Sunday, June 27, 2021

Akibat Alat Rusak? (Pengalaman Lampau di Puren)

Katanya, diabetes termasuk penyakit yang biasa menjangkiti kaum lanjut usia. Bahkan itu sering dijadikan salah satu kekhasan lansia. Hal ini juga tidak mengecualikan para rama lansia yang tinggal di satu rumah tua. Dari semua rama penghuni ternyata hanya satu orang yang bebas dari dari gerogotan penyakit gula darah.

 

Karena adanya penyakit diabetes, pada umumnya para rama yang sudah harus cukup berhati-hati dalam bersantap kuliner. Porsi nasi selalu amat terbatas. Lauk dan makanan yang mengandung banyak kegulaan, sekalipun tersedia, tidak masuk dalam kamus petunjuk masuk mulut. Tetapi ada satu rama yang amat santai dalam santap menyantap. Dia termasuk sosok yang multi selera. Apapun tampak sangat enak. Hidupnya penuh kebebasan dan ketenangan. Dia juga termasuk lahap dalam hal makan. Apalagi kalau sajian termasuk lezat, piring bisa menggunung menampung menu makan belum terhitung tambahan piring-piring kecil. Sekalipun di kamar makan dia sering tampak membatasi diri, tetapi di kamarnya tersedia stok untuk memenuhi seleranya. Minuman manis juga melekat dalam santapan. Kopi susu manis, sekalipun tropikana, dapat dua bahkan tiga cangkir besar menyertainya saat makan. Semua ini tentu mempengaruhi hasil periksa gula darah. Angka atas 300 sudah menjadi kebiasaan.

 

Pada suatu hari petugas yang selalu melayani ribut karena kaki rama santai itu tampak membengkak. Di hari itupun diputuskan untuk memeriksakannya ke dokter di rumah sakit. Hasilnya sungguh mengejutkan. Gula darah 582. Sejak itu, di samping obat-obat yang biasa disantap, dia harus suntik dua macam insulin. Yang semacam tiga kali, dan yang satunya sekali. Maka setiap hari dia harus disuntik insulin empat kali.

 

“Kok tidak ada kopi? Yang manis, lho” rama itu minta kopi manis pada karyawan yang melayani saat makan malam. Mendengar itu rama yang jadi pengurus terkejut dan langsung berkata “He, gula darahmu 582”, yang langsung mendapatkan jawaban “Mau kaé alaté rusak” (Tadi alatnya rusak). Sang penguruspun hanya membunyikan mulut “Woooo”.

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...