Rm. Hartanta, direktur Domus Pacis Santo Petrus, sering kali mengungkapkan bahwa dia banyak belajar hidup bersama para romo sepuh. Yang paling menonjol adalah belajar bagaimana harus berelasi dengan para romo sepuh. Katanya, dulu beliau agak terkejut ketika Rm. Bambang bilang “Di sini kita akan susah bahkan keliru kalau ber-‘positive thinking’.” Hal ini juga biasa disampaikan oleh Rm. Bambang kepada para tamu kalau ada yang memberi saran metodologis bagus untuk menghadapi para romo sepuh. Sebuah pengalaman dapat menghadirkan pentingnya menghindari pikiran baik-baik.
Di kalangan rama penghuni rumah tua kerap terjadi gerundelan bahkan kejengkelan dari beberapa rama terhadap kondisi teman serumah yang tidak mengenakkan. Sebetulnya selain sudah mengalami kelansiaan setiap anggota juga mengalami kedifabelan. Tetapi ada yang memiliki kekurangan yang membuat yang lain tidak nyaman bersama-sama ketika menyantap makanan di ruang makan. Kekurangan dari teman ini adalah mudah mengeluarkan air liur. Kebetulan wajahnya juga selalu tampak redup. Namun mulutnya biasa ternganga. Nah, dalam keterngangaan itulah air yang terproduksi dalam mulutnya mengalir lewat pojok bibir. Tetapi alirannya cukup lambat karena agak kental . Itulah sebabnya tangannya biasa memegang serbet atau handuk kecil.
Yang mengherankan adalah sikap teman-teman di
kamar makan. Kalau memang jijik, mengapa mereka selalu melihat atau
memelirikkan matanya ke arah aliran kental dipojok bibir? Mengapa mereka tidak
konsentrasi saja di piring masing-masing? Kebetulan ada salah satu teman yang
bisa makan dengan enak sambil memandang air kental mengalir. Dia selalu tertawa
seakan melihat hal lucu. Bahkan suatu ketika, pada saat si produser air kental
akan melap dengan kain serbetnya, teman itu berseru “Jangan dilap!” Dia segera
mengambil sebuah cangkir dan diletakkan di bawah kepala yang di bibirnya
tergantung air kental meleleh. “Mau apa?” tanya produser air kental yang
mendapatkan jawaban “Alirkan di cangkir ini saja. Siapa tahu kalau nanti
dicampur sirup masih enak diminum”. Ternyata ulah ini membuat semua yang makan
terpingkal-pingkal termasuk produsernya. Salah satu teman bertanya “Apa
resepnya yang membuat kamu tidak pernah jijik?” Teman itu menjawab “Di rumah
ini saya anti positive thinking dan positive speaking. Aku mengembangkan
sikap negative thinking dan negative speaking agar dapat bersahabat
dengan negative reality”.
Berpikir Out Of The Box
Bagi Rm. Bambang hidup bersama harus menjadi upaya
menemukan kebahagiaan. Kalau kondisinya negatif, itu harus juga didekati secara
“tidak normal”. Yang seperti ini barangkali bisa disebut berpikir out of the
box. Dari google orang bisa menemukan pernyataan “Seperti yang kita tahu, berpikir out of the box
adalah bagaimana kita dapat
berpikir dari sudut pandang yang lain sehingga berbeda dengan kebanyakan orang. Nah, biasanya dari cara berpikir
seperti itu, kamu akan mendapatkan ide yang baru.” Barangkali dari salah
satu acara Novena Domus di Domus Pacis Puren, Pringwulung, dapat disajikan
pengalaman sederhana berkaitan berpikir out of the box. Pengalaman itu adalah
sebagai berikut :
Seorang penceramah menghadirkan ciri-ciri kaum lansia pada umumnya. Kepala jadi botak karena erosi perambutan. Pandangan dapat remang-remang karena mata blawur. Dipanggil Tuhanpun tidak mendengar karena budheg atau tuli. Mengangguk-angguk (lelaki) atau menggeleng-geleng (perempuan) terus adalah tanda buyuten. Boyok terasa tak nyaman bahkan sakit-sakitan. Mudah kencing dan sulit berak. Dan suatu saat bablas menuju keabadian.
