Wednesday, June 9, 2021

Penghuni Perempuan? (Pengalaman Lampau di Puren)

Ini adalah peristiwa yang pernah dialami oleh komunitas para rama lansia di rumah tua. Sebagai komunitas rama para penghuni sudah terbiasa dengan rumah yang semua penghuninya adalah laki-laki. Dulu ketika masih berada di Seminari Menengah Mertoyudan, tidak ada satupun siswa dan staf yang berjenis kelamin perempuan. Kehidupan Seminari Tinggi Kentungan sama jugak sami mawon (sama saja tak ada bedanya).

 

Satu hal yang barangkali perlu diketahui, itu adalah kelompok laki-laki yang dalam pola hidupnya memang ikhlas untuk menjomblo. Mereka bukan jomblo yang tak laku menggaet perempuan. Tetapi mereka memang memilih pola jomblo yang katanya demi Kerajaan Allah. Meskipun demikian tak sedikit perempuan atau orang-orang perempuan senang mengunjunginya. Tidak terkecuali dengan rumah tua tempat saya menjadi salah satu penghuninya. Mayoritas pengunjung, baik perorangan maupun kelompok, adalah perempuan. Dalam pertemuan-pertemuan kunjungan mereka amat bergembira dengan kisah pengalaman hidup rama-rama lansia. Selfi dan foto bersama biasa mewarnai kunjungan-kunjungan.

 

Namun demikian, ternyata komunitas saya mengalami ada seorang gadis yang sungguh tidak mau diajak ke rumah tua ini. Sebenarnya dia pernah sekali berkunjung bersama salah satu kerabatnya. Gadis itu tampak senang sekali. Tiba-tiba dia mendengar suara berseru “Mawaaar” (bukan nama sebenarnya) dan kemudian berlari menghampiri sumber suara, yaitu suara saya. Gadis itu merasa dipanggil karena namanya adalah Mawar (bukan nama sebenarnya). “Rama memanggil saya?” dia bertanya. Dia tampak kecewa dan wajahnya cemberut ketika saya berkata “Tidak. Tyas itu nama itu” sambil menunjuk ke arah anjing.

 

Yang saya panggil memang seekor anjing. Itu adalah anjing salah seorang rama. Dulu dalam komunitas lansia ini memang ada rama yang amat sayang anjing. Beliau punya beberapa anjing. Kebetulan, selain saya, semua rama juga senang anjing. Mungkin supaya sayang anjing, saya ditunjuk menjadi menejer peranjingan. Semua akan taat pada putusan saya berkaitan dengan anjing. Ternyata setiap beranak, banyak kenalan yang ingin meminta. Dalam hal ini saya membuat peraturan “Hanya anak-anak anjing jantan boleh diminta. Yang betina harus jadi milik kita”. Dan putusan lain “Setiap anjing betina kita namai dengan nama orang perempuan”. Ternyata semua rama taat sekalipun ada yang omong “Dasar orang édan”, yang saya jawab “Supaya di rumah ini ada penghuni perempuan”.

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...