Saturday, June 26, 2021

Minggu Biasa XIII/B – 27 Jun 2021 (Mrk 5:21-43)

diambil dari https://unio-indonesia.org/2021/06/24; ilustrasi dari koleksi Blog Domus


KEKUATAN MENGHIDUPKAN DAN HIDUP DARI KEPERCAYAAN

Rekan-rekan yang budiman!

Kali ini ada kisah mukjizat yang unik susunannya. Terbingkai di antara dua bagian kisah Yesus menghidupkan kembali anak perempuan Yairus (Mrk 5:21-24 dan 35-43) sebuah peristiwa mengharukan mengenai kesembuhan seorang perempuan dari sakit pendarahan (Mrk 5:25-34). Kedua kisah mukjizat itu terjalin satu sama lain lewat harapan yang kuat dan penuh kepercayaan dari orang-orang yang mendekat kepada Yesus, baik Yairus maupun perempuan tadi. Kekuatan penyembuh dalam diri Yesus tidak bisa tinggal diam di hadapan harapan yang sebesar itu dan kepercayaan yang selugu itu.

PERAN-PERAN

Ketika Yesus kembali datang dari seberang danau dengan perahu, orang banyak datang berbondong-bondong mengerumuninya. Tentunya mereka ingin mendengarkan pengajarannya, dan seperti biasa juga meminta kebaikannya menyembuhkan orang sakit. Seorang di antara mereka bernama Yairus, dan ia bersujud kepadanya, suatu tindakan penghormatan yang amat berarti bila dilakukan oleh seorang terpandang seperti dia yang kepala rumah ibadat. Yesus bukan hanya dikenal tetapi juga dihormati oleh pemimpin masyarakat. Yairus memohon dengan sangat agar Yesus datang menumpangkan tangan pada anak perempuannya yang sedang sakit, katanya, “agar selamat” dan “tetap hidup”. Kata-katanya mengungkapkan harapan yang besar pada Yesus yang dipercayainya dapat menyembuhkan anak perempuannya. Boleh diduga, sudah macam-macam upaya dijalankannya tanpa hasil dan kini ia amat khawatir anak perempuannya itu tidak bakal sembuh. Tidak diceritakan bagaimana jawaban Yesus. Hanya disebutkan bahwa ia pergi bersama Yairus diikuti orang banyak yang berdesak-desakan. Markus kiranya hendak mengungkapkan betapa besarnya rasa ingin tahu orang banyak. Apa yang bakal dilakukan? Dapatkah ia menyembuhkan seperti biasa? Hingga saat ini belum ditampilkan perkataan Yesus sendiri.

MENGHIDUPKAN HARAPAN

Di antara kerumunan itu ada seorang perempuan yang menderita penyakit pendarahan. Semacam haid yang berkepanjangan dan tak teratur. Ada hal penting yang jelas bagi pembaca waktu itu walaupun tidak dituliskan dalam kisah ini. Menurut hukum agama Yahudi, perempuan yang dalam keadaan ini dianggap menajiskan tempat yang dipakainya berbaring atau duduk dan siapa saja, laki atau perempuan, yang kena barang-barang tadi ikut najis. Mereka harus menjalankan upacara pembersihan diri. Lihat peraturan yang terperinci dalam Im 15:25-30. Jadi perempuan itu harus disingkiri dan dijauhi. Boleh jadi juga  ia sendiri memisahkan diri. Hidupnya terkucil. Ia sudah menerima nasib. Putus asa. Tak ada tabib yang bisa menyembuhkannya dan uangnya sudah habis dipakai berobat. Tapi kali ini ada sesuatu yang lain. Banyak telah didengarnya mengenai Yesus. Hanya Markus-lah yang menuliskan hal ini, seakan-akan ia dapat menyelami batinnya. Dan kita diajak ikut merasakan yang dirasakan Markus. Matius dan Lukas tidak merasa perlu memasuki batin perempuan itu. Perempuan tadi datang mendekat kepada Yesus, kendati ada orang banyak yang dalam keadaan biasa tentu menjauhi dan dijauhi perempuan itu. Kabar tentang Yesus yang sampai ke telinganya ternyata menghidupkan kembali harapan yang sudah berangsur-angsur pudar dan mati. Perempuan itu menemukan keberanian mendekat ke tokoh tenar dan penyembuh hebat ini. Ia juga tidak membiarkan diri terhalang oleh rambu-rambu yang telah menyingkirkan dirinya.

MENYENTUH JUBAH

Maka kata perempuan tadi dalam hati, “Asal kusentuh saja jubahnya, aku akan sembuh!”  Dan terjadilah demikian. Menarik diamati bahwa dalam kisah ini peristiwa menyentuh jubah inilah yang membuat Yesus mulai berbicara, “Siapa menyentuh jubahku?” Pertanyaan aneh. Juga bagi orang zaman itu. Karena itulah murid-murid menyahut, lha kan lihat sendiri ada banyak orang berdesakan, kok tanya siapa menyenggol jubah segala! Gimana sih Bapak Guru ini. Tetapi tidak aneh bagi Yesus – ia merasa ada kekuatan dari dirinya tertarik keluar.

Pakaian yang paling luar, jubah, memberi bentuk pada orang yang memakainya. Bagi orang zaman itu, pakaian membuat orang yang memakainya bisa dikenal secara khusus. Motif seperti ini sering dijumpai: di sebuah gunung nanti pakaian Yesus jadi putih berkilauan, di bawah salib nanti pakaian luarnya diundi, di kubur nanti ada sosok yang berpakaian jubah putih – dan juga kisah penuh tanda tanya mengenai pemuda yang akan ikut ditangkap di Getsemani tapi berhasil meloloskan diri dengan melepaskan pakaiannya yang hanya sehelai itu. ia tidak lagi dikenali karena tak berpakaian lagi. Dalam peristiwa kali ini, perempuan yang sakit pendarahan tadi melihat Yesus yang sudah banyak didengarnya itu dengan mata kepala sendiri dan mengenali siapa dia, dan sisi Yesus yang dikenalinya itu disentuhnya.

