Monday, August 21, 2023

Karyawan Unggulin Para Romo

Berbicara tentang TUJUH BELASAN, itu adalah istilah umum di tengah masyarakat yang berarti "Tujuh Belas Agustus". Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus orang Indonesia akrab dengan peringatan dan perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Derap peringatan Hari Kemerdekaan bisa terjadi pada hari-hari sebelum 17 Agustus. Kampung-kampung sudah bisa bergairah dengan berebagai lomba. Bahkan pada tanggal 16 Agustus sore acara-acara "Tirakatan" juga marak terjadi. Tetapi derap kegembiraan peringatan Hari Kemerdekaan di banyak tempat juga terjadi pada hari-hari sesudah 17 Agustus. Lomba dan acara hiburan juga banyak terjadi.


Nuasa seperti itu juga terjadi di Domus Pacis Santo Petrus. Ini adalah rumah para romo sepuh di Kompleks Seminari Tinggi Kentungan. Pada 17 Agustus 2023 sekalipun dalam kesederhanaan di Domus ada Misa Kemerdekaan yang dilanjutkan dengan Upacara Bendera. Di hari berikutnya, Jumat 18 Agustus 2023, pada sekitar jam 08.15 para romo sepuh yang masih bisa hadir didorong dengan kursi roda oleh para karyawan. Rm. Joko Sistiyanto, Rm. Ria, Mgr. Blasius, Rm. Harto, dan Rm. Bambang diberjajarkan menghadap ke timur di lapangan basket depan gedung bangunan Domus Pacis. Sedang Rm. Suntara dengan kursi rodanya berada di depan pintu lobi yang kemudian disusul oleh Rm. Yadi. Sementara itu Rm. Hartanta menjadi komandan perlombaan. Pada saat itu para karyawan sudah menyiapkan berbagai macam lomba. Para karyawan yang ada adalah Mas Hari, Mas Abas, Mas Ardi, Mas Haryono, Pak Tukiran, Mas Fallah, Mas Siswanto, Mas Nugroho, Mas Andre, Mbak Tri, Mbak Pariyah, dan Mbak Sari. Mbak Pipit dan Bu Riwi pamit ada acara. Sementara itu dua relawan Domus juga ikut, yaitu Bu Titik dan Bu Rini.

Lomba yang terjadi sebenarnya seperti lomba untuk kanak-kanak. Tetapi di dalam pelaksanaan justru menciptakan suasana riang penuh kegembiraan bahkan gelak tawa. Di setiap lomba selesai hadiah langsung dibagikan. Bentuk hadiah tidak hanya diperuntukkan pada pemenang lomba. Setiap selesai satu lomba, semua baik karyawan maupun romo mendapatkan pembagian lintingan kertas kecil yang harus dibuka bersama. Dalam kertas kecil itu tertulis macam-macam pernyataan seperti "Anda kurang beruntung", "Zonk", "Minyak goreng", "Uang Rp. 23" dan lain-lain. Lomba yang menimbulkan suasana amat bergairah penuh gelak tawa adalah melempar tumpukan kaleng yang ada uang di atasnya. Yang dipakai untuk melempar adalah bola yang amat ringan sulit untuk diarahkan dan mudah tertiup angin. Untuk lomba ini ternyata para romo menyatakan ikut. Para karyawanpun meloncat-loncat kegirangan. Yang maju ikut adalah Mgr. Blasius, Rm. Ria, Rm. Bambang, dan bahkan juga Rm. Harto. Semua romo membidik tumpukan kaleng dengan serius sungguh-sungguh penuh kefokusan. Tetapi dari 3 buah bola untuk masing-masing pelempar, 11 bola tak ada satupun yang menghampiri tumpukan kaleng. Satu bola bisa menyerempet hasil lemparan Mgr. Blasius. Tetapi bola itu tak mampu merobohkan tumpukan kaleng yang amat rentan roboh.

No comments:

Post a Comment

Santo Bruno, Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/6Okt.html Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-ci...