring di tempat tidur.
  2. Rm. Supriyanto. Sejak masih di Puren bahkan di paroki beliau sudah lupa dalam banyak hal. Kemudian praktis lupa pada kiri kanan. Bahwa orangtua sudah tak ada semuapun, itu dibantah. Kalau pergi-pergi tak tahu jalan kembali. Beliau memerlukan penjagaan dan bantuan dalam segalanya.
  3. Rm. Joko Sistiyanto. Cuci darah sudah 3 kali seminggu dan kerap harus tambah periksa di rumah sakit di hari lain. Makan sudah dibantu sonde bahkan pakai ventilator. Tentu saja beliau banyak berbaring di tempat tidur.
  4. Rm. Tri Hartono. Juga pakai sonde untuk makan. Stroke 4 kali membuatnya melumpuh. Berbicara juga amat tidak jelas. Tempat tidur jadi sahabat utama. Ada karyawan yang harus selau mengawasi.
  5. Rm. Tri Wahyono. Sudah seperti Rm. Tri Hartono tetapi sudah tak mampu berkomunikasi sekalipun dengan isyarat. Ada penjaga siang dan malam secara bergiliran. 

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...