Thursday, June 10, 2021

Makna Sadar Keburukan

Orang yang mau serius berada dalam relasi mesra dengan Allah bisa berjuang untuk bebas dari kelemahan dan dosa. Dia dapat mempunyai saat khusus untuk meneliti diri. Barangkali doa akan menjadi saat yang tak terlewatkan. Ketika menjalani doa malam dia akan berhenti cukup lama pada bagian penelitian batin. Barangkali dia mempertahankan kebiasaan zaman lampau. Dia akan mencari imam untuk mengakukan dosa seminggu sekali. Semangat menjadi kudus mendorong perjuangan diri untuk bersih dari kelemahan dan dosa.

Semangat mengejar kekudusan dengan terus berjuang bersih-bersih diri dari kelemahan dan dosa kalau tidak hati-hati bisa membuat orang menjadi capek. Hal ini dikarenakan oleh pengaruh buruk bahkan jahat yang juga tidak lelah bertahan kembali-dan kembali lagi. Orang bisa menyerah dan menerima diri sebagai pendosa. Yang paling parah, orang bisa mengalami frustrasi bahkan stres atau malah depresi karena tak dapat bebas dari cengkeraman dosa. Atau kemungkinan lain, orang bisa menjadi abai pada kehidupan rohani dan bahkan meninggalkan agama.

Kata Kitab Suci

Kalau saya mengungkapkan hal-hal diatas, itu semua karena saya berjumpa dengan kisah Injil sebagaimana tertulis dalam Mat 13:24-30.36-43. Ayat 24-30 berisi perumpamaan tentang gandum dan lalang yang tumbuh bersama yang disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada banyak orang. Sedang ayat 36-43 penjelasannya yang khusus disampaikan untuk para murid. Secara keseluruhan kutipan itu berbunyi sebagai berikut :

24 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. 25 Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. 26 Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. 27 Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? 28 Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? 29 Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. 30 Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."

36 Maka Yesuspun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu." 37 Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; 38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. 39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. 40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. 41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. 42 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 43 Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Kebaikan dan Keburukan Ada Bersama

Dari perumpamaan itu saya menemukan gambaran tentang kehidupan batin manusia selama hidup di dunia. Di dalam batin seseorang tertanam benih-benih kebaikan dan benih-benih keburukan. Yang baik berasal dari Tuhan. Di dalam Kristus kita sadar bahwa Allahlah sumber segala kebaikan. Ketika ada seseorang bertanya kepada Tuhan Yesus perbuatan baik apa yang harus dilakukan agar mendapatkan kehidupan kekal, Tuhan berkata “Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik” (Mat 19:17a). Kata “Satu” menggunakan huruf kapital “S”. Bagi saya ini menunjukkan bahwa yang baik itu adalah Allah. Maka layaklah kalau saya meyakini segala yang baik berasal dari Allah. Hal ini dinyatakan dalam kisah penciptaan dalam Kej 1. Apapun ciptaan Tuhan adalah baik (lihat 1:4.10.12.18.21.25.31). Lain halnya dengan keburukan atau pengaruh jahat. Dengan mengatakan “Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis” Tuhan Yesus menyatakan bahwa segala yang buruk dan jahat berasal dari Iblis. Kalau Tuhan selalu peduli untuk menyelamatkan manusia dengan segala kebaikan-Nya, Iblis juga tak jemu-jemu berjuang untuk menyesatkan manusia. Santo Petrus mengatakan bahwa Iblis “berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1Ptr 5:8b).

Dari kisah tanaman gandum dan lalang, satu hal yang bagi saya menarik adalah kata-kata Tuhan “Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuaiuntuk menanggapi maksud para hamba yang akan mencabuti lalang. Tuhan menghendaki keduanya ada bersama hingga akhir zaman. Dalam hal ini kita tak dapat menyamakan begitu saja seperti tumbuhnya rerumputan di sawah dengan tanaman padi. Para petani Jawa akan melakukan kegiatan yang disebut “matun”, yaitu membersihkan rerumputan agar tak mengganggu kehidupan tanaman padi. Kisah tanaman gandum dan lalang adalah perumpamaan keadaan hidup orang. Ini menyangkut kehidupan batin seseorang yang mengalami baik karya Roh Kudus maupun karya roh jahat. Kedua daya itu melekat saling tumpang tindih dalam kehidupan orang. Maka kalau yang buruk disingkirkan akan menyangkut pula kondisi kebaikan. Memang, antara yang baik dan yang buruk sejatinya selalu saling berlawanan. Sebenarnya orang selalu menginginkan yang baik, benar, dan mulia. Tetapi dalam dirinya selalu saja ada keinginan bahkan nafsu yang menggerayangi. Santo Paulus menggambarkan hal ini dalam kata-kata “Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.” (Rom 7:22-23)

Yang Pokok Menyadari

Hal-hal baik dan buruk yang menempel pada orang harus dibiarkan ada bersama. Tetapi bagi saya hal ini tidak berarti bahwa kita harus tenang-tenang saja membiarkan keburukan atau kelemahan atau bahkan dosa merajalela. Dalam kisah gandum dan lalang Iblis menyebar benih terjadi ketika orang-orang tertidur. Barulah setelah bangun mereka melihat ada hal-hal buruk terjadi. Bagaimanapun juga harus ada proses penyadaran akan kelemahan-kelemahan yang ada pada saya. Saya harus menyadari mana saja hal-hal baik yang ada dalam diri saya dan mana saja yang merupakan hal-hal buruk. Santo Petrus meminta kita waspada akan ancaman Iblis dengan memberi peringatan “Sadarlah dan berjaga-jagalah!” (1Ptr 5:8a). Bahkan terhadap hidup keagamaan yang hanya menjadi topeng mengejar nafsu-nafsu duniawi Tuhan Yesus berkata “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki” (Mat 16:6).

