Monday, June 7, 2021

Kisah Biji Salak? (Pengalaman Lampau di Puren)

 

Mungkin karena kelansiaan, ada rama yang kalau makan ada ceceran-ceceran yang disantap di dadanya. Untung ada kain yang digantungkan lewat leher menjadi semacam taplak dada. Tetapi ceceran itu masih juga bisa mewarnai lantai di bawah tempat duduknya. Kalau ceceran di lantai dibersihkan seusai waktu makan, ceceran di dada biasa langsung dilap oleh karyawan yang melayani makan para rama lansia di kamar makan rumah rama tua.

Mungkin juga karena kelansiaan, ceceran itu tidak hanya menyangkut nasi atau lauk yang masuk dalam mulut. Alat makan pun dapat terjatuh. Sendok atau garpu dapat lepas dari jari-jari telapak tangan. Dalam hal ini karyawan dapat merangkak mengambilnya kalau jatuhnya sampai di bawah kamar makan.

 

Tetapi dalam kisah ini yang akan diceriterakan adalah peristiwa ceceran ketika santap buah. Para rama di rumah tua kerap mendapatkan buah-buahan dari umat. Yang paling kerap adalah pisang, semangka, dan pepaya. Para rama memang lahap dengan buah-buahan. Bahkan sebelum menyantap nasi dan lauk, buah sudah jadi menu pertama (kalau ada). Katanya, itu adalah nasihat kesehatan bahwa santap buah itu sebelum makan nasi. Tetapi sesudah santap nasi, ternyata buah (kalau ada) juga masih mendapat giliran.

 

Terkisah, salah satu buah adalah oleh-oleh salak. Ternyata, sekalipun sudah lansia dan gigi tidak sekokoh masih muda, salak pun membuat gairah santapan. Pada suatu ketika, pada saat asyik menikmati kunyahan salak, terdengar suara “klothak!” “Bener kuwi, isine diguwang waé. Aja diulu” (Betul, buang saja bijinya. Jangan ditelan) salah satu rama berkomentar mendengar suara itu. Tetapi rama yang menjadi sumber suara ber-“Uh ... uh” sambil mengarahkan jari telunjuk ke bawah meja. Rama yang tadi berkomentar berkata “Mbok wis bèn. Wong mung isi salak apa arep dilumpukké?” (Biar saja. Apakah kamu akan mengumpulkan biji salak?). Tetapi rama yang ber-“Uh ... uh” meneruskan “Uh ... uh”-nya dengan jari telunjuk terus menunjuk-nunjuk. Karyawan pun merangkak dan mengambil yang tadi jatuh dengan suara “Klothak”. Rama yang ber-“Uh ... uh” langsung menerima dan memasukkan dalam mulutnya. “Lho, isi salak ya diemplok?” (Lho, biji salak juga mau dikunyah?” kata sang kometator, yang langsung dijawab oleh karyawan “Sing dhawah untu palsu kok” (Yang jatuh itu gigi palsu).

No comments:

Post a Comment

Jadi Katekumen Masuk Sorga Minggu 5

    "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Ker...