“Pakai tak kresek saja” kata saya minta tas plastik. Tetapi salah satu umat menanggapi “Dipandang tidak enak, rama. Ini kotak dos dengan gambar bagus dan menarik. Digantungkan pada motor rama akan menambah keindahan”. “Pokoknya saya minta tas kresek”.
Itu
adalah dialog ketika saya akan pulang dari salah satu keluarga Katolik yang
minta pelayanan Misa Peringatan Arwah. Saya kerap dan bahkan biasa mendapatkan
bingkisan banyak makanan untuk dibawa pulang di rumah tua. Seusai misa keluarga
biasa bertanya “Ada berapa rama yang bersama Anda?” Para rama serumah juga
sudah terbiasa dengan hal ini sehingga mereka biasa menerima kiriman makanan di
kamar masing-masing sepulang saya dari pergi misa. Kalau tidak diantar di kamar
masing-masing, bisa jadi makanan atau tambahan lauk akan tersaji di meja makan.
Hal ini sering muncul dalam sharing
salah satu rama ketika ada kunjungan dan ditanya kegiatan kami sehari-hari.
Rama itu bisa menambah sharing-nya
“Salah satu dari kami (lalu menyebut nama saya) masih kerap melayani permintaan
misa ujub. Kalau pulang kerpa membawa oleh-oleh makanan. Kalau memakai motor
biasa ada tas-tas kresek
bergantungan”.
Tetapi
rama itu kurang paham bahwa pemberi oleh-oleh tidak jarang sudah menyiapkan
dengan kemasan dos-dos terbuat dari kertas karton yang kerap juga ada hiasan
gambar-gambar indah. Dan kalau saya minta ganti tas kresek kerap terjadi dialog seperti tadi. Kalau mereka agak memaksa
untuk memakai kemasa dos indah, saya akan berkata “Yang baik dan indah bisa
membuahkan keburukan”. Kalau masih ada yang mendebat “Ini kemasan untuk membawa
makanan, rama”.
Terhadap dialog seperti itu saya kemudian menceriterakan sebuah pengalaman. Mendengar pengalaman itu mereka tertawa terpingkal-pingkal ketika saya bilang “Kon mangan tali?” (Di suruh makan tali?). Dalam benak saya selalu terbayang ketika pada suatu sore saya pulang. Saya berteriak “Panganaaaan” (Makanan). Beberapa rama dan karyawan muncul. Saya meminta salah satu karyawan mengambil di gantungan motor. “Pundi, rama?” (Mana makanannya, rama?). Dan saya melihat bahwa digantungan itu tinggal tali. “Oooo, dos indah itu lepas dari tali ketika kubawa menerobos hujan lebat” kata hati saya.
No comments:
Post a Comment