Dengan menyadari dan mewaspadai kita bisa belajar mengembangkan diri dengan kemampuan mengolah berbagai kelemahan atau kecenderungan jahat demi makin suburnya keterbukaan hati kepada bimbingan Roh Kudus. Tetapi kesemuanya itu harus dilandasi pengembangan sikap berjaga-jaga dan waspada. Dalam kehidupan orang Jawa ada pengajaran kehidupan seperti yang kita bicarakan dalam Kidung “Jaman Édan” karangan Ronggowarsita dalam Serat Kalatidha:

Amenangi jaman édan (Mengalami zaman gila-gilaan)

Éwuh aya ing pambudi (Membuat hidup tidak rasional)

Mèlu édan nora tahan (Ikut gila tidak tahan)

Yèn tan mèlu anglakoni (Kalau tidak ikut menjalani)

Boya keduman mélik (Tidak mendapat bagian apapun)

Kaliren wekasanipun (Akhirnya akan kelaparan)

Dilalah kersaning Allah (Untunglah kehendak Allah)

Begja-begjaning kang lali (Seuntung apapun yang tak sadar)

Luwih begja kang éling lan waspada (Lebih beruntung yang sadar dan waspada).

Untuk memiliki kewaspadaan sehingga mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, uraian Santo Paulus kiranya dapat menjadi pedoman. Beliau membicarakan perbuatan-perbuatan buah dari kejahatan yang disebut perbuatan daging. Sedang yang baik adalah buah keterbukaan pada karya Roh.

  • Perbuatan daging (Gal 5:19-21) percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.
  • Buah-buah Roh (Gal 5:22-23) kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,  kelemahlembutan, penguasaan diri. 

Kesimpulan : Sadar Ada Hidup Akhirat

Kemampuan menyadari dan menerima dengan ikhlas realita kebaikan dan keburukan bukanlah hal mudah. Orang dapat sungguh tidak menemukan kenyamanan dalam keadaan buruk. Kalau memilik kelemahan dan keburukan serta noda orang dapat menyimpan rapat-rapat agar tak diketahui oleh orang lain. Orang dapat mencari topeng-topeng tampilan untuk membangun citra hanya kebaikan yang ada dalam dirinya. Kalau ada yang menunjuk kelemahannya orang dapat menyangkal atau paling tidak mencari dalih untuk memakluminya. Sehebat apapun kemampuan menyimpan keburukan dan menjaga citra, tanpa keikhlasan menerima diri apa adanya orang tak akan merasakan yang namanya kedamaian batin. Ketidakmampuan menerima kelemahan dan kekurangan juga bisa terjadi pada realita lingkungan termasuk orang lain. Orang menuntut lingkungan dan orang-orang kiri kanannya memenuhi ukuran kebaikannya. Yang seperti ini akan memudahkan membuat pribadi orang menjadi selalu gelisah bahkan secara terbuka atau tidak menjadi pemarah. Tentu saja orang seperti ini tak hanya sulit menghayati kenyamanan hidup tetapi juga membuat orang-orang lain tidak merasa gembira bersamanya.

Ada juga orang yang berjuang menikmati dunia senikmat-nikmatnya. Dia dapat menfaatkan situasi dan kondisi buruk justru sebagai terobosan menemukan jalan pintas seluas-luasnya untuk memenuhi keinginan yang meluap-luap. Bahkan dia bisa mengupayakan situasi kondisi yang memperlancar pemenuhan keinginannya. Ini adalah model manusia serakah yang hanya mencari untuk dirinya sendiri tanpa mempedulikan derita orang lain. Bahkan akibat buruk pada diri dan lingkungannya tidak masuk dalam kesadaran. Kalau memiliki jabatan, yang disebut korupsi dapat masuk dalam kamus hidupnya. Karena kekuasaan yang dimiliki membuatnya juga merasa punya kuasa bahkan hak untuk memakai atau menikmati apapun yang ada di wilayah kewenangannya.

Di dalam permenungan saya memiliki keyakinan bahwa orang-orang yang tidak menyadari realita baik buruk dan yang justru memanfaatkan keadaan untuk diri sendiri adalah yang tidak memperhitungkan realita hidup sesudah kematian. Padahal menjadi benar dan menjadi salah, menjadi baik dan menjadi buruk, akan disimpulkan secara definitif di dalam alam keabadian. Alam keabadian digambarkan sebagai saat menuai panenan. Pada saat itu Tuhan berkata kepada para hamba ilahi yang bertugas melakukan tuaian “Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku." Semua yang tidak berguna untuk dimakan dikumpulkan dan kemudian dibuang dalam dapur api. Sedang yang enak untuk dimakan akan masuk sebagai simpanan layak santap dalam lumbung. Mereka yang tak hidup layak dan tak punya makna dalam kebersamaan akan mengalami panasnya hidup dalam suasana neraka yang digambarkan sebagai tempat ratapan dan kertak gigi. Sedang yang menjadi manusia bermakna dan berbuah baik dalam kehidupan akan mengalami keceriaan atau kebahagiaan yang digambarkan sebagai “bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa”. Maka hanya yang memiliki kebiasaan éling lan waspada (berjaga-jaga dan waspada) yang akan sungguh bisa menjalani hidup yang dilandasi sikap hati baik terbuka pada bimbingan Roh.

Kentungan, 10 Juni 2021

No comments:

Post a Comment

Jadi Katekumen Masuk Sorga Minggu 5

    "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Ker...