Saturday, June 5, 2021

Tali? (Pengalaman Lampau di Puren)

 

“Pakai tak kresek saja” kata saya minta tas plastik. Tetapi salah satu umat menanggapi “Dipandang tidak enak, rama. Ini kotak dos dengan gambar bagus dan menarik. Digantungkan pada motor rama akan menambah keindahan”. “Pokoknya saya minta tas kresek”.

 

Itu adalah dialog ketika saya akan pulang dari salah satu keluarga Katolik yang minta pelayanan Misa Peringatan Arwah. Saya kerap dan bahkan biasa mendapatkan bingkisan banyak makanan untuk dibawa pulang di rumah tua. Seusai misa keluarga biasa bertanya “Ada berapa rama yang bersama Anda?” Para rama serumah juga sudah terbiasa dengan hal ini sehingga mereka biasa menerima kiriman makanan di kamar masing-masing sepulang saya dari pergi misa. Kalau tidak diantar di kamar masing-masing, bisa jadi makanan atau tambahan lauk akan tersaji di meja makan. Hal ini sering muncul dalam sharing salah satu rama ketika ada kunjungan dan ditanya kegiatan kami sehari-hari. Rama itu bisa menambah sharing-nya “Salah satu dari kami (lalu menyebut nama saya) masih kerap melayani permintaan misa ujub. Kalau pulang kerpa membawa oleh-oleh makanan. Kalau memakai motor biasa ada tas-tas kresek bergantungan”.

 

Tetapi rama itu kurang paham bahwa pemberi oleh-oleh tidak jarang sudah menyiapkan dengan kemasan dos-dos terbuat dari kertas karton yang kerap juga ada hiasan gambar-gambar indah. Dan kalau saya minta ganti tas kresek kerap terjadi dialog seperti tadi. Kalau mereka agak memaksa untuk memakai kemasa dos indah, saya akan berkata “Yang baik dan indah bisa membuahkan keburukan”. Kalau masih ada yang mendebat “Ini kemasan untuk membawa makanan, rama”.

 

Terhadap dialog seperti itu saya kemudian menceriterakan sebuah pengalaman. Mendengar pengalaman itu mereka tertawa terpingkal-pingkal ketika saya bilang “Kon mangan tali?” (Di suruh makan tali?). Dalam benak saya selalu terbayang ketika pada suatu sore saya pulang. Saya berteriak “Panganaaaan” (Makanan). Beberapa rama dan karyawan muncul. Saya meminta salah satu karyawan mengambil di gantungan motor. “Pundi, rama?” (Mana makanannya, rama?). Dan saya melihat bahwa digantungan itu tinggal tali. “Oooo, dos indah itu lepas dari tali ketika kubawa menerobos hujan lebat” kata hati saya.


No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...