Tuesday, June 1, 2021

Ngengslupi?



Bagi penghuni Domus Pacis Puren bagaimanapun juga hari Selasa 1 Juni 2021 menjadi hari yang patut mendapatkan catatan khusus. Memang, suasana masih seperti hari-hari semenjak 21 Mei 2021. Beberapa karyawan mondar-mandir dari Puren ke Kentungan lalu kembali lagi ke Puren dan terus ke Kentungan lagi. Berbagai dos dan kemasan barang-barang diusung dari Puren menuju Kentungan. Bahkan hari Selasa 1 Juni itu makan siang para rama tua yang biasanya pada jam 12.00 diajukan ke jam 11.00. Tiga rama harus sudah dimandikan sebelum jam 3.00 karena tempat tidur kesehatan harus dibawa ke Kentungan. Bahkan Rm. Bambang sehabis makan siang hanya berkain sarung tanpa baju dan kaos. Di kamarnya tinggal seperangkat pakaian yang akan dipakai sesudah mandi pada jam 15.00. Pada jam 15.30 di luar gedung induk Domus Pacis Puren ada beberapa orang berdiri dan omong-omong. Ternyata mereka, kecuali Bapak dan Ibu Mardanu dari Pringwulung yang datang mengucapkan "Selamat jalan", adalah keluarga Rm. Priyanto dan warga Paroki Mlati yang dengan mobilnya mau membantu mengangkut para rama tua. Dan pada jam 16.00, selain beberapa karyawan yang mengendarai motor, 9 orang rama tua dan pendamping-pendampingnya diantar menuju Domus Pacis Santo Petrus, Kentungan.

Sesudah beberapa saat melihat-lihat keadaan kamar masing-masing beserta beberapa orang yang mendampingi, pada jam 17.15 terdengar pengumuman lewat loudspeaker wisma agar semua menuju Kapel Santo Petrus. Di dalam kapel telah duduk orang-orang muda berjubah putih. Mereka adalah para frater calon imam praja dari Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan yang gedungnya bergandengan dengan Domus Pacis Santo Petrus Kentungan. Ternyata di dalam kapel juga hadir beberapa rama staf Seminari Tinggi. Keluarga dari beberapa rama tua juga siaga. Mgr. Blasius Pujaraharja, yang juga akan menjadi warga Domus Santo Petrus, juga hadir. Ada juga tamu-tamu lain yang duduk di luar kapel dengan kursi yang dibawa dari Puren. Sembilan rama tua dari Puren duduk dengan mengenakan stola merah. Kecuali Rm. Priyanto, 8 orang rama tua dari Puren dengan kursi rodanya duduk menghadap ke umat di kiri kanan altar. 

Misa sore itu sebenarnya adalah program Rm. Hartanto, direktur Domus Pacis, yang diberi nama "Misa Ngengslupi", karena dengan misa para rama tua mulai masuk ke Domus Pacis Santo Petrus dan tinggal di dalamnya. Sayang, Mas Bowo dari Paroki Mlati yang sedianya mengiringi dengan organnya, berhalangan karena harus rapid test covid-19. Beliau mengirim pesan lewat WA pada jam 15.56 "Romo..  Nyuwun sewu pun aturaken romo Flo bikih kulo sonten meniko mnotem saget ngiringi sebab tasih antri rapid antigen test .. niki antrine kathah sanget.. Mboten nyandak wekdalipun.. Nyuwun pangapunten sanget.." (Rama .... Tolong disampaikan kepada Rama Florentius Hartanta bahwa sore ini saya tidak bisa mengiringi karena masih antri rapid antigen test .. Antrinya banyak sekali.. Waktunya akan tidak kesampaian. Sungguh mohon dimaafkan). Untunglah ada seorang frater Seminari Tinggi Kentungan yang menggantikannya. Misa dipimpin oleh Rm. Hartanta. Sedang beberapa bagian dalam misa dibagikan kepada 3 orang rama tua dari Puren: 1) Rm. Ria membaca bacaan pertama; 2) Rm. Yadi membaca Injil; dan 3) Rm. Bambang menyampaikan homili. Sesudah misa ada makan bersama diteruskan dengan bercengkerama omong-omong dan kelakar-kelakar. Beberapa rama staf Seminari menyusul ikut bergabung. Pada sekitar jam 20.00 para tamu mulai meninggalkan Domus Pacis Santo Petrus Kentungan. MAKA, RAMA-RAMA TUA PUREN KINI MENETAP DI DOMUS KENTUNGAN.

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...