Salah seorang peserta merasa bahwa masih ada satu lagi yang biasa
jadi ciri lansia. Kebetulan dia adalah anggota salah satu rama dari rumah tua.
Maka dia angkat tangan dan mengatakan “Saya masih dapat menunjukkan satu ciri
lain”. “Apa itu?” tanya sang penceramah yang langsung dijawab “Seperti bèbèk atau itik”. Penceramah dan para
peserta terkejut dan bertanya-tanya. Ketika kemudian sang peceramah bertanya “Jelasnya bagaimana?”, peserta itu kemudian
menjelaskan. Di dalam rumah tua tempat huniannya pada umumnya untuk buang air
besar tidak ada yang kesulitan. Bahkan pada saat-saat tertentu ada karyawan
berseru “Ngenthiiiiit!” Ini adalah
kode agar ada karyawan lain cepat datang membantu dengan alat pembersih lantai.
Kata Jawa ngenthit adalah istilah
itik bertelur di sembarang tempat ketika sedang digiring bersama rombongan oleh
pemiliknya. Maka untuk lansia ada juga ciri “terlalu lancar buang air besar
bahkan disembarang tempat”. Bukankah itu seperti itik?
Ngawurologi
Pikiran out of the box terhadap salah satu fenomena
bisa menghadirkan rumusan kata aneh bahkan mungkin keliru dipandang oleh umum.
Tetapi untuk menghadapi keadaan kongkret yang merepotkan, rumusan ngawur
bisa menjadi jalan keluar. Rumusan ngawurologi ini dialami oleh Rm. Bambang
dalam kejadian berikut :
Salah satu penghuni rumah rama tua sungguh kerap membuat karyawan kerepotan. Kencing biasa terjadi di celana. Demikian juga buang air besar. Air kencing dan air besar begitu lancar keluar dan selalu mampu mendahului keluar sebelum tiba di toilet. Padahal keluarnya dapat terjadi ketika masih duduk di kursi. Bahkan ketika sedang berbaring di tempat tidur kedua macam air itu dapat nongol.
Lebih parah lagi si penghuni ternyata mulai kejangkitan kepikunan. Ketika kencing atau buang air besar di sembarang tempat dia kerap melap dan membersihkan dengan kain yang ada di dekatnya. Ketika sedang berbaring di tempat tidur selimut dan sprei juga dapat jadi korban. Daaan ..... kegiatan pembersihan itu justru menjadi pemerataan kotoran di tubuhnya. Maka, karyawan dapat memandikannya tiga atau empat kali sehari. Para karyawan meminta dia memakai pempers. Ketika dia bertanya apa itu pempers, karyawan menjawab “popok”. Ternyata dia langsung menolak dan berkata “Aku tidak mau diperlakukan seperti bayi!”
Pada suatu kali penghuni itu omong-omong
dengan pengurus rumah. Dia bertanya “Sekarang di TV kok sering ada kata
milenial. Itu artinya apa, ta?” “Oooo,
itu istilah untuk jaman kini yang artinya amat sangat maju. Itu menyangkut
perkembangan kemampuan manusia yang bisa membuat hal-hal jauh lebih hebat
dibanding jamanmu” jawab si pengurus. “Kalau begitu itu di luar pengetahuan
orang seperti aku.” Tiba-tiba pengurus itu teringat sesuatu dan lalu berkata
“Betul! Orang sekarang bisa membuat celana khusus yang bisa dipakai oleh orang
seperti kamu yang mudah kencing dan berak tak terkendali.” “Benarkah?” “Betul!
Kalau celana itu kamu pakai, kamu dapat kencing dan berak dengan bebas. Dan
kamu tetap bersih.” “Belikan aku.” Sejak itulah rama itu mau memakai pempers
celana. Si pengurus hanya berpesan pada para karyawan “Kamu jangan omong kalau
itu pempers. Kamu harus bilang itu adalah celana dalam milenial.”
Rm. Bambang
No comments:
Post a Comment