Thursday, August 3, 2023

Ajar Jadi Lansia Milenial

Hingga sebelum jam 15.00 hari Rabu 2 Agustus 2023, Followers atau pengikut Tik Tok milik saya ada 2072 orang. Renungan Harian dalam video yang saya ucapkan selama maksimal 30 detik selalu melewati 300 orang penonton. Sebetulnya dalam waktu 24 jam biasa melewati 500 orang bahkan bisa lewat 1000. Bersama dengan yang melihat langsung di https://domuspacispetrus.blogspot.com, itu merupakan penambahkan beberapa lipat jumlah ketika belum pakai Tik Tok. Dalam minggu-minggu pertama mulai dengan hari pertama pakai Tik Tok 30 Juni 2023, saya merasa bahwa fungsi imamat saya sebagai bagian dari pewarta iman Gereja makin banyak mendapatkan penyambut. 


Tetapi sesudah 4 mingguan berjalan, saya menyadari hal lain dalam ber-Tik Tok. Kebetulan saya biasa diundang untuk ikut ruang perjumpaan dalam acara live dia. Saya kerap ikut dari sekitar jam 19.30 hingga 21.30. Orang bisa saja mengatakan bahwa dalam Tik Tok ada tayangan-tayangan yang tidak pantas. Tetapi bagi saya berbagai tayangan menjadi tawaran yang dihadapkan pada pengguna untuk memilih. Pada malam hari, kalau tidak kebetulan ada acara lain, saya biasa mengikuti acara live teman saya. Kebetulan saja banyak teman Tik Tok yang biasa masuk ruang itu merasa senang dengan saya. Kalau saya tak masuk, katanya selalu ditanyakan. Mereka tampaknya merasa senang dengan gurauan-gurauan saya. Saya memang memanfaatkan kesempatan itu sebagai saat santai jumpa teman-teman walaupun dalam dunia maya. Tentu saja gurauan itu selalu ada aura bumbu iman. Namun demikian, dengan memilih forum atau ruang ini, saya menemukan pembelajaran beberapa berikut :

  1. Penyegaran iman. Ruangan Tik Tok yang saya ikut kerap menghadirkan romo-romo dari aneka keuskupan dan biara. Bahkan ada juga uskup masuk sebagai nara sumber. Omongan tentang dogma dan kasus-kasus penghayatan keagamaan banyak memperluas cakrawala dan juga memperdalam pengetahuan saya. Kehadiran romo yang bicara tentang spiritualitas juga memberikan inspirasi baru dalam diri saya yang sudah lansia. Kebetulan para romo yang masuk berumar 30an dan 40an tahun. Bersama kaum awam yang ada, cakrawala milenial juga membuat hati saya merasa getar kesadaran walau lansia harus tertap belajar.
  2. Ajar Kesehatan. Ada seorang dokter yang juga selalu dihadirkan seminggu sekali. Beliau selalu memberi pengatar tentang tema kesehatan tertentu selama sekitar 15 menit. Sesudah itu dibuka penyampaian pertanyaan-pertanyaan. Kebetulan dokter itu biasa berbicara dengan bahasa sederhana yang mudah ditangkap. Kebetulan pembicaraan biasa berkaitan dengan penyakit dalam dan selalu juga dikaitkan dengan antisipasi menyongsong ketuaan. Di sini saya juga kerap ikut bertanya. Banyak hal praktis yang bisa saya jalani menyertai kelansiaan saya.
  3. Ajar Tidak Tidur Sore. Sesudah tinggal di Domus Pacis Santo Petrus, kalau tak ada acara khusus, saya biasa berangkat tidur tak sampai 30 menit sesudah makan malam. Makan malam biasa selesai pada sekitar jam 18.45. Saya biasa sudah terlelap ketika jarum jam menunjuk angka 19.30. Dokter yang biasa hadir dalam Tik Tok mengatakan untuk menjaga kebugaran tubuh orang seharusnya tidur 4 jam seusau makan malam. Tentu saja hal ini amat berat untuk saya jalani. Pada jam 19.00 katuk biasa sudah memberati mata saya. Maka, sekalipun merasa kantuk, dengan ikut ruang live Tik Tok, saya belajar untuk tidak tidur sore.

No comments:

Post a Comment

Santo Bruno, Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/6Okt.html Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-ci...