Wednesday, June 16, 2021

Bantuan Tersembunyi? (Pengalaman Lampau di Puren)

 

Ternyata dalam hal makan, selera amat berperan. Sebetulnya enak dan tidak enak semua itu tergantung pada pucuk lidah. Tetapi sekalipun hanya pucuk lidah, dayanya amat besar dan dapat mempengaruhi orang bukan kepayang.

 

Kebanyakan rama di rumah tua sudah kena penyakit gula darah. Ada salah satu yang sulit untuk mendapatkan angka di bawah 200 ketika periksa seminggu sekali. Maklumlah, dia memang selalu menikmat roti-roti manis yang banyak tersimpan di kamarnya. Banyak tamu mengunjunginya dan biasa membawa oleh-oleh kesukaan. Pada suatu hari para rama pergi makan siang di restoran. Rama itu minta juice alpukad. Ketika makan hampir selesai, salah satu rama lain ingin menambah minuman es kelapa muda. Hal ini ternyata mempengaruhi rama yang sudah menikmati juice alpukad. “Kula nggih ajeng es kelapa muda” (Saya juga mau es kelapa muda) katanya. Saya bertanya “Nggih nganggé gendhis?” (Juga pakai gula?) dan dia menjawab “Enggih, gula jawa” (Ya, gula kelapa). Demikian, diapun amat menikmati es kelapa muda dengan cairan gula kelapa yang berwarna kecoklatan. Para rama lain dan karyawan tersenyum-senyum bahkan salah satu ada yang bilang “Sunguh nekad”. Rama itu mendengarnya namun acuh saja menikmati manisnya surga kuliner.

 

Terkisah di malam hari ketika sedang makan bersama di kamar makan. Rama itu duduk di kursi roda dengan wajah bengong. Karyawan yang membantu untuk menyuapi sudah siap melayani. Sesendok nasi dengan lauk sudah masuk di mulut tetapi tidak terlihat gerakan mengunyah. Ternyata ada yang tidak beres karena mulut tetap ternganga dan mata menampakkan pandangan kosong. “Rama, tidak enak badan, ya?” tanya pengurus. Dia diam saja. “Ke rumah sakit, ya?” pengurus bertanya lagi dan tak ada reaksi dan jawaban. Rama-rama lain juga mengulang pertanyaan itu dan rama itu tetap diam. Akhirnya saya mendekatinya dengan menggeser kursi roda saya. Saya berkata “Jawab pertanyaan saya. Kalau mau anggukkan kepala, kalau tidak mau menggeleng. Apakah rama mau dibawa ke rumah sakit?” Ternyata dia mengangguk. Langsung saja dia diangkut ke rumah sakit dan harus rawat inap. Pada pagi hari karyawan yang menunggu semalam berceritera bahwa sebetulnya semalam rama sudah tidak sadar. Makanan yang di mulut masih ada sampai pagi. “Tetapi tadi malam dengan kamu kok bisa menjawab dengan mengangguk?” seorang rama bertanya pada saya. Saya hanya tersenyum dan tidak bilang bahwa anggukan terjadi karena secara tersembunyi kepalanya saya dorong dari belakang.

2 comments:

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...