Sunday, June 13, 2021

Ditolak Memimpin Misa? (Pengalaman Lampau di Puren)


Sekalipun sudah tidak memiliki tanggungjawab dinas mengurus umat, sebagai imam saya masih sering melayani misa. Tentu saja 99,99% itu bukan pelayanan misa umat di gedung gereja. Atas dasar mobilitas sudah dengan kursi roda, pelayanan di gedung gereja menjadi hal berat yang harus dibantu oleh 4 orang untuk mengangkat naik di panti imam. Maklumlah untuk masuk gedung dan naik ke panti imam kebanyakan gereja harus melewati tangga-tangga yang tak hanya dua atau tiga. Itulah yang melatarbelakangi pelayanan misa saya mayoritas karena permintaan ujub-ujub keluarga. Dari berbagai ujub misa, mayoritas adalah peringatan arwah. Maka ada yang bilang saya termasuk spesialis arwah.

 

Dari permintaan pelayanan misa, saya memang mengalami pembatalan beberapa kali. Ada yang karena ganti hari dan saya tidak bisa. Ada yang salah satu anggota keluarga ternyata menghadirkan rama lain yang memiliki kedekatan hubungan.

 

Suatu ketika ada satu pengalaman yang membuat keluarga peminta misa merasa amat tidak enak. Keluarga dan sanak famili sudah amat mantap meminta saya melayani misa peringatan arwah salah satu yang dituakan. Mereka amat lega karena hari yang dipilih masih kosong dalam agenda saya. Tiba-tiba salah satu anggota keluarga minta ganti rama. Dengan amat hati-hati dan bernada takut ada yang menemui saya untuk masalah ini. Dia bilang bahwa pada umumnya keluarga amat tidak enak karena alasannya adalah “tidak mau menerima saya”. Saya berusaha menghiburnya bahwa saya tidak apa-apa karena penolakan itu.

 

Tiba-tiba empat hari sebelum hari “H” sang penghubung datang untuk meminta saya tetap memimpin misa. Sang penolak, yang disuruh keluarga mencari rama pengganti, gagal memperoleh rama lain. Kebetulan hari itu saya kosong. Dan pada hari “H” saya datang memimpin misa yang diiringi alat-alat musik tradisional. Saya tampil seperti biasa yang kata orang bersemangat dan enerjik (ha ha ha ... kepala jadi besar penuh kesombongan). Ketika berpamitan untuk pulang ada yang menghampiri saya dan bertanya “Sungguhkah rama dari Domus Pacis?” yang saya jawab “Betul”. Dia bertanya lagi “Sekarang masih di sana?” yang juga saya jawab “Betul”. Sementara itu sang penghubung memberi kode bahwa itulah orang yang menolak saya. Dari sang penghubung saya dapat informasi “Dia berpikir bahwa rama-rama Domus itu suaranya tak bisa keras.” Tiba-tiba salah satu anggota keluarga bilang “Tahu kan, rama Domus Pacis ada yang masih bisa braok (bersuara keras)?”

No comments:

Post a Comment

Jadi Katekumen Masuk Sorga Minggu 5

    "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Ker...