Setelah mendengar reaksi Yesus, perempuan itu menjadi takut dan gemetar, lalu bersujud kepada Yesus. Ini pengakuan akan siapa Yesus itu. Tetapi apa yang dikatakan Yesus kepadanya? Sapaannya penuh perhatian, “Nak, imanmu telah menyelamatkanmu. Bukan hanya kesembuhan dari pendarahan belaka diperoleh oleh perempuan itu. Berita tentang dia yang telah banyak didengar, itulah yang menyelamatkannya dari apatisme dan keputusasaan serta pengucilan diri dari masyarakat. Yesus masih menambahkan, “Pergilah dengan damai dan tetaplah sembuh dari penyakitmu!” Harapan sembuh dari penyakit yang diidap 12 tahun itu menjadi kenyataan dan bukan hanya itu, ia mendapat tambahan lebih besar lagi, bisa hidup hidup damai dengan diri sendiri dan dengan orang lain, dan akan tetap begitu. Inilah yang didapat oleh perempuan yang mengenali siapa Yesus itu dan berani mendekat kepadanya. Keluguan dan keberanian perempuan seperti itu masih bisa dijumpai kini juga dan perlu lebih diakui.

TERUS PERCAYA SAJA!

Beberapa orang dari keluarga Yairus datang dan mengatakan bahwa anak perempuannya sudah mati. tak perlu lagi merepotkan sang Guru. Mereka itu tidak melihat siapa dia sesungguhnya. Memang ia bisa menyembuhkan, tapi menghidupkan yang sudah mati? Apa bisa. Tak usah saling mempermalukan nanti. Begitulah jalan pikiran mereka. Pembaca bagaimana? Kisah penyembuhan perempuan berpendarahan tadi membuat pembaca tahu bahwa Yesus menghidupkan harapan yang sudah mati. Dan memang Markus bermaksud membuat pembaca melihat perkara ini sambil mengikuti jalan peristiwanya.

Pembaca boleh ikut merasakan yang dialami Yairus. Nasi sudah jadi bubur! Apa permintaannya menumpangkan tangan dan menyembuhkan anaknya masih ada artinya? Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Jangan takut, percaya saja!” Dan ia berjalan ke rumahnya untuk menemui anak perempuannya. Dalam Injil, “jangan takut” dipakai untuk mengisyaratkan kekuasaan ilahi. Dan ditambahkannya “percaya saja!”. Bila teks aslinya diikuti, maka perlu diterjemahkan “Terus percaya saja!” (Lukas memakai bentuk yang bisa diterjemahkan “Percayalah saja!”, tapi ia juga menambahkan, “maka ia akan diselamatkan!” Luk 8:50).

Orang-orang menertawakan Yesus ketika ia berkata bahwa anak perempuan itu hanya tidur, tidak mati, maka tak usahlah ribut-ribut menangisinya. Mereka tak percaya. Mereka tak bisa percaya. Apa yang terjadi? Apakah Yesus yakin anak itu tidur. Tidak usah kita duga-duga. Baginya hidup atau mati itu urusan yang di atas sana.. Nanti ia memanggil keluar Lazarus yang sudah empat hari mati. Baik anak perempuan tadi maupun Lazarus memang sudah mati, tetapi kematian pun kiranya tidak dapat bertahan di hadapan Yesus. Inilah yang ditampilkan ke hadapan kita.

Hanya Markus-lah yang menyebut anak itu berusia 12 tahun. Pembaca diingatkan bahwa perempuan yang sakit pendarahan itu telah menderita 12 tahun juga sebelum berjumpa dengan sang pemberi kehidupan baru. Tapi ada juga alasan lain. Usia itu awal usia dewasa menurut hukum Taurat. Hingga umur ini seorang anak di bawah pengajaran bapaknya, yakni Yairus. Pada umur 12 seorang anak akan diserahkan kepada Taurat sendiri. Di dalam kisah ini anak perempuan itu dipanggil bangun oleh Sang Taurat yang hidup. Dalam kisah ini anak itu tidak menjawab dengan kata-kata. Ia mendengar. Dan yang didengarnya pertama kali dari Taurat hidup ini ialah panggilan penuh perhatian “Talita”, artinya domba betina yang masih kecil, tapi dalam bahasa Aram juga dipakai untuk menyapa anak perempuan, seperti “Nak!”. Kemudian didengarnya pula perintah “Kum” (=Bangunlah!) dari dia yang menyapa dengan penuh perhatian tadi. Dan anak perempuan Yairus itu menurut. Ia hidup kembali.

Ketiga murid terdekat, yakni Petrus, Yakobus, dan Yohanes, ikut menyaksikan bagaimana kematian pun tidak bisa bertahan di hadapan perkataan dia yang membawakan kehidupan baru ini. Mereka melihat sendiri bagaimana harapan dan kepercayaan Yairus menjadi hidup dalam diri anak perempuannya. Dan inilah yang dibagikan tokoh-tokoh yang paling berwibawa itu kepada kita semua lewat Markus dalam Injil hari ini.

Disebutkan pada awal ulasan bahwa Yesus tidak bisa tinggal diam di hadapan harapan dan kepercayaan orang kepadanya. Dan yang diberikannya kepada mereka ialah perhatian, kasih. Dan inilah yang menyembuhkan, yang menghidupkan. Itulah mukjizatnya.

Salam hangat,

A. Gianto

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...